Death Note

347 27 10
                                    

Kalau makan orang tidak dosa, orang yang pertama akan Octa makan adalah Rasyid Shiddiq Bramantyo. Sosok lelaki yang berhasil membuat kehidupan Octa semakin rumit dengan pekerjaan barunya, sekretaris. Jadwal pertemuan, surat menyurat, mengurus laporan, dan lain sebagainya Octa yang mengurus, hampir semua yang menyangkut Rasyid kini menyangkut pada Octa juga.

"Heran, kenapa harus ganti sekre sih? Perasaan kemaren Mba Frida kerjanya bagus kok, gue ga pernah denger dia kena masalah sama Pa Wildan, apa mentang-mentang ganti direktur trus ganti sekre kali? Sekalian aja tuh ganti anggota, ganti tempat, ganti nama, kesel gue lama-lama," oceh Octa yang baru saja memasuki kamarnya.

Kelakuan Rasyid yang minta disembelih itu membuat Octa merasa kalau ini adalah hari terburuknya sepanjang masa. Ditambah ini adalah hari pertamanya haid, rasanya Octa benar-benar ingin menyembelih Rasyid atau mungkin langsung dimakan mentah-mentah juga ide yang cukup keren.

"Kak! Makan!" teriak Aisha dari ruang makan.

"Duluan aja! Aku mau mandi dulu!" jawab Octa dari dalam kamarnya.

'Aku mau mandi dulu', kalimat itu tak benar-benar terealisasikan karena nyatanya kini Octa malah berbaring di kasurnya.

Hawa dingin dari AC dan juga rasa nyaman dari kasurnya membuat mata Octa perlahan terasa berat seberat beban hidupnya. Sebentar lagi rasanya dia akan tenggelam dalam mimpi. Tapi...

Drrt drrt

Dirinya terlonjak kaget saat ponsel yang ada di saku celananya bergetar.

Syit🐵 is calling...

"Apa?!"

"Assalamu'alaykum ukhti,"

Mata Octa berputar malas mendengar ucapan Rasyid, bukan kesal sama salamnya, tapi sama suaranya yang dibuat-buat alim. Sebenarnya suaranya bukan jadi terdengar alim, tapi jadi kaya masteng-masteng yang suka godain perempuan di jalan gitu.

"Ga jawab salam jadi istri gue,"

"Wa'alaykumussalam, cepetan ngomong!"

"Besok ada agenda pertemuan tidak?"

Octa lantas membuka notebooknya dan mengecek untuk tanggal besok.

"Ada pertemuan sama..."

"Oke nanti kamu telpon saya lagi aja ya, saya mau mandi."

Tut tut.

"Pengen ngomong kasar aja gue rasanya."

Setelahnya Octa memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan bergabung bersama keluarganya di ruang makan.

"Loh tadi katanya mau mandi, kok masih pake baju kerja?" tanya Siti saat melihat Octa yang datang masih lengkap dengan baju kerjanya.

"Tadi aku denger mendoannya manggilin aku, ga enak kalo dicuekin, jadinya aku ke sini dulu, abis makan baru mandi," jawab Octa membuat mamanya menggelengkan kepalanya. Octa adalah satu dari ketiga anak dalam keluarga Siti yang kadar ketidak jelasannya tinggi. Dia suka bingung, Octa keturunannya siapa si?.

"Gimana kerjaan kamu? Ada masalah?"

Octa menatap sang mama sebentar lalu menghela napas. Siti jadi merasa kasihan melihat anak pertamanya itu.

"Masalah si ga banyak, tapi banyak," jawab Octa membuat Siti mendengus. Ga jadi kasian deh kalo kaya gini.

"Masalahnya tuh satu, tapi efeknya tuh emejing banget," lanjut Octa.

"Kakak korupsi?" tanya Avril membuat Siti dan Octa tersedak bersamaan.

Avril dengan segera memberi minum pada Ibunya, sedangkan Aisha memberi gelas pada Octa. Hanya gelas. Tanpa air. Alis Octa berkerut kesal lalu dengan mandiri dia menuangkan air putih ke gelasnya. Avril dan Aisha hanya menonton apa yang dilakukan kakak tertuanya itu. Ini seperti keduanya sangat berharap Octa tewas karena keselek mendoan.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang