Part 28 : Ternyata tiga

21.9K 1.6K 54
                                    

Halo gais

Jangan lupa vote& komen yang rame💕

Happy reading

Kandungan Adellia telah memasuki bulan ke lima. Perutnya nampak lebih besar dari kebanyakan wanita hamil, bagaimana tidak? Bukan dua melainkan tiga janin sekaligus berada di dalam rahim Adellia.

Meski demikian, Adellia tetap bersemangat menjalani rutinitasnya di kantor dan mengurus Bubu juga Justin.

Justin tak pernah melarang Adellia melakukan aktivitas apapun, pria itu percaya bahwa Adellia dapat mengatur waktunya dengan baik. Justin memang selalu mendukung semua keputusan Adellia, apapun itu asal niat dan tujuannya baik juga jelas.

Bedanya kini Justin selalu mengantar jemput Adellia kemanapun wanita itu pergi.

Adellia tersenyum singkat kala sebuah lengen memeluknya dari belakang dengan mesra.

Aroma mint menguar mengisi rongga pernafasan Adellia.

"Gimana anak-anak? Nggak rewel kan seharian ini?"

"Pinter, papah.."

Wanita itu mengusap permukaan perutnya penuh cinta "cuma biasa, nafas bundanya agak engap"

Justin tersenyum sembari membalikan tubuh Adellia hingga kini mereka bertatapan "sabar ya cintaku"

"Rumah pasti rame kalau mereka sudah lahir." Adellia tersenyum menanggapi.

"Gimana nggak rame mas, mas sekali ngadon langsung jadi tiga. Habis si kembar lahir aku mau KB lagi."

Tawa Justin menyembur.

"Kita hampir sembilan tahun menikah, nggak kerasa ya Dell?" Ujar pria itu menatap lurus pada Adellia

"Kerasa ah.." bantah Adellia.

Pria itu menatap sinis istrinya "jangan ngacau mas yang baru mau belajar nge gombal loh Del."

Adellia terkekeh seraya memeluk Justin yang kini dalam posisi telentang.

"Nggak kerasa lah mas.. gimana mau kerasa, wong rasanya tiap hari kaya penganting baru."

Justin hanya tersenyum dan mengangguk membenarkan ucapan Adellia, pria itu mengambik tangan Adellia dan mengecupnya berkali-kali.

"Tangan ini yang setiap hari menyiapkan sarapan buat mas, menyiapkan semua keperluan mas dan Bubu, tangan yang selalu setia menggandeng tangan mas bahkan ketika mas hilang arah.. cuma tangan dan jemari ini yang setia menuntun mas, tangan yang selalu menghapus air mata Bubu, menggantikan popok Bubu hingga kini Bubu sudah besar."

Sorot netra Justin begitu tulus dan berbinar tiap kali memandang Adellia.

"Bahkan tangan dan jemari ini juga mampu menyelesaikan skripsi dan tesis tanpa mengenal lelah"

"Kamu hebat banget Dell."

Adellia tersipu malu. Justin benar-benar manis.

"Semua ini juga karena mas.. karena mas yang selalu menguatkan Adellia."

"Juga Bubu. Banyak orang yang bilang bahwa Bubu sangat beruntung memiliki aku, banyak yang bilang kalau aku tidak selayaknya mengurus Bubu.. padahal tanpa mereka tau, justru aku yang beruntung punya Bubu.. Bubu mengajarkan aku banyak hal, Bubu yang pertama kali memberiku gelar sebagai ibu sampai sekarang. Aku sayang banget sama mas dan Bubu."

Tatapan Adellia berubah sendu "aku terlalu mencintai Bubu, sampai-sampai aku takut untuk menceritakan Clay pada Bubu.."

"Hal yang nggak pernah aku persiapkan semenjak hari pertama Bubu ada di rumah ini adalah menceritakan soal Clay.. aku jahat ya mas? Aku takut Bubu benci sama aku."

Justi menangkup pipi Adellia "Bubu nggak mungkin ben--

Tok tok tok

"Pasti Bubu." Ujar Justin.

"Mamah, papah.. Bubu mau bobok bareng adik."

"Masuk sini ayangku." Teriak Adellia buru-buru menghapus air matanya.

Gadis kecil yang kini hampir berusia sembilan tahun itu naik ke kasur dan menyelip diantara Justin dan Adellia, membuat kedua orangtuanya terkekeh.

"Halo adik-adik, hari ini kakak temenin bobok ya?" Ujar Bubu seraya mengusap perut buncit Adellia.

"Ayang tadi gimana sekolahnya? Seru?" Tanya Adellia merapihkan helaian rambut Bubu.

"Seru mah.."

"Euhm.. pah, mah.. Bubu pengen jadi headmaster kaya Miss Erika, boleh?"

"Ayang boleh jadi apapun yang ayang mau, asal itu bermanfaat dan membawa kebaikan. Kalau ayang mau jadi headmaster berarti ayang harus lebih giat belajarnya, kan pah?"

Justin mengangguk "besok papah sendiri yang akan buatkan sekolah buat ayang. Ayang boleh atur sesuka ayang, asal ayang belajar yang giat."

Bubu nampak berbinar "iya mah, pah.. bubu janji bakalan belajar lebih serius biar bisa jadi headmaster."

"Sekarang ayang bobok. Besok mamah yang antar ayang sekolah, pulangnya biar papah jemput kaya tadi.

Baru beberapa menit memejamkan mata tiba-tiba saja Adellia terbangun karena bermimpi memakan sate kelinci.

"Jadi pengen beneran.." gumam Adellia, tanpa mau menunggu wanita itu membangunkan sang suami.

"Mas.."

Justin tak bergeming.

"Mas.. bangun.."

"Apa sayang?"

"Mau sate."

"Ngidam ya? Sebentar, mas cuci muka dulu. Mas carikan sate di depan komplek mumpung belum terlalu malam."

Adellia mengerucutkan bibirnya "sate kelinci"

"Oke, mas cari kan."

"Ikut."

"Ya, pakai jaket"

"Aku ke kamar Ning dulu mas, titip Bubu siapa tau dia kebangun dan cariin kita." Justin mengangguk

Jalanan kota Jakarta nampak lebih lenggang, butuh waktu setengah jam untuk keduanya tiba di sebuah warung tenda pinggie jalan yang menjual sate kelinci permintaan Adellia.

Selama perjalanan Adellia dan Justin mengisi kekosongan diantara mereka dengan menyanyikan lagu-lagu koleksi One Direction.

"Jangan banyak-banyak ya Dell makannya, kata dokter kamu harus menghindari sate, steak dan kawananannya dulu."

"Satu aja kok mas." Jawan Adellia melihat satenya tengah dibakar diatas bara api, air liurnya hampir saja menetes.

Selepas menikmati sate kelincinya, Adellia dan Justin kembali ke rumah.

"Mas, kok belakangan ini aku ngerasa ada yang aneh ya sama bunda." Adellia membuka topik, kini kedua sejoli itu berada di perpustakaan rumah.

Justin menutup buku yang tadinya ia baca lalu beralih menatap Adellia yang tidur berbantalkan pahanya "aneh gimana?"

"Ya aneh, kaya ada yang disembunyiin gitu. Ikatan batinku sama bunda itu kuat loh mas.. jadi nggak mungkin meleset. Kira-kira apa yang bunda sembunyiin dari aku?"

"Daripada kamu menerka-nerka gini, tanyakan langsung sama bunda saja. Jangan sampai nantinya kamu suudzon sama bunda karena pikiran kamu sendiri, nggak baik." Justin menasihati Adellia.

Wanita hamil yang kini semakin berisi itu mengangguk paham "yaudah deh, besok aku tanya langsung ke bunda."

"Oh iya mas, jangan lupa kosongin jadwal mas buat besok jumat."

"Kontrol si kembar ya?" Adell mengangguk

"Oke, sekarang kita balik ke kamar yuk."

Cut deh

Uncle's Little Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang