Terkadang Jaemin berpikir, dosa besar apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai harus mempunyai enam saudara tidak berakhlak dan beradab seperti ini.
"Kalo dijual tambah gratis ongkir, ada yang mau?"
𝐋𝐨𝐜𝐚𝐥!𝐀𝐮
𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 �...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haechan mengusap wajahnya kasar. Ia menyerah untuk mencari keberadaan Nancy dan Elle yang menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Lenyap seakan mereka tidak pernah hadir sebelumnya. Bahkan data-data Nancy McDonnie seperti tidak tercatat dalam negara karena anak buah Haechan yang bekerja dalam bidang IT gagal menemukan identitasnya. Sudah jelas ada yang membantu wanita itu tetapi Haechan tidak tahu siapa. Ia yakin bukan Jaemin karena kondisi anak itu bahkan tidak stabil.
Namun salah satu yang menyebabkan Haechan untuk menyerah juga karena saran Jisung. Bungsu Saga itu menyarankan Haechan untuk melepas Nancy selama wanita itu tidak datang mengusik lagi, jauh dari mereka dan tidak pernah membawa nama Saga dalam situasi apapun. Jisung juga meyakinkan Haechan bahwa Elle hanyalah bayi malang yang lahir dalam situasi yang salah. Bukan keinginan Elle untuk lahir tanpa pengakuan ayah, bahkan diincar oleh keluarga sang ayah. Tidak pernah ada yang bisa memilih di keluarga mana manusia dilahirkan. Lagipula, poin utama Jisung mengarah pada kesehatan Jaemin yang patut jadi prioritas, sehingga mereka fokus saja pada sang anak kelima Saga.
Akhirnya Haechan menurut dan menyerah, membiarkan Nancy dan anaknya pergi kemanapun selama tidak pernah kembali hadir di hadapan Saga.
Sekarang, fokus utama mereka Adhynata Jaemin Saga.
Kondisi Jaemin perlahan menunjuk ke arah yang baik meski cukup lambat. Kehadiran Irene yang kini menetap di rumah juga menjadi salah satu faktor meningkatnya kondisi Jaemin. Tidak ada anak Saga yang buka suara tentang Elle kepada Irene, menutup mulut rapat-rapat seakan tidak ada masalah terjadi. Semua memilih fokus pada perkembangan kesehatan Jaemin.
Meski begitu, hingga detik ini Jeno belum berani menampakkan diri di depan Jaemin.
Dampak dari pertengkaran waktu itu meninggalkan jarak yang membentang di antara mereka. Tidak ada anak Saga yang benar-benar mau berbicara pada Jeno kecuali Mark. Bahkan Renjun yang notabene kembaran Jeno sekalipun hanya sekedar lewat basa-basi atau menyapa sekilas kala bersinggungan. Nyatanya Renjun juga marah pada Jeno yang gegabah meski diam-diam tetap memperhatikan sang kembaran agar tidak jatuh sakit. Semarah apapun Renjun, ia tetap tidak ingin saudaranya menderita.
Tingkat kemarahan tertinggi jatuh pada Jisung. Anak itu benar-benar tidak sudi meski hanya berpapasan dengan Jeno, memilih berputar balik daripada harus lewat bersebelahan. Jisung juga tidak mau berada pada satu ruang yang sama dengan Jeno, lebih baik beranjak pergi daripada berbagi udara di satu tempat.
Sementara Haechan memilih untuk tidak peduli pada eksistensi Jeno. Ia tidak masalah bersinggungan atau berada di satu ruang yang sama dengan anak ketiga Saga itu, hanya saja Haechan tidak mengindahkan sosok Jeno seakan kakaknya itu tidak terlihat. Chenle sendiri lebih bersikap bodo amat dan hanya berbicara satu dua kata pada Jeno, itupun tidak niat.
Jeno seperti asing di rumah sendiri. Yang benar-benar menganggapnya ada hanya Irene dan Mark.
Menyesal? Jelas. Tapi penyesalan terbesar Jeno bukan karena ia diabaikan, tetapi karena telah menyakiti mental dan perasaan Jaemin.