Vespa

170 13 0
                                    

"WHAT?!"

"APA?!"

Octa dan Rasyid memekik bersamaan. Mereka sama-sama terkejut dengan pernyataan Munaroh barusan.

Flashback on.

Sesuai permintaan Rasyid, malam ini Octa akan berkunjung ke rumahnya lengkap dengan rantang berisi nasi goreng dan ayam goreng serta sambel ulekannya. Sebenarnya Rasyid hanya minta nasi goreng. Tapi, berhubung ayam di rumahnya tak ada yang makan, akhirnya dia gorenglah itu ayam dan diberikan pada Rasyid.

Kini Octa ikut bergabung dengan keluarga Rasyid di meja makan. Ada Sherly juga di sana.

"Jadi, gimana kondisi Bunda? Udah lebih baik?" tanya Octa.

"Udah kok, seharian ini ada Sherly yang ngurus Bunda," jawab Munaroh setelah menelan nasinya.

Octa hanya mengangguk pelan. Tak ada lagi yang bersuara. Rasyid beberapa kali menyenggol tangan Octa, mengkode agar Octa menyuapinya. Sementara Octa hanya melirik malas.

"Syid, mau gue suapin gak? Tadi katanya masih lemes?" tawar Sherly yang duduk bersebrangan dengan Rasyid.

"Octa dateng, jadi gue udah gak lemes lagi." jawab Rasyid mengundang berbagai reaksi.

Octa yang menatap Rasyid dengan debaran jantung yang menggila. Sherly menatap Octa tak suka. Munaroh menatap Octa dan Sherly bergantian. Dan Hanla yang memegang prinsip 'anti bucin-bucinan' lantas memandang Rasyid jijik.

"Oh ya, Bunda mau kasih tau sesuatu," ujar Munaroh memecah keheningan.

"Mulai sekarang Sherly akan tinggal di sini."

Flashback off.

Sebuah info yang sangat amat mengejutkan sekaligus menyebalkan sekali bagi Octa.

"Iya, gue bakal tinggal di sini. Setelah gue kerja dan dapet gaji, gue bakal beli apartemen." jelas Sherly dengan senyum yang terpatri di wajah mulusnya.

Octa menoleh ke Rasyid yang memandang ibunya tak percaya.

"Satu lagi,"

Octa menatap Munaroh. Dalam hati dia memohon  agar berita kali ini adalah berita ba---

"Mulai besok Sherly kerja di perusahaan kita."

Yak, permohonan Octa terlambat sepersekian detik.

"APA?!"

Lagi-lagi Octa dan Rasyid memekik. Dua berita, dua kali pekikan.

"Kok Mama gak bilang ke aku dulu? Emangnya aku setuju Sherly kerja di perusahaan kita?" tanya Rasyid kesal.

"Emangnya kamu bakal nolak dia?" tanya Munaroh balik.

Rasyid mendengus. Dengan cepat dia membereskan rantang dari Octa dan menyusunnya kembali. "Ayo, Ta ke kamar!" ajaknya sembari menarik tangan Octa. Sementara satu tangan lainnya menenteng rantang.

"Eh-eh, kok mainnya di kamar?" cegah Sherly.

Rasyid menoleh. "Rumah punya gue, kamar punya gue, Octa punya gue, suka-suka gue-lah."

Sherly mendengus kesal melihat Rasyid yang tetap membawa Octa ke kamarnya. "Rasyid cuma punya gue." gumamnya.

"Kak Sherly,"

Sherly menoleh pada Hanla yang duduk di sampingnya. "Iya kenapa?" tanyanya lembut.

"Gue gak peduli lo mau tinggal dan kerja dimana, tapi kalo sampe lo ikut campur hubungan Kak Octa sama Bang Rasyid, gue gak akan diem aja, inget! Sekarang lo cuma numpang di sini, jadi gak usah macem-macem." tegas Hanla.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang