-dua puluh satu

35 10 2
                                    

Jagad dan Mas Raya duduk dikursi tunggu sebuah kantor pengurusan visa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jagad dan Mas Raya duduk dikursi tunggu sebuah kantor pengurusan visa. Keduanya menunggu panggilan antrian di counter penyerahan berkas visa.

Jagad sengaja mengantar Mas Raya mengurus visa nya karena Mas Raya berencana untuk melanjutkan kuliahnya di Kanada.

Sementara menunggu, mata Jagad terus melihat ke layar LCD yang menayangkan tayangan pariwisata Kanada. Ia merasa kagum betapa luar biasanya Negeri itu. Pegunungan Rocky membentang sejauh mata memandang, terlihat hamparan salju serta beruang kutub yang bermain-main di Kanada bagian utara, kota metropolitan dengan deretan gedung tinggi yang menjulang, indahnya danau berwarna Turquoise yang memanjakan mata, serta Aurora Borealis yang menari dengan lincahnya diangkasa.

Kemudian Jagad membayangkan betapa bahagianya jika nanti ia juga bisa mengunjungi Negara Maple tersebut.

Setelah selesai mengurus keperluan mereka, Kakak-beradik itu kembali menuju mobil mereka.

Jagad meraih ponsel yang ada disaku celananya, sebelum ia memasang sabuk pengaman dikursi penumpang.

"Halo"

"Halo" Suara parau khas bangun tidur terdengar diseberang telepon.

"Baru bangun ya?" Ucap Jagad lembut sembari melengkungkan senyumnya, membayangkan betapa menggemaskannya Langit saat gadis cantik itu baru saja bangun dari tidurnya.

"Hmm, kenapa? Tumben telepon?"

"Sibuk gak? Jalan yuk" Ajak Jagad.

Langit terdengar menghela napas kasar, "tumben banget, kamu lagi kesurupan ya?"

Jagad tertawa keras, "aku jalan sekarang ya, see you"

Jagad menutup panggilan telepon mereka secara sepihak tanpa mengizinkan Langit mengatakan sepatah katapun.

"Mas, mobil abis ini gue pake ya?" Ucap Jagad kepada Kakaknya yang sedang fokus menyetir.

"Mau kemana?" Tanya Mas Raya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kemana aja asal sama Langit" Celetuk Jagad sembari terkekeh.

"Najis lo!" Umpat Mas Raya, "yaudah anter gue balik dulu berarti"


Dikamar Langit...

Gadis itu menyibak selimutnya kasar dan buru-buru bangkit dari tempat tidurnya yang menimbulkan suara grabak-grubuk.

Rega yang baru saja lewat didepan kamar Langit pun bingung dengan apa yang sedang dilakukan oleh Kakaknya.

"Ngapain sih lo?" Ucap Rega sambil melongok dari pintu.

Langit yang sedang memilih-milih baju dilemarinya pun terlonjak kaget.

"Buset, lo mau minggat?" ucap Rega lagi saat melihat banyak baju berserakan dilantai maupun dikasur gadis itu.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang