Sherly

192 14 2
                                    

"Syid,"

"Ngg.."

"Ck, bangun ih! Udah sampe nih,"

"Ngg.."

Octa mendengus. Sudah lima belas menit sejak tibanya Octa di rumah Rasyid namun Rasyid tak kunjung bangun. Segala cara sudah dilakukan untuk membangunkan bosnya itu. Mulai dari mengencangkan suara radio, mencubiti wajah dan lengannya, mencabut bulu kaki dan hidungnya, hingga berteriak di dekat telinganya. Namun, hasilnya nihil. Tak menyerah, Octa pun keluar dari mobil. Mencari inspirasi untuk tindakan selanjutnya.

Kedua mata tajamnya menelisik keadaan sekitar. Sepi, satu kata yang menggambarkan komplek perumahan Rasyid saat ini. Kalau ingin meminta tolong pada warga untuk menggotong Rasyid, berarti dia harus mengetuk salah satu pintu dari banyaknya pintu rumah tetangga Rasyid. Jelas Octa takkan mau mengetuk pintu orang yang tak dikenalnya. Bagaimana kalau ternyata dia mengetuk pintu rumah seorang psikopat?

Kediaman Rasyid sendiri pun nampak sepi, karena memang hanya ada Munaroh yang katanya sedang sakit dan Hanla yang masih berada di sekolah. Wildan bersama menantu dan supirnya harus pergi ke luar kota untuk mengurus bisnis baru. Dara yang tengah mengandung delapan bulan semakin hari semakin sensitif dan posesif. Alhasil Dara pun ikut bersama ayah dan Miko-suaminya. Sementara bi Minah harus pulang ke kampung halaman untuk hadir dalam pernikahan anak bungsunya.

Sekitar lima menit kemudian, mata Octa berbinar kala melihat sesuatu di teras warung besar yang tak jauh dari rumah Rasyid. Dia pun langsung berlari ke warung itu.

"Permisi, Bu, boleh pinjem itu gak?" tanya Octa sambil menunjuk sesuatu yang menjadi incarannya.

Si ibu penjaga warung mengernyit. "Buat apa, Neng?"

"Saya bawa banyak barang buat dimasukin ke rumah, kalo bawa satu-satu ribet, Bu, jadi mau dibawa pake ini aja gitu sekalian maksudnya," jawab Octa yang pastinya mengandung bumbu kebohongan.

"Oalah, ya udah pake aja yang penting dibalikin ke sini lagi ya, Neng," ujar si ibu diakhiri kekehan kecil.

Octa tersenyum. "Iya, Bu, kalo gitu saya pinjem dulu, ya, permisi."

Octa lantas mendorong troli hand truck menuju mobilnya.

(Troli Hand Truck)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Troli Hand Truck)

"Satu, dua, tiga!"

Bruk!

"Sss.." Rasyid meringis saat tubuhnya terasa dilempar dari dalam mobilnya sendiri.

Ya, Octa pelakunya.

Tadi dia sudah mencoba memapah Rasyid keluar dari mobilnya. Namun, sepertinya tubuhnya sudah terlalu lelah hingga tak kuat menyangga tubuh Rasyid yang luar biasa berat itu. Alhasil dia menaruh trolinya tepat di depan pintu tempat Rasyid duduk dan mendorong tubuh Rasyid yang sudah lemah tak berdaya itu ke troli.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang