Reuni(2)

442 34 4
                                    

Octa menyesal, sangat menyesal. Seharusnya tadi dia tidak pergi sendirian, setidaknya ajaklah Adel atau Karin atau keduanya itu lebih baik. Lihatlah sekarang! Octa bingung harus bagaimana di depan lelaki yang berhasil membuatnya gagal move on.

"Lo udah kerja?"

"Udah,"

"Dimana?"

"Di Gemilang Corp, lo sendiri gimana?"

"Ada deh, kepo banget lo," jawab Dimas membuat Octa memandangnya malas. Padahal sedari tadi yang banyak nanya itu Dimas, giliran Octa nanya kok malah dibilang kepo.

"Btw, tumben lo kaya cewek,"

Telinga Octa rasanya pegal mendengar kalimat itu. Sudah puluhan kali Octa mendengar kalimat itu hari ini.

"Maksud lo biasanya gua ga kaya cewek gitu?" tanya Octa yang kini mulai bisa mengontrol jantungnya yang sedari tadi minta ditampol.

"Ya biasanya kan lu makenya serba hitam, kaya mau layatan, dan ya, kayanya ini pertama kali gue liat lo make dress, biasanya gue liat lo makenya celana sama baju kegedean," jawab Dimas panjang lebar.

Ya ampun, semerhatiin itu kah dia? Aduh jadi deg-degan lagi kan, astaga dia ga sadar apa ya kalo dia bikin anak orang sesak napas, batin Octa.

"Gue yang nyuruh dia make baju perempuan,"

Octa dan Dimas lantas menoleh mendengar suara yang sudah tak asing di telinga mereka. Meskipun di sini sangat ramai, tapi suara Adel yang cempreng itu tetap mudah dikenali.

"Hai!" sapa Dimas yang kini tengah bertos ria dengan teman-teman Octa.

"Pantes ga balik-balik, taunya lagi ngebucin," ucap Novia membuat Octa mendelik.

"Eh kalian janjian ya?" tanya Salsa membuat Octa dan Dimas mengernyit.

"Baju kalian samaan," ujar Salsa dan Novia bersamaan.

Octa lantas melihat dress yang ia kenakan lalu melihat baju yang Dimas kenakan. Ternyata warnanya memang sama. Pipi Octa memerah, antara malu dan senang bercampur aduk. Padahal Dimas-nya biasa saja.

"Loh iya, kok gue baru sadar sih, lo nyamain gue ya?" canda Dimas membuat Octa menjadi salah tingkah melihat senyuman Dimas.

"Udah paling cocok banget kan kita?" tanya Dimas seraya merangkul Octa.

Teman-teman Octa sedikit terkejut melihat yang dilakukan Dimas. Namun setelahnya, keterkejutan itu berubah dengan pekikan kegirangan dari mereka. Sedangkan Octa?

Kakinya lemas, rasanya tulangnya sudah berubah menjadi jelly. Belum lagi jantungnya yang tengah berdisko ria, juga peluh keringat yang keluar dari keningnya.

"Cocok banget sumpah!" seru Karin membuat jantung Octa semakin tak karuan.

"Dimas!"

Mereka menoleh pada Irene yang tengah berlari kecil ke tempat mereka berkumpul. Octa lantas menyingkirkan lengan Dimas dari bahunya. Dari jarak yang dekat, Octa bisa melihat Dimas tersenyum manis melihat kedatangan Irene. Dengan senyum kecutnya, Octa memilih bergeser mendekat ke arah Karin dan Adel.

"Kamu kok gak bilang sih kalo udah sampe? Dari tadi aku tungguin tau," ujar Irene dengan bibir yang mengerucut sebal. Dimas mengacak rambut Irene dengan gemas.

Detak jantung Octa normal seketika. Kakinya sudah sangat kuat untuk berdiri, hatinya pun sudah sangat kuat untuk melihat kedekatan Irene dan Dimas.

Irene Renata, perempuan cantik berkulit putih dan bermata sipit yang berhasil membuat Dimas jatuh hati padanya. Sayangnya dulu Irene menolak Dimas dengan alasan baru saja putus dari Irvan, sebut saja Irene belum bisa move on dari mantannya itu.

raShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang