Mau tamat di chapter Aelion 15😌. Hitung aja itu berapa chapter lagi.
Author Pov.
Damian berlutut di rumput sedangkan Queenze duduk di kursi taman. Dia menatap dingin Damian yang diam tak berkutik, ini semua karena Damian lupa menutupi sayatan kecil di lehernya.
"Kamu mau mati?" Tanya Queenze dingin. Damian menunduk dan menggeleng kuat, napasnya memberat dan kerongkonganya terasa kering.
"Jadi kenapa kamu nyayat lagi? Coba lihat tangan kamu!?" Queenzs hendak menarik tangan Damian yang selalu terhalang kemeja lengan panjangnya. Tapi Damian langsung menyembunyikan tangannya.
Queenze tertawa sinis "Jadi bener kamu mau mati dan ninggalin aku, oke gapapa. Mati aja sana, aku bisa cari cowok lain" Ketus Queenze kemudian berdiri.
Lalu berjalan meninggalkan Damian yang sekujur tubuhnya sudah bergetar disertai tetesan air mata yang jatuh membasahi rumput.
Queenze diam tak jauh dari Damian, pemuda itu masih berlutut dan menangis. Hanya saja dia menggigit bibirnya agar suara tangisannya tak terdengar.
Damian juga berulang kali menyeka air matanya menggunakan punggung tangan. "Hiks.." gagal, Damian tetap terisak dan akhirnya menangis kuat.
"Huaaaaaa Queeeeeen maafin Damiiiii...hiks...maaaaaf....hueeeeee maaaaaaaf...hiks..Dami salah...hiks..Dami nakal...huhuuuu..maafin Damiiiiiii...hiks..QUEEEEEEEEN"
Damian menangis di tempat, menangis persis seperti anak kecil. Queenze menghela napas pendek, tak tega melihat Damian menangis seperti itu.
Akhirnya dia kembali mendekati Damian dan berjongkok di depannya "Janji gak akan nyayat lagi" Ujar Queenze, Damian tak menjawab dan malah menerjang Queenze dengan pelukannya.
"Huaaaaa maafin Dami..hiks...Dami nakal!..maaf..huhuuu maaaffffff"
Queenze mendengus pelan dan mengelus kepala Damian "Kasih tunjuk tangannya dulu" bujuk Queenze.
Damian terisak dan melepas pelukannya, lalu menjulurkan kedua tangannya untuk dilihat. Queenze menggulung lengan kemeja Damian sampai siku.
10 sayatan di tangan kanan dan 12 sayatan di tangan kiri. Queenze diam...tatapannya menyendu melihat banyaknya sayatan di pergelangan tangan Damian yang dia tak tau selama ini.
"Kamu..kok gini sih..hiks..kamu mau pergi duluan dengan cara gini iya?" Queenze tak bisa untuk tidak menangis, dia sedih.
Sedangkan Damian panik, dia langsung menarik kedua tangannya dan menangkup wajah Queenze "Queen jangan nangis, maaf Dami nakal..hiks..Dami..cuma lagi stres..hiks..maafin Dami.." Isak Damian.
"Kamu bisa cerita sama aku, kenapa kamu pendem semuanya sendiri..hiks..kamu gak anggep aku pacar kamu..hiks..kamu tega.." Queenze segera berdiri dan berjalan menjauh.
Damian ikut berdiri dan mengejar Queenze "Queen maaf..hiks..Dami janji gak gitu lagi..hiks..Queen maaf...huaaaaaaa Queen jangan tinggalin Damiiiiiii" Damian mengejar Queenze sambil meracau.
Dan dengan cepat memeluk Queenze dari belakang.
"Maaf..hiks..maaf...huhuuuu maaf...hiks..maaf.."
Queenze diam, dia hanya sedikit kecewa. Kenapa Damian tak mau cerita apapun padanya, semua dipendem sendiri sampai harus melukai tangannya.
"Aku mau pulang, awas" tapi Damian tak memperdulikannya dan malah mengeratkan pelukannya. Getaran di tubuhnya semakin kuat.
"Hiks..Queen.." Lirihnya.
Tak ada jalan lain "Ayo ke apartemen kamu" Ujar Queenze, Damian mengangguk pelan dan masih memeluk Queenze bahkan ketika mereka melangkah ke parkiran.
.
.
.
Keduanya kini sepakat untuk melupakan sejenak perihal sayatan, dan memilih untuk menikmati hari terakhir sebelum Damian pergi KKN ke Amerika, bersama ke 6 teman satu kelompoknya.Secara kebetulan Aulyta dan Damian 1 kelompok jadi Queenze bisa meminta pada temannya itu untuk menjadi mata-mata selama disana.
Queenze tengah membuat pie apel hasil panennya tadi, sedangkan Damian sedang berguling-guling di karpet berbulunya.
"Aaaaaaa, gamau pergi, aaaaa gamau-gamau-gamauuuuu" Rengek Damian yang masih berguling-guling. Hampir saja kepalanya terantuk kaki meja jika saja dia tak cekatan.
Queenze tersenyum saja, rengekan Damian menjadi penghibur tersendiri. Nanti saat Damian KKN Queenze akan kesepian karena tak mendengar rengekan itu lagi.
Damian melengkungkan bibirnya, sedari tadi dia merengek tapi tak ada respon yang Queenze berikan. "QUEEEEEEEEEEN!!!" Teriaknya cempreng, Queenze tertawa geli sendiri di dapur.
"Ya sayang?" Sahut Queenze. Damian merengut dan segera berdiri, dia berjalan gontai menuju dapur, bahkan kursi di meja makan ditabrakin sama dia.
Saat menemukan punggung sempit sang kekasih Damian langsung memeluknya erat. Dan menumpukan kepalanya di bahu Queenze "Dami gamau pergiiii, hiks..Dami gamau tinggalin Queen sendiri...huhuuuu nanti Queen digondol monyet" Racau Damian.
Dia menangis juga sih, air matanya saja sudah mengalir dari kedua matanya. Queenze melepas sarung tangannya dan berbalik, menangkup wajah Damian yang sudah basah.
Rambutnya acak-acakan, hidungnya memerah dan bibirnya melengkung ke bawah "Tapi kan ini uda jadwalnya kamu KKN sayang" Ujar Queenze memberi pengertian.
Damian menunduk dan memilin ujung kaus Queenze, kemudian memeluknya lagi "Aku gamau..hiks.." Lirihnya dengan suara seraknya.
Queenze mengelus kepala Damian dengan lembut, bayi besarnya ini benar-benar tak mau ditinggal dan meninggalkan.
"Kamu kan uda dijadwalkan besok untuk pergi, jadi nurut ya" Damian tak perduli, dia melemaskan kakinya dan menumpukan berat badannya di tubuh Queenze.
"Berat ih"
"Biarin. Queen...kepala Dami pusing.."
Queenze menempelkan dahinya ke dahi Damian, hangat sedikit menjalar ke dahi Queenze "Demam ya kamu, aku kompres yuk. Besok biar sembuh" Buju Queenze.
Damian mengangguk lesu dan berjalan lunglai menuju kamarnya, sedangkan Queenze menyiapkan kompresan.
Lalu setelahnya dibawa ke kamar.
Tak biasanya Damian sakit, biasanya sih sakit jiwa. Bukan sakit badan, heran aja.
"Kamu minum es ya?" tuding Queenze langsung, Damian menggeleng ribut "Enggak..Dami gak minum es.." cicit Damian, wajahnya memerah karena suhu badannya.
Queenze menggeleng pelan "Uda sini aku komores, biar ceper sembuh" Damian manut aja, dia lemas sekali. Apalagi tadi dia habis guling-guling dan tenaganya terkuras.
Damian hanya memandang wajah cantik Queenze dengan mata sayunya "Queen.." panggil Damian, Queenze berdehem dan masih asik memeras kompresan.
Damian agak ragu untuk bicara "Kenapa Dami?"
"Heum..janji jangan marah.."
"Apa dulu?"
Damian menutupi seluruh wajah dan tubuhnya dengan selimut, lalu bicara "Queen..Dami mau susu.." bisik Damian.
Queenze mengangguk dan segera keluar untuk mengambil susu kotak ultramilk milik Damian, lalu kembali lagi ke kamar.
"Ini susunya Dami" Ujar Queenze seraya menarik selimut Damian. Damian merengut, mengambil susu itu lalu membuangnya.
"Aku gamau itu!" Keukeuhnya.
"Terus kamu mau apa?"
Damian kembali menutupi wajahnya dengan selimut "Aku mau nenen.." Cicitnya memelas.
Queenze diam...dia gak salah denger kan?.
Tbc..
Nenen ndasmu.
![](https://img.wattpad.com/cover/252159478-288-k586997.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crybaby Boy [End]
Teen FictionFirst Story dari Mawkish Damian, terserah mau baca ini dulu atau Mawkish Damian dulu. [COMPLETE] Queenze Agata si Badgirlnya Candayana, harus berurusan dengan Damian Aelion. Si Murid baru yang tergila-gila padanya. Sudah Cengeng, manja, sedikit gila...