Fix Move On

200 15 32
                                    

Octa meremas ponselnya. Rahangnya mengeras, alisnya berkerut hingga hampir menyatu, dan matanya memancarkan kekesalan yang luar biasa. Adel bergidik ngeri melihat temannya yang sebentar lagi akan berubah wujud menjadi iblis.

"Argh! Gue pengen bunuh Rasyid!"

Tuh kan bener iblisnya keluar.

"Sabar Ta," ucap Adel berusaha menenangkan Octa.

"Kurang sabar apa gue?! Punya masalah apa sih dia sama gue?! Maju sini, gak usah dendam kerjaan kayak gini! Heran, masih ada aja laki kayak dia, ngambek gak jelas, tiba-tiba ngasih kerjaan gak kira-kira, nyesel aja gue mau jadi sekertarisnya."

Sebelum Octa mengoceh lebih panjang lagi, Adel segera berlari mengambil tiga susu kotak dari ruangan Octa. Setelahnya, dia kembali lagi dan menuntun Octa untuk duduk di kursi.

"Sebelum tenaga lo kebuang buat ngomel, mending lo minum susu dulu deh." suruh Adel yang dituruti oleh Octa.

Suasana hening, Adel membiarkan Octa meminum dulu semua susunya. Untung saja di ruangan Octa sudah ada stok susu kotak, jadi Adel tak perlu susah-susah mencari keluar. Memang hanya ada dua pilihan saat Octa sedang marah, kasih dia susu kotak atau lihatlah kemarahan sang iblis. Sepertinya Adel harus berterima kasih pada Rasyid karena sudah meletakkan kulkas mini di ruangan Octa.

"Mau lagi," pinta Octa saat susu kotak ketiganya habis.

"Lo udah minum berapa kotak hari ini?" tanya Adel karena dia yakin sejak pagi pasti Octa sudah banyak meminum susunya.

"Tiga belas, sama ini jadi enam belas," jawab Octa membuat mata Adel melebar.

"Lo minum susu udah kayak minum air putih, nanti kalo sembelit gak gue tolongin ya," omel Adel.

"Hm." balas Octa singkat.

"Udah ah bodo amat, ke kedai aja ayo!" ajak Octa.

"Ini gak ditaro ke lemari dulu? Nanti kalo si Rasyid makin ngambek trus jadi makin kejam gimana?"

Octa tak menggubris pertanyaan Adel. Kakinya tetap melangkah keluar dari ruangan bosnya dan mulai membereskan barang-barangnya.

"Emang dasar gak ada akhlak." maki Adel pelan.

"Sampah lo buang tuh!" suruh Octa pada Adel yang sudah berada di ruangannya.

Tidak sampai sepuluh menit, Octa dan Adel sudah siap berangkat ke kedai es krimnya. Sebelum berjalan ke parkiran, Octa mengajak Adel ke kantin dulu untuk mengembalikan nampan dan mangkuk yang tadi siang Lutfia bawakan.

"Sebenernya gue bawa motor," ujar Octa membuat Adel menghentikan langkahnya.

"Kalo gitu mah gue duluan aja," balas Adel sebal.

"Bensin gue gak cukup buat bolak-balik, jadi balik dari kedai lo anterin gue sampe kantor aja," jawab Octa diakhiri cengiran.

"Ya kan tinggal beli di jalan,"

"Gue gak bawa duit,"

"Sama sekali?" tanya Adel yang diangguki Octa.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang