35. Baikan

8.7K 1.3K 212
                                    

Keadaan Jaemin terus merangkak naik dan menunjukkan hasil yang menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan Jaemin terus merangkak naik dan menunjukkan hasil yang menyenangkan. Tiga bulan berlalu dan Jaemin sudah bisa tertawa lepas meski belum sebebas biasanya. Terkadang anak itu seperti masih menahan sesuatu, jauh lebih awas pada sekitar dan tidak terlalu banyak bicara.

Tetapi bagi Saga, keadaan Jaemin sekarang lebih dari cukup untuk membuat mereka bernapas lebih lega. Terutama Haechan yang jauh lebih tenang dan bahagia. Wajahnya kini kerap tersenyum dan kembali melempar lelucon serta kejahilan seperti biasa pada saudara-saudaranya.

Hubungan persaudaraan mereka perlahan turut membaik juga, apalagi dengan adanya Irene yang tentu menyadari perang dingin anak-anaknya turut membantu mencairkan suasana meski tidak ada yang angkat bicara mengenai alasan mereka bermusuhan. Irene tentu saja tahu penyebabnya tetapi tetap mengikuti alur drama putra-putranya.

Renjun dan Chenle mulai bersikap biasa pada Jeno, begitupula Haechan yang (atas nasihat Irene) perlahan lunak untuk memaafkan Jeno. Mereka bahkan sudah saling mengejek satu sama lain. Mark yang sedari awal tidak ikut memusuhi Jeno pun tentu bahagia.

Bagaimana dengan Jaemin? Anak itu masih agak canggung dengan Jeno dan memilih menempel pada saudaranya yang lain jika berada pada satu ruangan yang sama dengan sang anak ketiga Saga. Jisung? Anak itu menjadi satu-satunya yang hingga detik ini masih melayangkan permusuhan meski sudah mau berpapasan (dengan tatapan sengit) dan bernapas di satu tempat yang sama meski berjauh-jauhan.

Pokoknya selama Jaemin belum memaafkan Jeno, Jisung juga sama.

Sebenarnya Jaemin sudah memaafkan Jeno, hanya saja tingkah keduanya kala bertemu masihlah kikuk. Jeno tidak berani memaksakan diri untuk mendekat dan Jaemin juga terlalu takut untuk mendekat duluan. Tapi atas tekat yang kuat, Jaemin memutuskan untuk merobohkan dinding tebal yang menghalangi keduanya.

Sebrengsek apapun Jeno, pria muda itu tetap kakak yang diperjuangkan nasibnya oleh Jaemin.

Kesempatan itu baru datang pada hari ini. Jaemin terbangun pada pukul dua pagi dan tidak bisa kembali tertidur. Haechan di kasur sebelah sudah persis orang mati, tidak bergerak dan bersuara. Jadi dengan langkah hati-hati, Jaemin keluar kamar dan naik menuju rooftop.

Ternyata sudah ada Jeno dengan sebatang rokok terapit di bibir, duduk di lantai semen dengan kaki terangkat satu juga ponsel di tangan. Kepalanya segera menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat kearahnya.

"Nana? Kebangun?"

Jaemin mengangguk dan duduk di sebelah sang kakak. Lantainya dingin sekali tapi Jaemin tidak peduli.

Gerakan tangan Jeno yang hendak mematikan rokok langsung ditahan Jaemin. "Gausah dimatiin, lanjut aja."

Jeno mengangguk kaku.

Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing, hanya ada hening malam yang mendominasi. Jeno menghela napas panjang dan menoleh sekilas pada sang adik.

"Gue minta maaf."

My Stupid Brothers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang