Part 23 : Menjemput

21.5K 1.7K 109
                                    

Hellaww...
Gimana puasanya????

Btw selamat hari minggu💕💕

Oh iya.. makasihhh ya antusias kalian sama cerita ini ternyata masih se rame ituuuu😭😭🙏🙏

Happy reading🥰

Justin tak kuasa menahan senyuman di wajahnya. Hari semakin terang namun ia masih betah berlama-lama memandangi wajah Adellia yang tertidur pulas diatas dadanya sembari sesekali mengusap pipi putih mulus milik istri cantiknya.

Semalam benar-benar luar biasa, ia melihat sosok lain dari Adellia yang begitu panas dan menggoda.

Setiap lekuk tubuh indah Adellia masih jelas terpatri di ingatan Justin. Pria itu tak melewatkan barang sesenti pun.

"Mas pasti ngalamun jorok."

Justin menyengir kuda kala menyadari Adell-nya sudah bangun.

"Selamat pagi cintaku."

Adellia mencebik "halah, gombal." Wanita yang telah seutuhnya menjadi milik Justin itu hendak turun dari atas tubuh sang suami, namun mpunya menahan Adellia untuk beranjak.

"Lepas atuh mas, mau mandi.. mau kuliah." Rengek Adellia.

"Tiga menit lagi, mau disayang-sayang dulu." Rengek Justin tak mau kalah.

Dan ya, Adellia mengalah. Ia kembali memeluk Justin, kulit polos tanpa halangan mereka menyatu menyalurkan kehangatan.

Untuk beberapa saat Justin kembali memejamkan matanya menikmati pola-pola abstrak dari jemari Adellia di dadanya.

"Yang, main bentar yuk.. satu ronde aja."

Adellia reflek mencubit lengan Justin dengan kencang membuat pria itu meringis sembari menggosok bekas cubitan Adellia.

"Ngelunjak." Ketus Adellia.

Pria itu terkekeh "iya deh iya.. mas siapin air hangat, mau?"

"Air dingin aja."

"Oke, yaudah ayo kita mandi." Ajak Justin, Adellia menatap horor sang suami

"Sumpah yang, mandi doank. Janji nggak ngapa-ngapain." Ujar Justin sungguh-sungguh.

Adellia mengangguk terpaksa "yaudah, buruan gendong."

Siang menjelang, Adellia masih harus mengikuti satu mata kuliah terakhir sementara Justin masih sibuk di kantor.

Keduanya baru saja selesai menikmati makan siang mereka bersama-sama via video call dan kini Adellia berjalan menuju kelasnya berasama Bastian, temannya.

"Besok weekend lu ikut anak-anak staycation ke Bogor?"

Adellia berpikir sejenak kemudian menggeleng "gue mau ke Jogja, jemput anak gue."

"Anak suami lo?" Bastian mengoreksi.

"Anak gue juga lah." Jawab Adellia, Bastian mengangguk paham

Kelas berjalan dengan sedikit membosankan, namun Adellia tetap berusaha terjaga dan mencatat setiap hal-hal penting yang dosennya katakan.

Menjadi penerus bisnis daddy-nya adalah salah satu 'goal' terbesarnya. Sebagai anak tertua, meskipun perempuan. Ia ingin menjadi contoh untuk kedua adiknya.

Tiba-tiba suatu hal melintasi pikiran Adellia.

"Apakah dirinya sanggup mengurus dan membersarkan Bulan sembari tetap berkuliah, les dan belajar?"

"Pasti sangat melelahkan" pikirnya

Adellia buru-buru menggeleng mengenyahkan pikiran buruk itu.

"Ia pasti bisa! Bahkan bundanya sanggup menyelesaikan tesisnya dikala hamil dan mengurus dirinya juga Ken."

"Ia harus menjadi wanita sekuat dan sehebat bundanya."

Tak terasa hari silih berganti, hari yang Adelkia tunggu telah tiba. Hari Sabtu, hari dimana ia akan menjemput Bulan untuk tinggal ditengah-tengah dirinya dan Justin.

Justin memutuskan untuk membawa Adellia dan dirinya berangkat ke Yogya dengan menggunakan mobil yang lengkap dengan supir.

Perjalanan dimulai dengan berkunjung ke rumah Bram dan Shiryl untuk sekadar sarapan dan berbincang ringan.

Setelah kurang lebih sepuluh jam perjalanan, Adellia dan Justin tiba di rumah bernuansa Jogjlo tempat Bubu tinggal bersama Ning dan ibunya.

Mereka tiba hampir tengah malam, namun sepertinya Ning sudah menunggu mereka terbukti dari gadis itu sudah membukakan pintu bahkan sebelum kedua majikannya mengetuk.

"Selamat datang Bapak.. ibu.." sambut Ning

"Ning, apa kabar." Sapa Adellia sementara Justin hanya tersenyum.

Ning nampak sedikit terkejut melihat Adellia lebih bersahabat dari terkahir kali mereka berjumpa.

"Baik bu." Jawab gadis itu.

"Monggo pak bu, saya sudah siapkan teh jahe di kamar. Baru saja, masih panas."

Adellia dan Justin langsung menuju kamar mereka selepas mengucapkan terimakasih kepada Ning, untuk membersihkan badan dan kemudian keduanya menuju ke kamar Bubu.

Bayi cantik yang beberapa bulan lagi akan genap satu tahun itu tidur begitu pulas sambil memeluk boneka kucinya.

"Jangan di ganggu ah mas, kasian..  pules gitu." Ujar Adellia kala melihat Justin kini telah merebahkan tubuhnya disamping Bubu dan menciumi pipi gembul putri cantiknya.

"Bobok sini aja ya.." pinta Justin, Adellia menurut.

Awalnya wanita itu masih agak kaku kala tidur berhadapan dengan Bubu, namun Justin justru menarik tangan Adellia dan menaruhkan di punggung sempit Bubu lalu kemudian pria itu memeluk keduanya bersamaan.

"Ya Tuhan.. ini indah sekali" batin Justin tersenyum bahagia.

Ketiganya pun tidur dengan pulas, memasuki alam mimpi mereka masing-masing.

Beberapa jam hingga, Adellia tersentak dalam tidurnya kala mendengar jerit tangisan Bubu.

"Hey, kenapa cantik?" Tanya Adellia setengah sadar.

Bubu tetap menangis sementara Justin masih lelap dalam tidurnya.

"Gendong yuk, gendong.." Ujar Adellia yang telah sadar sepenuhnya dan kini menggendong Bubu.

Awalnya bocah itu menolak, namun akhirnya luluh juga.

"It's okay cantik.. ini mamah.." bisik Adellia menenangkan Bubu.

"Kita bikin susu yuk?"

Adellia membawa Bubu keluar kamar, dan betapa terkejutnya ia kala melihat Ning sedang berlari kecil dari arah dapur sambil membawa botol susu.

"Eh ibuk."

"Saya tadi denger Bubu nangis buk, jadi saya buatkan susu."

Adellia mengangguk. Berbeda dengan Bubu yang kembali menangis kala mendengar suara Ning.

Bocah itu merengek meminta gendong pada Ning, dan dengan berat hati Adellia memberikan Bubu pada Ning.

Ketiganya kini duduk di ruang tamu, tidak. Lebih tepatnya Adell sendiri yang duduk menyaksikan interaksi Bubu dan Ning yang nampak begitu dekat dan lengket.

"Ning?"

"Ya buk?"

"Besok ikut kami pindah ke Jakarta ya? Saya kok 'ayem' lihat Bubu sama kamu, saya juga nggak perlu repot cari baby sitter lagi dan Bubu nggak harus adaptasi sama orang baru lagi. Gimana?"

Ning tersenyum lebar dan mengangguk "Ning mau buk."

Cutt deh

Gimana

Gimana

Uncle's Little Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang