Terkadang Jaemin berpikir, dosa besar apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai harus mempunyai enam saudara tidak berakhlak dan beradab seperti ini.
"Kalo dijual tambah gratis ongkir, ada yang mau?"
𝐋𝐨𝐜𝐚𝐥!𝐀𝐮
𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 �...
Latar cerita di book ini dunia aman damai sentosa tanpa corona ya~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ikuuuttttt!!"
"Kak Naaaa iih Adek mau ikut pokoknya titik!"
"Lele juga!!!"
Jaemin hanya menghela napas lelah, melirik pada dua adiknya yang bergelayut manja di masing-masing lengannya sembari terus merengek. Sementara empat kakaknya hanya anteng menyaksikan tanpa berniat membantu.
"Kak Na cuma sebentar kok, nanti sore udah balik??"
"TAPI LELE MAU IKUT!!"
"ADEK JUGA!!"
Jadi semua berawal dari empat sohib Jaemin yang mengajak dirinya pergi ke Bundaran HI untuk Car Free Day. Jaemin tentu langsung setuju, berhubung Haechan entah kesambet apa mulai melonggarkan keposesifannya. Tapi Jaemin lupa kalau ada si dua bontot yang cukup cerewet kalau dirinya pergi.
"Adek sama Lele pergi sama temen-temen aja."
"Gak mauuuuuu. Maunya sama Kak Naa!" Chenle memanyunkan bibirnya. "Kalau sama Kak Na kan dijajanin, jadi kita enggak keluar duit."
Jaemin memasang wajah datar.
"Sebentar doang kok, ya?" Jaemin berusaha melepaskan lengannya dari jeratan maut ChenJi. "Minggu depan kita CFD bareng, ok?"
"Maunya sekarang!" Itu Jisung yang merengek.
"Ya sekarang kan Kak Na sama temen-temen dulu."
"Jadi Kak Na lebih milih mereka daripada kita?" Chenle menatap kakaknya dengan berkaca-kaca. "Kak Na udah ga sayang sama kita lagi?"
Jaemin memutar bola mata. "Kalau Kak Na enggak sayang sama kalian, udah Kak Na jual di pasar gelap dari dulu. Lumayan kan harga ginjal sama jantung kalian buat foya-foya."
"Ya justru karena kita ditinggal Mami Papi mulu, makanya kita cuma punya Kak Na," Lirih Jisung sembari menarik-narik ujung kaus kakaknya. "Lagian CFD kok sampe sore? Lama banget, Kak Na mau renovasi HI emangnya?"
"Adek sialan, kita selama ini ga dianggep." Desis Renjun pada Jeno disebelahnya.
Jeno mengangkat bahu malas. "Ya bagus dong. Gua juga males nganggep mereka sodara. Adek gua kan si Nana doang, soalnya cuma dia yang berguna."
"Begayaan banget lu Saipudin. Coba ngomong langsung di depan Nana, langsung digaplok bibir lu pake gas elpiji."
Mark hanya menguap kemudian menyesap kopinya dengan anteng. Haechan sendiri diam-diam memberi moral support untuk dua adik bungsunya agar menggagalkan rencana Jaemin untuk pergi.