-enam belas

31 11 0
                                    

Jika kebahagiaan membuat seseorang tersenyum, maka musibah membuat orang tersebut menangis agar bisa tersenyum dengan lebih lebar lagi dikemudian hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jika kebahagiaan membuat seseorang tersenyum, maka musibah membuat orang tersebut menangis agar bisa tersenyum dengan lebih lebar lagi dikemudian hari.

Musibah datang kepada orang yang mampu untuk melewatinya. Musibah tercipta bersamaan dengan jalan keluarnya. Maka dari itu, jangan fokus terhadap cobaannya tapi fokus pada jalan keluarnya.

Musibah juga akan menjadi sebuah kenikmatan dengan cara bagaimana orang tersebut menyikapinya. Bersabar dan ikhlas jika cobaan itu hadir, maka kenikmatan dan kebahagiaan itu akan datang menghampiri setelah musibah itu sendiri pergi.

"SEMUA INI GARA-GARA KAMU!" Bentak Ibu Jagad sambil menunjuk wajah Langit dengan telunjuknya yang membuat gadis itu membulatkan matanya karena terkejut.

Langit tidak mampu menanggapi, matanya terus mengeluarkan air mata dan wajahnya terlihat begitu pucat.

"KALO AJA KAMU GAK PERGI SAMA JAGAD HARI INI, JAGAD PASTI MASIH SEHAT!" Lanjut Ibu Jagad.

Genta masih merangkul Langit dan memegangi tubuh gadis itu yang terpaut sangat lemas dan tidak mampu untuk berdiri sendiri. Langit mencengkram belakang jaket yang Genta kenakan, ia merasa takut setengah mati dan tidak tau harus melakukan apa.

Mas Raya meraih lengan Ibu nya dan mendudukannya dikursi tunggu koridor rumah sakit. Entah apa yang Mas Raya bicarakan dengan Ibu nya, tapi Langit melihat wajah sang Ibu berubah menjadi sedikit lebih tenang.

Genta mengantar Langit untuk segera mengobati luka-lukanya. Entah kekuatan darimana, bahkan Langit sudah melupakan luka-lukanya akibat kekhawatirannya kepada Jagad.

"Sabar!" ucap Genta lembut kemudian tersenyum tenang sambil mengelus punggung Langit dan menuntunnya masuk ke IGD.

Sementara Langit diobati, Genta menelepon Rega yang belum lama ini ia kenal karena sempat kopdar bersama.

Tak lama kemudian keluarga Langit datang.

Papa dan Mama Langit tampak panik dan memasang wajah cemas ingin mengetahui kondisi putrinya. Sementara Rega yang memasang wajah dingin dan agak sinis namun terlihat penuh dengan kekhawatiran, berjalan dibelakang orang tuanya sambil sesekali mengacak rambutnya asal.

"Tenang Tante, Om. Langit lagi diobatin di dalem, dia gapapa kok Tante. Tadi masih sempet ngobrol sama Genta" ucap Genta seraya menenangkan.

Semuanya masih menunggu dalam diam dan harap-harap cemas atas keadaan Langit dan Jagad.

Langit keluar dari IGD dengan seorang suster yang menuntunnya sangat pelan. Kepala gadis itu sudah terbalut perban, begitu juga dengan lengan dan kakinya. Ia tersenyum getir, melihat semua anggota keluarganya dan juga Genta yang setia menunggunya.

Rega meraih tangan Kakaknya, kemudian menduduki Langit dikursi. "Lo gak sayang sama gue ya!?" Hardik Rega.

Langit memandang adiknya bingung, mengapa adiknya melontarkan pertanyaan seperti itu.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang