Part 15 : Belum Bisa Menerima

27.2K 1.9K 140
                                    


Haaalllooooooo

Happy weekend guysss🥰🥰😙😙

Cuss.. happy reading😇

Jangan lupa vote dan komen😆

Adellia dan Justin baru saja selesai menyantap sarapan mereka, dua porsi bubur nasi lengkap dengan kuah kuning dan oseng-oseng tempe pedas serta telur bacem telah ludes dalam hitungan menit. Keduanya nampak sangat puas dengan hidangan sarapan yang Mbok Nah siapkan.

"Suka?" Tanya Justin yang tengah menikmati teh hangatnya.

Adellia mengangguk dengan senyuman kecil "suka banget, simpel tapi nikmat."

Justin tersenyum merekah menatap Adellia, pria itu mengusap puncak kepala Adellia.

"Kita berangkat sekarang?"

"Iya, kita jadi jalan-jalan dulu kan?" Tanya Adellia memastikan.

"Jadi, mumpung belum terlalu siang."

"Ning! Tolong bawa Bubu kemari." Titah Justin pada Ning yang tengah menyuapi Bulan di halaman belakang.

"Nggih Pak." Jawab Ningsih berseru sopan.

Tak lama, gadis manis nan ceria namun lugu itu muncul dari arah dapur sembari menggandeng Bulan yang baru belajar berjalan.

Adellia tak dapat mengalihkan pandangannya dari interaksi Ning dan juga Bulan, Bulan nampak begitu nyaman dengan Ning, bocah delapan bulan itu pun sangat lengket dengan Ning, begitupun Ning yang nampak sangat menyayangi Bulan.

"Bulan makannya habis banyak kan Ning?" Tanya Justin yang sedang menyambut Bulan dalam pelukannya.

"Banyak pak. Telap-telep buanget." (Lahap sekali) jawab Ning semangat.

"Wah, hebat anak daddy." Puji Justin mengecup pipi tembam Bulan dengan gemas membuat anak itu kegelian hingga tertawa terbahak-bahak.

Adellia mengalihkan perhatiannya dari Bulan dan Justin. Ia memilih sibuk dengan ponselnya.

"Daddy kerja dulu ya Bu.. minggu depan besok kita main lagi, Bubu disini sama Mbak Ning sama Mbok Nah dulu. Okay?"

"Dada wolk?" (Daddy work?)

Justin tersenyum lebar "iya, dadda work."

Bulan tertawa renyah bertepuk tangan, membuat Justi semakin gemas.

Pria itu mendudukan Bulan diatas meja makan berhadapan dengannya, dengan rasa sedih Justin memeluk Bulan begitu erat.

"A-adell ambil tas sama dompet dulu di kamar, Mas." Ujar Adellia tak ingin menyaksikan interaksi Bulan dan justin.

Itu membuatnya semakin merasa bahwa ia benar-benar jahat.

Karena tak dapat Adellia paksakan, Adell belum bisa dan belum menyiapkan perasaan untuk tinggal bersama bayi itu.

Meski tak dipungkiri bahwa pesona si kecil Bulan mampu sedikit meluluhkan hatinya.

Dan lagi pula Adellia sudah memutuskan untuk berdamai, maka cepat atau lambat Bulan akan tinggal bersamanya dan Justin.

"Ning tolong jaga Bubu ya, saya percaya sama kamu dan Simbok."

Adellia menghentikan langkahnya, gadis itu memilih bersembunyi di balik tiang jati berukuran besar di dekat ruang makan kala mendengar suara Justin yang sedang berbicara dengan Ning.

Ning tersenyum "Pasti pak, saya sudah menyayangi Dik Bulan seperti adik saya sendiri." Ujar Ning pasti.

"Bagus.. Saya lega setidaknya ada yang menyayangi Bulan selain saya."

Pria itu menghela nafas gusar "Karena kesalahan saya, Bulan harus menerima hukuman ini. Padahal harusnya saya yang diasingkan, ditinggalkan, dipisahkan dari orang yang mencintai saya. Bukan Bulan."

Adellia yang nampak tak tahan lagi dengan ucapan Justin akhirnya memutuskan keluar dari persembunyiannya sambil berdeham kencang.

"Ekhm!" Gadis itu tersenyum menatap Justin juga Ning dan Bulan.

"Mas curhatnya sudah kan? Kita bisa pulang sekarang? Atau Ning, kamu masih mau dengar curhatan suami saya?" Tanya Adellia lembut namun sarkas.

"Dell.. " peringat Justin lembut.

Ning menggeleng sembari menunduk tak kuasa menatap Adellia.

"Kita berangkat Mas." Ujar Adellia sedikit ketus. Mendengar perkataan Justin pasa Ning tadi membuat moodnya hancur seketika.

Justin mengangguk perlahan, menyadari bahwa kondisi mood istrinya nampak memburuk.

"Kita pamit sama Mbok Nah dulu sekalian bawa Bulan ke belakang. Dia pasti nangis kalau lihat mas naik mobil tanpa bawa dia."

Adellia nampak acuh "aku tunggu di mobil."

Justin mengalah, ia berjalan membawa Bulan ke belakang dengan diikuti Ning yang membuntut padanya.

"Daddaa!!!!"

Adellia menghentikan langkahnya yang sudah diambang pintu kala mendengar teriakan Bulan dilanjutkan dengan tangis bayi itu.

Gadis itu berbalik dan berjalan ke belakang, dengan rasa penasaran dan sedikit khawatir.

"Daddy kerja dulu sayang.. besok daddy main kesini lagi."

Bulan yang nampak duduk di lantai sambil menangis itu kini merangkak dan memeluk kaki Justin.

Bayi itu nampak mengoceh sebal diiringi tangis. Mata, hidung dan pipi gadis kecil Justin itu memerah dengan air mata menganak sungai.

Nafas Adellia tercekat.

Gadis itu terus memperhatikan Justin juga Bubu dari jauh dengan perasaan berkecamuk.

Justin berjongkok dan kembali menggendong Bubu, pria itu mencoba menenangkan putrinya.

"It's okay Bu.. Daddy cuma kerja sebentar. Bubu disini sama Mbak Ning sama Simbok dulu ya."

Bubu kembali mengomel sebal dengan bahasa bayinya.

Justin menghela nafas panjang, pria itu membalikan badannya berencana menghampiri Adellia untuk memohon agar tetap tinggal disini sampai jam tidur siang Bubu.

Namun seketika Justin terkejut kala mendapati Adellia berdiri tak jauh dari posisinya berdiri, keduanya saling bertatapan cukup lama.

"Dell.. bisa kita disini dulu, sampai jam tidur siang Bubu?" Tanya Justin mengiba, pria itu kini berdiri tepat di hadapan Adellia.

Lidah Adellia kelu, pikiran gadis muda itu seolah tak disana, berkelana entah kemana.

"Dell, please.." pinta Justin menggenggam tangan Adellia. Tatapan pria itu penuh harapan agar Adellia tetap setuju untuk tinggal disini hingga beberapa jam kedepan.

Justin menghela nafas perlahan. Ia sadar ia tak boleh egois pada istrinya. Pria itu sadar bahwa ia telah banyak menyakiti Adellia, dan tak sewajarnya ia egois seperti ini.

Adellia sudah dengan lapang dada menerima maaf darinya, dan memberikan Justin kesempatan kedua. Dan tak seharusnya ia memaksakan kehendaknya lagi. Ia tak ingin merusak kesempatan ini.

Pria itu mengusap kepala Adellia, membuat Adellia yang sedari tadi melamun kini tersadar.

Senyuman hangat Justin menyambut Adellia, meski tak dipungkiri tersirat kesedihan disana.

"Biar Ning bawa bubu sepedaan keliling kampung. Kita pulang. Sebentar ya." Ujar Justin menatap Adellia.

Adellia mengangguk.

Sekian lama batinnya berdebat, Adellia masih tak dapat menerima Bulan sepenuhnya.

Wajah bayi tak berdosa itu mengingatkan pada sosok Clay, dan secara tak langsung itu membawa Adellia teringat akan kebohongan yang telah dilakukan Justin.

Adellia ingin menjalani kehidupan yang normal. Ia ingin memulainya hanya bersama Justin, pria yang ia cintai.

Cuttt

Hahahahahahahhaah

Uncle's Little Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang