-dua puluh delapan

34 9 6
                                    

"Hai!" Sapa Jagad yang tiba-tiba hadir didekat Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai!" Sapa Jagad yang tiba-tiba hadir didekat Langit.

Langit kaget, nyaris menampar Jagad dengan buku paket yang berada digenggamannya. Beruntung Jagad dengan sigap menghindarinya.

Langit terlihat cerah siang itu. Gadis itu mengenakan kemeja putih dengan motif salur berwarna coklat, lengkap dengan celana jeans highwaist, dan sepasang sepatu kets berwarna putih. Rambut legam panjangnya diikat satu, mirip seperti buntut kuda.

"Kaget banget..." kata Jagad lagi dibarengi dengan kekehan.

Langit mendengus, "ya pikir aja, gimana gak kaget coba kamu dateng tiba-tiba kayak hantu!" ucap Langit kesal.

"Masa kamu sayang sama hantu" goda Jagad.

"Nyebelin!"

"Tapi kamu suka kan pas aku cium?" Jagad terus menggoda Langit.

"Apaansih!" Langit terus berjalan, berpura-pura tidak memperdulikan lelaki yang sedang tertawa keras disampingnya.

"Kelas aku udah selesai" ucap Jagad cepat.

"Terus?"

"Terus aku kesini buat ketemu kamu..."

"Terus...?"

"Mau ngajak kamu jalan"

"Terus?"

"Kamu pasti mau kan?"

"Sotoy..."

"Kamu pasti gak akan nolak"

"Terus?"

"Gak usah ada terus-terus, Langit!" Ucap Jagad jengkel.

Kali ini, Langit balik menertawakan Jagad, sehingga yang ditertawakan menjadi diam seribu bahasa.

Siang itu, Jagad terlihat santai dengan kaos oblong berwarna hitam, tak lupa hoodie oversize berwarna hitam melapisi tubuhnya, dipadukan dengan celana skinny warna abu-abu, serta sepatu Converse warna hitam, tak lupa juga tas ransel Jansport kebanggaan miliknya.

Jagad menghentikan langkahnya, memandangi Langit dengan seksama. Jagad sedikit menundukkan kepalanya, menyamakan pandangan matanya agar bisa sejajar dengan mata Langit, "Kamu mau kan jalan sama aku?"

Tanpa diminta dengan gesture serius seperti itu pun, otomatis Langit akan menerima ajakan Jagad. Tatap mata Jagad yang teduh, senyumnya selalu menenangkan, Langit bisa melihat bias ketulusan hanya dengan menatap mata Jagad. Sungguh, hal itulah yang selalu Langit sukai.

Langit mengangguk mantap.

Jagad tersenyum lebar. Dia meraih pergelangan tangan Langit, kemudian menariknya, terkesan kuat namun sesungguhnya penuh kelembutan.


Jagad membawa Langit ke sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dari hiruk pikuk kota. Namun, bisa dibilang ini adalah hidden place. Karena memang tempatnya tidak terlihat dari sisi jalan raya.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang