Tanpa PDKT

186 13 69
                                    

"Trus nasib gue gimana Ta?"

"Ya gak gimana-gimana, emang mau gimana?"

"Ih lo mah jahat banget, bener dah udah paling jahat banget sedunia, temen lagi galau juga,"

"Lo sih bukan galau, tapi ngebet jadian!" balas Octa ngegas.

"Hehehe, ya udah intinya gimana? Lo mau bantu kan?"

"Iya." jawab Octa malas.

Tut tut.

Octa mengernyit sambil melihat ponselnya yang sudah tak tersambung lagi dengan Karin.

"Main matiin aja, makasih kek, ucapin selamat malem, bobo yang nyenyak gitu biar gue ga berasa jomblo-jomblo amat."

Tanpa Octa tahu, dan jangan sampai Octa tahu karena ini menyangkut masa depan persahabatannya,

Karin sedang melakukan roll depan dan roll belakang di ubin kamarnya.

"Pacaran! Pacaran! Bentar lagi gue pacaran!". Begitu teriak Karin di sela kegiatan senam lantainya itu.

Tok tok tok.

"Pacaran! Pacaran!"

"Kak! Kamu kenapa?!" teriak Romlah alias ibunya Karin. Romlah tadi tengah sibuk mempromosikan baju dagangannya di grup WhatsApp arisan ibu-ibu komplek, namun mendengar Karin teriak-teriak membuatnya sedikit takut, siapa tahu ternyata anak pertamanya itu punya penyakit ayan.

"Akbar! Bentar lagi Bar!" teriak Karin yang masih asik melatih otot punggungnya.

Brak!

"Kak!"

"Aw!"

Romlah lantas menghampiri Karin dan menuntunnya ke kasur. Tadi Karin terkejut mendengar teriakan Romlah, jadilah lehernya ikut terkejut.

"Kayaknya leher aku kecengklak Ma," ujar Karin sembari mengelus lehernya.

"Lagian kamu tu ngapain si sampe jungkir balik kayak gitu? Abis ditraktir duren?" tanya Romlah yang heran pada Karin.

"Octa mau jadi mak comblang aku," jawab Karin dengan riangnya.

"Emang kamu mau dicomblangin sama siapa?"

"Sama Akbar, dijamin mama gak bakal kecewa punya menantu kayak dia,"

"Oh ya?"

"Iya Ma, dia gagah, jadi direktur padahal umurnya masih 22, abangnya dokter hewan di klinik langganannya Octa," jelas Karin menggebu-gebu.

"Octa berobat ke dokter hewan?" tanya Romlah membuat Karin mendengus.

"Kucingnya Ma, kan Octa punya kucing tuh, nah kalo sakit pasti dibawa ke klinik tempat abangnya Akbar praktek,"

"Oalah, kirain Octa udah bosen jadi manusia,"

"Sebenernya emang gak layak jadi manusia sih." balas Karin mengundang tawa kecil Romlah.

"Trus kapan Mama bisa ketemu Akbar?"

"Ih Mama ngebet banget, belom juga mulai ritual percomblangannya." jawab Karin malu-malu.

"Mama penasaran seuwaw apa sih Akbar sampe bikin ayan kamu kambuh," ujar Romlah.

"Dih parah banget anak sendiri dibilang ayan,"

"Lagian baru mau dicomblangin aja udah jungkir balik sampe kecengklak, padahal belom tentu comblangannya berhasil, siapa yang tahu kalo nanti malah Octa yang jadi sama Akbar? Kan sering tuh, tadinya mau nyomblangin temen, eh malah dia yang jadian," celoteh Romlah membuat mata Karin melebar.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang