Aelion-9

11.4K 1K 117
                                    

Au ah serah kalian aja.

Author Pov.

Queenze melangkah cepat menuju kamar Gerald, dari luar saja dia sudah bisa mendengar teriakan memekak yang adiknya keluarkan. Pasti dia mengamuk karena Queenze tak kunjung kembali.

Ya...salahkan Damian yang menyusu terlalu lama, merengek saat Queenze tarik. Untung saja usaha ke 9 nya dalam menarik nimplenya berhasil setelah 8 kegagalan sebelumnya.

Damian sudah tidur nyenyak di apartemennya. "Non, Den Gerald nyariin" Ujar Bik Ani, Queenze mengangguk saja dan mempercepat langkahnya.

"GE MAU KAK QUEEN!! DIMANA KAK QUEEN!! HUAAAAAAAAA KAK QUEEEEEEEEN" Queenze meringis, kasihan telinga kedua orang tuanya mendengar teriakan memekak dari Gerald. Tidak tau ini bermula darimana tapi lama-kelamaan Gerald jadi mirip Damian.

Huuuh, mengerikan. Queenze langsung masuk dan semakin meringis saat melihat penampilan kedua orang tuanya yang acak-acakan. Dengan Gerald yang melempari bantal dan selimut ke sembarang arah.

"Gerald! Jangan nakal!!" Sentak Queenze, dia kasihan melihat kedua orang tuanya yang kewalahan menghadapi Gerald. Dari dulu memang kedua orang tuanya tak bisa mengatasi tingkah anaknya.

Mereka hanya perduli dengan uang dan perusahaan, tak heran Gerald sangat bergantung pada Queenze.

Gerald yang dimarahi nampak terdiam, tapi kemudian matanya berkedut dan dia menangis "Huaaaa Kak Queen gak sayang Ge lagi...hiks..huaaaaaaaa ini semua gara-gara Damian anjing! Huaaaaaaa Ge gasukaaaaa"

Dia menangis seraya menghentakan kedua kakinya, Queenze menarik napas dan membuangnya sejenak. Kemudian mendekati Gerald lalu memeluknya erat.

Queenze hanya sebatas dagu Gerald, begitu dipeluk Gerald langsung mendusel di leher Queenze dan mengecupi leher kakaknya itu "Hiks..kakak." Lirihnya.

Queenze dapat merasakan suhu panas yang hampir sama dengan panasnya Damian. "Tiduran yuk, biar kakak kompres" Bujuk Queenze. Gerald mengangguk dan melepas pelukannya.

Dia masih terisak dan menyeka sisa air mata di pipinya "Kakak..hiks..kok lama.." Tanya Gerald, kemudian duduk di pinggir kasur. Tangannya menggenggam ujung kemeja Queenze.

Queenze mengelus kepala adiknya dulu "Damian juga sakit, jadi agak lama. Maaf ya" Ujar Queenze lembut.

Gerald memanyunkan bibirnya dan sedikit mencibir "Paling dia pura-pura" Queenze tertawa pelan.

"Sebentar ya adiknya kakak, kakak mau ambil baskom" Gerald mengangguk patuh dan melepas pegangannya pada ujung kemeja Queenze. Membiarkan Queenze berjalan menjauh.

Gerald memandang kosong lantai di bawahnya, dia jadi ketergantungan lagi sama kakaknya. Padahal sejak kelas 10 SMA dia sudah mulai mandiri, tapi...ini semua bermula dari orang bertopeng itu. Gerald kembali menjadi adik manjanya Queenze.

Gerald mengusap kasar wajahnya "Sial! Yang ada gue jadi suka sama Kak Queen.." Bisik Gerald. Tidak, dia tidak suka pada kakaknya tidak, perasaanya tidak boleh sampai menumpuk tinggi.

Dia harus menjadi Gerald yang mandiri lagi. "Iya, gue harus jadi Gerald yang mandiri dan gak manja lagi" Yakin Gerald sambil mengepalkan tangannya.

Cklek..

"Ge, kakak bawain susu coklat juga"

Gerald tersenyum lebar yang manis "Kakak~" Panggilnya riang.

Yah Ge? Lo bilang mau mandiri, terus ini ape njir😭.

Gerald berkelakuan seperti kucing saat bersama Queenze, dia manja dan senang di elus-elus. Setelah Queenze mengompres dan memberikannya obat, Gerald tertidur dengan nyamannya dipangkuan sang kakak.

"Ribet ya kalau kamu dan Damian sakit. Kalian sama-sama manja" Gumam Queenze, dia memandang penuh kelembutan pada Gerald yang memeluk erat pinggangnya. Dan menyembunyikan wajahnya di perut rata Queenze.

Tak lupa dengan mulutnya yang sibuk mengunyah sedikit kemeja yang Queenze pakai.

"Apa jadinya kalau Damian kemari dan menangis histeris karena kutinggal. Bisa gila aku haha" Queenze memang nampaknya sudah gila, dia asik berceloteh sendirian disana.

Menurut kalian semua, bagaimana bentuk depresi sebenarnya? Kalau menurut author, bentuk Depresi sebenarnya adalah seperti Queenze.

Dia tak lagi menangis atau berteriak, dia tersenyum dan menyembunyikan segalanya sendirian. Bahkan orang-orang tak sadar, jika Queenze tengah menghadapi masalah besar.

Sudah 7 bulan ini dia selalu ke rumah sakit tanpa Damian ketahui, alasannya karena Queenze tengah menjalani pengobatan rawat jalan.

Dia sakit, bukan hanya Damian saja yang sakit. Tapi dia juga, Dokter Risia selalu memberikannya obat tidur dan obat lainnya agar dia tenang.

Mau tau apa penyakitnya? Tidak parah sih. Cuma jantungnya yang lemah, dia tak bisa kelelahan atau banyak pikiran. Atau dia bisa kena serangan jantung mendadak dan mati.

"Kalau aku mati, yang ada Ge sama Dami menggila" Gumam Queenze.

Sudahlah, Queen tak mau memikirkannya. Beberapa detik hening, tiba-tiba suara memekakan telinga terdengar.

Brak!

"HUAAAAAAAAAA QUEEN NINGGALIN DAMI SENDIRIAAAAAAAAAAAAAAN"

Queenze tersentak begitu juga dengan Gerald, dia langsung bangun dan menangis "Hiks..berisik..huaaaaaaa berisik!!"

Queenze menghela napas panjang, seharusnya Queenze tak bicara soal Damian yang datang kemari. Begini kan jadinya, ucapan adalah doa dan Queenze percaya itu.

Malam hari di kediamannya menjadi ricuh karena kedua bayi gede yang berdebat dan tak kunjunh berhenti menangis.

Doakan saja Queenze gak gila.






























Tbc..

Uuuu btw aku penumpang kapal GeZe juga hehehehehe. Btw lagu yang cocok untuk Damian sama Queenze itu Line without a hook. Coba deh dengerin kalau gak percaya.

My Crybaby Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang