Zendaya Corp

290 25 16
                                    

"Udah siap Ta?"

Octa menoleh pada Rasyid yang baru saja memasuki ruangannya.

"Udah." jawab Octa yang segera melangkah menghampiri Rasyid. 

"Duh kok gue deg-degan gini ya," ucap Rasyid gusar.

Octa mendongak untuk melihat ke arah wajah Rasyid, tapi perhatiannya teralihkan pada dasi Rasyid yang tidak rapi.

"Sampe udah jadi om-om aja masih ga bisa make dasi ya," ujar Octa yang lantas menarik dasi Rasyid hingga jarak mereka terbilang dekat.

"Lo tuh bos sekarang, semua harus rapi, disiplin, segala macem, nanti ngobrol sama Pak Ahmad dibawa santai aja, anggep aja lo lagi ngobrol sama temen lo, santai tapi sopan dan jelas, gue rasa lo bisa, iya kan?"

Blush

Wajah Octa memanas kala dia mendapati Rasyid tengah menatapnya dari jarak yang sangat dekat. Kenapa ketampanan Rasyid bertambah seribu kali lipat sekarang?

Bug!

Rasyid memekik saat Octa dengan tiba-tiba meninju perutnya. Tanpa peduli keadaan Rasyid, Octa langsung melangkah cepat keluar ruangannya.

Di sepanjang jalan menuju parkiran, mulut Octa tak berhenti menggumamkan kata 'gila'. Entah siapa yang dimaksudnya gila, Octa yang gila karena meninju Rasyid kah? Atau Rasyid yang gila karena telah membuat Octa malu seperti sekarang?. Tapi siapapun itu yang gila, Octa ingin loncat saja dari atap gedung kantornya.

Hingga sesampainya di parkiran pun Octa masih menggumamkan kata 'gila'.

"Lo kali yang gila! Maen tonjok aja,"

Octa terlonjak kaget saat Rasyid tiba-tiba ada di sampingnya.

"Lo yang gila!" balas Octa tak mau kalah.

"Kok gue?"

"Lagian lo bisa-bisanya ngeliatin gue kaya gitu, gue kan malu,"

1...

2...

3...

"Hahhaha," Rasyid tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan Octa hanya menggerutu kesal.

"Lo salting nih ceritanya?" tanya Rasyid di sela tawanya.

"Diem lo!"

"Salting sih boleh, tapi jangan nonjok perut gue juga kali Ta,"

"Udah ah cepetan! Nanti Pak Ahmadnya keburu jamuran nungguin kita."

---

Satu jam hampir terlewat dan Rasyid masih berbincang dengan Pak Ahmad. Untungnya Pak Ahmad bukan tipekal orang yang baku dan kaku. Sejak awal pertemuan, Pak Ahmad sudah membuat lawakan-lawakan yang mengundang tawa dari Octa dan Rasyid. Jadi baik Octa ataupun Rasyid tidak terlalu kaku dalam pertemuan ini.

"Oh iya saya hampir lupa, dua hari lagi saya akan menyerahkan jabatan saya pada keponakan saya, karena Ibu saya dikampung sudah menunggu saya untuk menemaninya, ga perlu ditanya usianya ya, kalian lihat saja keriput di wajah saya," jelas Pak Ahmad membuat Octa dan Rasyid tertawa kecil.

"Jadi nanti untuk lebih rincinya, kamu bisa ngobrol aja sama keponakan saya, tapi kalo memang ada sesuatu yang belom kalian pahami jangan sungkan untuk menghubungi saya,"

"Baik Pak," jawab Rasyid.

"Maaf telat,"

Ketiga makhluk itu lantas menoleh.

"Nah ini keponakan saya,"

Rasyid dan Octa bergantian berjabat tangan dengan lelaki yang baru saja datang.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang