12. Meleleh

2.3K 149 61
                                    

Yuk sebelum baca votes dan komentar dulu.

Bakal aku post part selanjutnya kalau sudah ada 50 komentar ya.

Spam aja biar cepet ❤️❤️

🍂🍂🍂

"Mocca? Ke mana?"

"Mmmm"

Gue bingung! Gue mau bilang terserah tapi nanti gue malah bikin Sean bingung juga!

"Kamu suka ice cream?"

"Iya."

"Ya sudah. Ikut saya ya. Kamu pasti ngga tau kan mau ke mana?"

Aaaaa Sean! Terima kasih sudah memahami tanpa harus gue kasih tau! Terima kasih sudah lahir di bumi dan hadir di dalam hidup gue yang ngga mudah ini!

Di tengah perjalanan, Sean memutar musik. Seinget gue judulnya Aku Bisa - Flanella.

Sean masih fokus memandangi jalan. Gue justru terhanyut dengan lagunya. Gue ngrasa lagu itu sangat mewakili perasaan gue. Gue tiba-tiba aja teringat tentang Brian!

Tuhaaaaan! Kenapa melupakan seseorang itu sesulit ini? Padahal orang itu sudah ngasih luka yang ngga sedikit! Kenapa? Apa memang hati seseorang tidak pernah ditakdirkan untuk lupa? Apa memang tak ada kata "lupa" dalam cinta? Kenapa semuanya jadi tergambar jelas di dalam kepala!

Lalu pas sampai di lirik

Demi aku yang pernah ada di hatimu
Pergi saja dengan kekasihmu yang baru
Dan aku yang terluka oleh hatimu
Mencoba mengobati perihku sendiri
Aku yakin bisa
Aku bisa tanpamu

Bibir gue ikut menyanyikannya sedangkan mata gue tanpa disadari sudah mengeluarkan air mata. Kenapa gue serapuh ini? Gue kira gue bisa. Ternyata semuanya ngga semudah yang gue bayangin! Gue kira gue udah mulai merasa nyaman dengan keberadaan Sean di hidup gue! Tapi ternyata gue masih ada perasaan yang mendalam untuk Brian! Gue juga inget betapa mama dan ayah begitu mengharapkan Brian! Bukan cuma gue yang menaruh begitu banyak cinta pada Brian! Tapi kedua orang tua gue juga!

Tangis gue makin pecah. Kali ini gue yakin Sean sadar kalau gue yang duduk di sampingnya ini sedang menangis.

"Kenapa? Mocca?" Kata Sean seraya menepuk pundak gue.

Gue ngga bisa jawab. Gue malu. Dulu pertama bertemu Sean, gue memang sudah menangis di depan dia dengan ingus yang ngga bisa dikondisikan. Saat itu gue ngga malu. Tapi sekarang, gue malu! Gue malu jika akhirnya Sean lihat gue nangis lagi. Gue hanya bisa menutupi wajah dengan kedua tangan gue.

"Mocca? Ada apa? Kenapa?"

Suara Sean terdengar sangat khawatir.

Sean tiba-tiba berhenti di pinggir jalan.

"Lanjutin nangisnya. Saya temenin. Tapi jangan ditutupi wajahnya. Saya mau lihat wajah kamu"

Pelan-pelan gue membuka tangan gue. Sean tersenyum melihat gue yang tertunduk malu karena lagi-lagi menangis di depan Sean.

Sean menghapus air mata gue dengan tangannya lalu mengambil tissu dan mengusap ingus gue. Astagaaa! Ini gue kenapa sih! Ngga ada cantik-cantiknya sama sekali di depan Sean!

"Mocca. Kita pulang atau lanjut ke tujuan awal? Saya harus tau keinginan kamu. Saya lihat kamu sedang tidak baik-baik saja."

"Lanjut ke tujuan, Sean."

"Sean?" Kata Sean dengan nada sedikit terkejut.

"Eh kenapa?"

"Baru kali ini kamu manggil saya dengan nama saya langsung, Sean. Bukan hanya kamu kamu atau mas mas."

MOCCA - Jatuh Cinta Harus Siap MentalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang