"Kin! Sumpah ya! Gue ngga mau. Gue ngga siap harus ikut lomba pidato gini!"
"Udah sebisa lo aja yang penting tuh ada perwakilan."
"Pemaksaan banget sumpah! Mana Priska harus sakit lagi. Jadi gue deh harus gantiin dia! Sumpah ya! Gue dendam sama kalian semua yang udah nunjuk gue!"
"Sabar lo! Lagian bukan lomba nasional juga. Amanlah kalau kalah ngga malu-maluin."
Percakapan beberapa tahun lalu lewat telepon. Malam sebelum gue harus mewakili lomba dengan terpaksa di SMA KANUSA. Gue bawa permen banyak banget di tas. Gue rasa mulut gue bakal kering nantinya karena gerogi, makanya gue bawa banyak permen.
Pagi itu dengan tampilan seadanya, gue berangkat ke SMA KANUSA. Ada beberapa siswa dari sekolah gue yang ikut lomba berbeda tapi kita janjian untuk langsung ketemu di sana.
Meskipun hanya lomba antar sekolah, gue tetep ngga bisa nyembunyiin rasa takut gue. Tangan gue gemeter. Gue belum pernah ikut lomba! Mana yang lomba pidato harus naik ke atas panggung pula!
🍂🍂🍂Peserta lomba pidato sudah mulai maju satu persatu. Di atas panggung besar di tengah lapangan SMA KANUSA.
Gue duduk di kursi paling belakang sambil memakan permen, ini sudah bungkus ke 5. Tiba-tiba di samping gue duduk seseorang dengan seragam SMA KANUSA, tangannya gemetar persis gue yang lagi gerogi nunggu giliran.
"Lo kenapa? Lomba juga? Ini gue kasih permen. Coba deh. Bisa sedikit bikin tenang dengan manisnya."
Gue manarik tangan cowok itu dan menaruh beberapa bungkus permen di tangannya. Cowok itu menatap gue lalu tersenyum. Meski gue tau dari raut wajahnya, dia sedang tidak dalam kondisi untuk tersenyum.
"Sean! Kemana aja lo! Buruan ke kantor! dicari Pak Lilo tuh! Lo ketua panitia juga kabur mulu! Malah ngegebet cewek sekolah lain lagi!"
"Sial lo!" Cowok di samping gue melempar satu sepatunya ke arah temannya. Gue kaget karena ternyata dia bukan peserta lomba seperti yang gue kira. Gue langsung merasa canggung dan malu. Sok tau banget gue ini!
"Makasih permennya. Sukses ya. Lo yang jangan grogi." Cowok itu pergi ninggalin gue yang masih duduk sendirian.
Sudah peserta ke 5. Gue mulai panik dan jadi kebelet! Sumpah! Gue takut! Gue takut kalau penampilan gue malu-maluin!
Gue bangun dari duduk dan berjalan mencari toilet untuk siswa. Tapi karena gue ngga tau arah yang bener, akhirnya gue justru berjalan ke ruang yang entah apa. Banyak debu. Semacam gudang. Ada banyak kursi yang tak terpakai dan menumpuk di ruang itu.
Gue yang lagi mengintip ruangan semacam gudang itu dibuat kaget karena ternyata di dalamnya ada dua orang sedang berpelukan.
"Ehm. Ini sekolah ya. Bukan tempat pacaran." Reflek gue. Cukup keras.
"Siapa lo! Jangan ikut campur!"
"Gue? Gue mocca! Kenapa?"
"Gue ngga nanya nama lo! Pergi sana! Jangan ganggu orang!"
Cowok itu berjalan mendekati gue. Seolah ingin mencekik leher gue karena telah mengganggu dia dengan pacarnya yang justru tersenyum melihat gue ketakutan. Duh mulut gue emang ngga bisa dikontrol! Harusnya gue diem aja tadi!
KAMU SEDANG MEMBACA
MOCCA - Jatuh Cinta Harus Siap Mental
Ficção Adolescente[ FOLLOW DAN VOTE YA ] Mencintai seseorang yang baik pada semua orang ternyata tidak mudah. Mencintai seseorang yang dicintai banyak orang ternyata harus selalu siap mental. Cover by itsrebekaa 1 #kata ( 30-11-2020 ) 1 #sadgirl ( 29-12-2020 )