-dua puluh lima

26 11 0
                                    



"Hari ini kamu sibuk gak?" tanya Jagad kepada Langit saat mereka sedang berada dikantin fakultas Langit.

Sudah beberapa hari ini, Jagad selalu menyempatkan diri untuk menemui Langit walaupun barang sebentar. Baik dikampus maupun dirumah gadis itu.

Saat ini mereka tengah makan siang berdua sebelum melanjutkan mata kuliah mereka.

Langit nampak berpikir sambil mengetuk-ngetuk jarinya dimeja, "kayaknya nanti balik ngampus aku mau kerumah Mondy deh"

Jagad mengerenyitkan dahinya menatap Langit, "eh itu... Sama Jihan juga... Mau bikin proposal!" sambung Langit terbata.

Jagad menghela napasnya, "proposal apa?"

"Kan dikampus kita mau ada pameran kan ya? Yang katanya judulnya "Dari Mahasiswa untuk Mahasiswa" itu..." Langit menghentikan ucapannya sebentar kemudian menyedot Teh Botol yang ada dihadapannya, "terus aku sama Mondy dan Jihan mau ikutan, kebetulan kita pernah bikin project kecil. Karena iseng-iseng aja waktu itu, tapi tuh project kita anggurin aja karena gak tau mau diliatin ke siapa dan dimana."

"Oh semua Mahasiswa boleh berpartisipasi?" tanya Jagad.

"Iya boleh, tapi harus apply proposal..."

"Kamu kerumah Mondy ini mau bikin?"

"Sebenernya udah jadi tapi tinggal edit dikit aja, tinggal dinaikkin besok ke ketua panitianya." Ujar Langit, "eh tapi kamu mau tau gak siapa ketua panitianya..."

Jagad menaikkan alis serta dagunya sebagai isyarat bahwa ia ingin tahu.

"Fatih"

"Fatih anak Filkom?" Jagad memastikan, karena ia merasa hanya mengenal satu Fatih.

Langit mengangguk tegas.

Fatih ini memang terkenal dengan kepintaran dan juga seringkali menjadi kepercayaan beberapa dosen difakultas laki-laki itu. Ia juga sering mengomandoi berbagai macam event yang diselenggarakan dikampus mereka.

Namun, laki-laki itu juga dikenal dengan ketidak-sukaan nya pada Mondy. Entah apa yang mereka permasalahkan. Fatih dan Mondy memang tidak pernah terlihat akrab. Disamping mereka tidak berada difakultas yang sama, Fatih juga sering menatap Mondy dengan tatapan penuh amarah.

"Emang kenapa sama Fatih?" Jagad kembali bertanya.

"Aku kan ikut projectnya bareng Mondy juga, terus Fatih kemusuhan sama Mondy. Aku sih gak tanya kenapa mereka bisa sampe musuhan, tapi aku jadi khawatir nanti malah impact nya ke project kita"

Jagad menepuk kepala Langit, "Ya harusnya gak boleh gitu dong. Fatih mau gimanapun harus tetep profesional, disini posisi dia sebagai ketua panitia, bukan musuh Mondy. Lagian kenapa bisa sampe musuhan gitu ya... Padahal setahuku, Mondy orangnya adem"

"Takut kalah saing kali" celetuk Langit sambil mengendikkan bahunya. "Mondy kan tampan, pintar, dan bersahaja. Kamu aja kayaknya deg-degan terus kalo aku lagi sama Mondy" lanjut Langit seraya tertawa.

"Ya emang, aku mah percaya sama Mondy kalo dia gak akan macem-macem. Tapi aku khawatirnya malah sama kamu, takutnya kamu yang oleng" ujar Jagad meledek.

Langit memperhatikan Jagad dengan seksama, kemudian tersenyum. Ia selalu menyukai ketika pria itu berbicara dan tertawa. Hari ini pria itu banyak tertawa untuknya. Langit seringkali merasa hangat ketika laki-laki itu banyak mengoceh, bahkan mengeluh sekalipun. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, ia merasa semakin menyukai sosok Jagad.


"ASSALAMMUALAIKUM!" Teriak Langit dari luar gerbang rumah Mondy.

"Rumah orang woy, gak usah teriak!" protes Jihan sambil memukul lengan gadis itu.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang