Dimas menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk di kamarnya. Entah mengapa hari ini dia merasa lelah sekali. Padahal hari ini dia hanya datang ke klinik, lalu menjemput Irene, menemaninya ke kedai es krim dan mengantarnya pulang.
Tok tok tok
"Apaan?!" teriak Dimas tanpa mengubah posisi rebahannya.
Brakk
Dimas terlonjak kaget. Dilemparnya guling pada Akbar yang berdiri di depan pintu dengan cengirannya.
"Kalo pintu kamar gue rusak lo mau ganti?!" tanya Dimas kesal.
"Oke marahnya nanti aja, sekarang bayar utang lo!" tagih Akbar membuat Dimas mengernyit.
"Utang apaan? Seinget gue, yang biasanya ngutang itu lo! Kemaren aja bakso dua mangkok belom lo bayar ya," jawab Dimas yang mendapat dengusan sebal dari adik semata wayangnya itu.
Akbar memungut guling yang tadi Dimas lempar padanya lalu berjalan mendekati kasur Dimas.
"Tadi lo udah janji ke gue kalo sore ini lo mau ceritain tentang Octa, ini bahkan bukan sore lagi, udah jam delapan malem, dah buruan cerita! Urusan bakso nanti gue bayar abis nikah," ujar Akbar yang setelahnya langsung mendudukkan diri di kasur Dimas.
"Mau mulai dari mana?" tanya Dimas tak tertarik.
"Lo nanya kayak gitu seakan kisah hidup lo sama Octa tuh panjang dan kompleks banget," jawab Akbar membuat Dimas semakin malas membahas ini.
"Ya udah lo ceritain aja dari awal lu kenal dia." suruh Akbar.
"Gue tau Octa dari SMP karena gue satu SMP sama dia, SMA satu sekolah lagi, trus abistu lulus, sekarang dia kerja jadi sekretarisnya Rasyid, tamat."
"Lu ga deket sama dia?"
"Gak."
"Ga tertarik sama dia?"
"Sama sekali gak."
"Seandainya dia suka sama lo gimana?"
"Ya ga gimana-gimana, emang mau gimana?"
"Ya bales kek perasaannya,"
"Ya kalo gue ga suka ngapain gue paksain?" tanya Dimas yang heran dengan adiknya itu.
"Trus udah gitu? Cerita lo segitu doang?" tanya Akbar yang hanya diangguki Dimas.
Akbar melongo mendengar cerita Dimas yang lebih hambar daripada sayur yang tak diberi bumbu. Dalam hati dia mengasihani Octa yang sepertinya jatuh cinta pada orang yang salah.
"Lo bener-bener ga tau apa-apa soal Octa?" tanya Akbar yang belum puas.
"Emang kenapa si? Mendadak kepo lu ngelebihin keponya Feni Rose,"
"Ya kan lo kenal dari SMP, masa bener-bener buta tentang dia?"
"Nih ya, SMP gue ga pernah sekelas sama dia dan gue ga kenal dia, cuma pernah liat mukanya aja, trus pas SMA gue sekelas cuma waktu kelas 10, udah gitu doang,"
"Pas kelas 10 lo ga ngapa-ngapain sama dia?"
"Gak, emangnya mau ngapain?" tanya Dimas yang benar-benar tak habis pikir pada Raihan Akbar, seorang direktur perusahaan besar yang sayangnya adalah adiknya itu bisa mempertanyakan hal yang sangat konyol bagi Dimas. Memangnya kalau sekelas harus ngapa-ngapain?
Seingat Dimas, selama mengenal Octa dia hanya pernah mencontek pr, meminjam Tipe X, meminta kertas selembar untuk ulangan, dan meminta batagor yang biasa Octa beli saat jam istirahat atau jam kosong. Dan jelas bagi Dimas tidak ada yang spesial dari hal itu, jadi tidak dia ceritakan pada Akbar, lagipun Dimas terlalu malas untuk menyebutkannya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
raShit
RomanceOcta, seorang wanita karir yang tiba-tiba diangkat menjadi sekretaris pribadi bos barunya yang tak lain adalah teman masa SMAnya, Rasyid. Bukan tanpa alasan, Rasyid menjadikan Octa sebagai sekretarisnya karena sejak SMA dia sudah menaruh perasaan kh...