-tiga

95 17 6
                                    

Terik matahari langsung menyapa ketika Langit baru saja melepas helmnya. Udara hari ini benar-benar panas. Langit menyerahkan helm yang dipegangnya kepada Rega. Hari ini adik-kakak itu berangkat ke kampus bersama, karena jadwal kuliah yang jam nya terpaut hampir sama.

Langit dan Rega berjalan beriringan memasuki area kampus, "nanti pulang sama siapa?" Tanya Rega sebelum ia belok kanan menuju fakultasnya.

"Lo pulang jam berapa?" Langit malah balik bertanya.

"Jam 4"

"Oh yaudah gue balik naik ojol atau sama Jagad aja."

"Hah? Gak! Balik sama gue. Gue tungguin!" Bentak Rega menolak perkataan Langit.

"Posesif banget" Goda Langit kepada sang adik.

Rega hanya mendengus, kemudian meninggalkan Langit begitu saja tanpa memperdulikan kakaknya lagi.

"Tsundere banget gue punya adek." Oceh Langit sambil berjalan menuju fakultasnya.

Hari ini mata kuliahnya begitu lelah, Langit merasa energinya sudah hampir terkuras habis. Jam menunjukkan pukul 3 sore, masih ada satu mata kuliah lagi untuk hari ini. Langit benar-benar ingin pulang dan merebahkan punggung dikasur empuk miliknya.

"Capek banget?" Ujar seseorang yang suaranya sangat familiar ditelinga Langit, yang saat ini sedang menyodorkan sebotol air mineral.

Langit yang semula sedang menumpukkan kepalanya pada meja taman, kemudian mendongak. Mendapati Jagad yang sedang tersenyum cerah padanya sambil memamerkan barisan gigi putihnya yang rapih.

Jagad terlihat masih segar walaupun hari sudah menjelang sore, tidak seperti Langit yang sudah terlihat seperti gembel. Mukanya kucel, rambutnya kusut, serta kemejanya yang sudah mulai berantakan.

"Kok disini?" Tanya Langit sambil meraih botol air mineral dari genggaman Jagad lalu meminumnya.

"Kebetulan lewat sini aja." Celetuk Jagad.

"Ah bilang aja mau ketemu gue" Goda Langit sambil menyenggol tubuh Jagad.

"Sebenernya mau mastiin aja sih?"

"Mastiin apa?"

"Mastiin kalo kamu gak ketemu Mondy hari ini" Celetuk Jagad yang membuat Langit batuk.

Jagad tertawa terbahak-bahak sambil terus mengusap punggung Langit.

Langit mendorong tubuh Jagad sampai hampir terhuyung, merasa kesal karena Jagad menggodanya.

"Kok panik banget?" Ucap Jagad disela-sela tawanya.

"Diem!" Bentak Langit.

"Ih marah" Jagad berusaha meraih tangan Langit.

Langit menjauhkan kedua tangannya dari jangkauan Jagad.

"Jangan marah kek dosa gue udah banyak, bikin orang marah tuh dosa asal lo tau, Lang." Bujuk Jagad.

Langit tetap tidak menghiraukan Jagad. Gadis itu memilih memalingkan wajahnya kearah lain, asal tidak menatap Jagad.

Jagad membaringkan kepalanya dimeja, matanya terus menatap Langit sambil tiduran. Tanpa membuat suara sedikitpun, namun matanya tidak pernah dialihkan dari gadis cantik disampingnya.

"Jangan ngeliatin gue kayak gitu kek!" Omel Langit yang membuat Jagad tersenyum.

"Udah sana lo ke kelas, nanti telat!" Ucap Langit sambil mendorong tubuh Jagad.

"Lucu banget." Kata Jagad kemudian tertawa.

"JAGAD PERGI GA LO!?" Teriak Langit, yang membuat orang disekitarnya memperhatikan mereka.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang