Rasyid

411 38 9
                                    

Minggu. Hari rebahan sedunia. Itu juga berlaku pada Octa. Di hari kerja, Octa akan bangun jam lima. Hari libur juga jam lima kok bangunnya, tapi setelah sholat subuh dan minum susu Octa akan tidur lagi, mungkin saat adzan dzuhur berkumandang baru dia akan bangun.

Namun sepertinya predikat hari rebahan sedunia tidak berlaku pada ibu dan kedua adik Octa. Pasalnya, sejak jam delapan tadi mereka sudah bergantian menggedor pintu keramat itu. Namun hingga jam sebelas pun penghuninya tak kunjung bangun. Bahkan Avril juga sudah meneriaki nama Dimas berkali-kali, namun tetap tak ada jawaban.

"Kakak lagi simulasi kematian kali," ujar Avril sebal.

"Wah jangan-jangan bener lagi, aduh mama ditinggal dia nikah aja belom siap, apalagi mau ditinggal mati," sahut mamanya yang kini kembali berjalan menuju kamar anak perawan pertamanya itu.

"Octa! Bangun dong sayang! Udah berapa tahun kamu tidur?"

Tak ada jawaban.

"Hey nak! Kamu mau jadi anak durhaka? Bangun cepetan!"

Masih tak ada jawaban.

Tok tok tok tok tok

Siti dengan tenaga super emak-emak terus menggedor pintu kamar Octa.

Dan masih tak ada jawaban.

"Oke, susu kotak yang ada di kulkas mama kasih ke Aisha aja,"

Brak

"Maksudnya apaan susunya buat Aisha? Ga boleh!"

Mulut Siti menganga melihat tingkah anaknya yang satu itu. Avril yang baru saja  tiba di belakang Siti juga ikut melongo.

"Kalian kenapa mangap gitu?"

"Kalo dengan bawa nama susu kotak aja kamu bangun, ngapain dari tadi kita gedor-gedor, teriak-teriak?" gumam Siti.

"Udah gitu tadi aku teriak-teriak nyebut nama Bang Dimas lagi, kalo tetangga denger pasti jadi bahan gosip," sahut Avril membuat Octa yang tadinya sedang mengupil lantas melebarkan matanya.

"Kamu ngomong apa aja tadi?" tanya Octa yang merasa was-was. Avril pun menyuarakan kembali apa saja yang tadi keluar dari mulutnya.

"Kak! Bang Dimas nungguin di bawah tuh!"

Aman, batin Octa menyahut.

"Kak! Bang Dimas bawain makan tuh!"

Masih aman.

"Kak! Bang Dimas sama keluarganya bawa seserahan tuh!"

What?!

"Kak! Bang Dimas minta pertanggung jawaban!"

Apa-apaan?!

"Kak! Bang Dimas ngajak nikah tuh."

"Aamiin," ucap Octa seraya menengadahkan tangannya ke atas.

"Amin-in dong ma, kan doa Ibu tuh cepet dikabul."

---

"Kak, tanggal sepuluh bulan ini aku ikut lomba nari di Ancol, kakak bisa dateng gak?" tanya Aisha yang kini tengah duduk di pangkuan Octa. Sedangkan Octa tengah fokus mendandani rambut Aisha.

"Tanggal sepuluh ya? Nanti aku cek dulu ada agenda ga tanggal segitu, tapi aku usahain dateng kok," jawab Octa yang diacungi jempol adik bontotnya itu.

"Narinya berkelompok atau sendiri?" tanya Octa tanpa mengalihkan perhatiannya dari rambut Aisha.

"Berkelompok, aku, Fira, Namira, Laura, Vannesa, sama Alma,"

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang