Sejak kecil, Jisung selalu bergantung pada Jaemin.
Di antara enam kakaknya, Jisung selalu menempatkan Jaemin dalam prioritas hidupnya. Bahkan meski Chenle adalah kembarannya, Jisung lebih menomorsatukan Jaemin. Itu karena tangan Jaemin yang selalu mengurusnya sejak ia bisa mengingat nama sendiri.
Ditinggal bekerja oleh kedua orang tua dan dalam waktu yang lama membuat Chenle dan Jisung kekurangan kasih sayang sebagai bungsu. Tidak mudah karena Irene sudah meninggalkan mereka untuk bekerja sejak usia bahkan baru menginjak satu bulan. Mereka besar oleh pengasuh, meski Irene dan Suho sudah berusaha sekeras mungkin berperan sebagai orang tua yang baik.
Tapi lebih dari itu, Chenle dan Jisung dibesarkan dengan cinta yang meluap oleh Jaemin.
Dua bungsu Saga ini begitu bergantung pada Jaemin, lebih dari mereka bergantung pada anak Saga lain atau bahkan orang tua. Jaemin memberikan mereka kehangatan layaknya rumah dan kasih sayang tanpa jeda, membuat keduanya terutama Jisung benar-benar tidak bisa lepas dari Jaemin.
Chenle bisa dikatakan rasional. Ia mengikuti apa yang logikanya katakan ketimbang hati, sehingga seringkali bertabrakan dengan Jisung. Tetapi Jisung, anak itu benar-benar seperti copy paste Jaemin dalam hal perasaan dan kemanusiaan.
Lupakan perkara Sanha, anak itu yang mencari masalah duluan. Jisung bisa menjadi malaikat serupa Jaemin tetapi di lain waktu bisa menjadi iblis seperti kakaknya yang lain. Makanya ia tidak menyesal mencelakakan Sanha karena Jisung juga buta jika sudah menyangkut Jaemin.
Bahkan itu juga yang memicu Jisung berbuat nekat. Mentransfer uang dalam jumlah banyak ke rekening sepupunya demi menjauhkan Jaehyun dari Jaemin. Padahal Jaehyun adalah sepupu mereka juga, tetapi entah mengapa Jisung memiliki firasat buruk. Ia bertindak demikian juga karena hasutan Mark yang berkata bahwa Jaehyun memiliki rencana bersama Jaemin yang entah apa itu.
Apapun itu yang bersangkutan dengan Jaemin, Jisung tidak akan diam.
Setelah pertengkaran anak Saga, kondisi Jaemin memburuk. Ia sempat kesulitan bernapas dan muntah, juga berkeringat dingin. Obat yang sudah diresepkan Dr. Sicheng cukup membantu meski Jaemin berakhir tidur mengigau dan terisak.
Hati Jisung teriris parah. Ia juga kasihan pada Haechan yang kacau tetapi berusaha tetap tenang demi sang kembaran. Bahkan Jisung juga mendengar Haechan menangis setelah Jaemin tertidur. Melihat kedua kakaknya seperti itu, Jisung gatal ingin menghajar Jeno lagi. Tapi Chenle menahannya, berkata bahwa Jisung hanya akan memperparah kondisi.
Hari itu Jisung bersumpah akan berada di pihak Jaemin apapun kondisinya, salah atau benar. Ia tidak peduli meski ditentang oleh saudaranya yang lain atau oleh keluarga besar sekalipun. Bahkan jika Jaemin ditendang dari Saga seperti apa yang sang kakak katakan, Jisung juga tidak ragu untuk ikut. Ia sudah 18 tahun, sudah dapat menentukan hidup sendiri. Untuk apa tetap bernaung dalam nama besar Saga jika artinya Jisung kehilangan poros hidup?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Brothers ✔
FanfictionTerkadang Jaemin berpikir, dosa besar apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai harus mempunyai enam saudara tidak berakhlak dan beradab seperti ini. "Kalo dijual tambah gratis ongkir, ada yang mau?" 𝐋𝐨𝐜𝐚𝐥!𝐀𝐮 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 �...