"Jadiii kita mau ke Dufan! Lo harus ikut yaa!"
Jaemin melirik Haechan dengan gelisah. Si kembar Pradipta tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba datang ke kelasnya setelah bel pulang berbunyi dan langsung menggelayut seperti monyet. Felix hanya tertawa, kemudian ikut mengangguk antusias.
"Ayo iihh! Mita aja ikut! Kita kan udah lama banget enggak jalan-jalan berlima!" Felix mencubit kedua pipi Jaemin dengan semangat. "Ayoookk!"
"Bentar duh bentar." Jaemin melepas rangkulan si kembar Pradipta kemudian menengok ke arah Haechan yang anehnya hanya duduk anteng sembari memainkan ponsel. Tumben, biasanya anak Saga satu itu sudah melotot kemudian menendang orang-orang yang mencoba mendekati adik kembarnya.
"Kenapa sih?" Yeji memutar bola mata, kemudian mengikuti arah pandang Jaemin. "Oh, Aska? Tenang aja, pasti diizinin kok." Kemudian senyum miring tertarik ke atas.
"Heeh?" Jaemin menggeleng tidak percaya. 18 tahun mengenal Haechan sejak masih berebut makanan di perut, Jaemin terlampau hapal dengan sifat kembarannya. Apalagi mengingat ancaman Haechan yang tidak main-main waktu itu.
"Kenapa?" Mendengar namanya disebut, Haechan mendongak dan menatap Jaemin dengan lekat.
"Ngg.. Anu.."
"Nata mau gua ajak ke Dufan," Potong Hyunjin tiba-tiba. Manik matanya bertemu langsung dengan tatapan Haechan yang tajam. "Pasti boleh kan?"
Tidak ada yang tahu jika Haechan mengepalkan tangan hingga buku-buku jemarinya memutih. Kemudian dengan perlahan ia berusaha relaks dan menarik napas guna mengatur emosi.
"Oke."
Jaemin mengerjap tidak percaya. Ini Haechan? Haechannya yang paling posesif itu? Ini anak kesambet babi ngepet siapa???
"Serius?" Jaemin masih menatap Haechan dengan syok. Padahal ia sudah menyiapkan diri untuk ditarik paksa ke rumah dan kembali menjalankan tugasnya sebagai babu kesayangan.
"Tapi jam delapan pas lo udah harus nganterin Nana balik. Lewat semenit aja, gua santet keluarga lo tujuh turunan. Trus jangan sampe lecet atau kegores, paham?"
"Iye santuy."
Jaemin tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang senang bukan kepalang. Menghabiskan waktu sepulang sekolah bersama teman-temannya adalah satu dari sekian hal yang paling diinginkan Jaemin. Melihat siswa lain seringkali pergi bermain atau nongkrong sepulang sekolah dengan temannya tentu membuat Jaemin merasa iri, karna hanya dia yang harus kembali ke rumah dan mengurus saudara-saudaranya.
Jadi Jaemin langsung memeluk erat Haechan dan tanpa sadar mengecup pipi kembarannya hingga berbunyi nyaring. "Muach! Wuff you soooo much Chanchaann!"
Haechan tersenyum dan mengusap rambut Jaemin dengan lembut. "Inget, jangan lebih dari jam delapan."
"Okie dokie!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Brothers ✔
FanfictionTerkadang Jaemin berpikir, dosa besar apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya sampai harus mempunyai enam saudara tidak berakhlak dan beradab seperti ini. "Kalo dijual tambah gratis ongkir, ada yang mau?" 𝐋𝐨𝐜𝐚𝐥!𝐀𝐮 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 �...