- sembilan belas

36 11 0
                                    

Langit membiarkan rambut panjangnya berantakan karena tertiup hembusan angin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Langit membiarkan rambut panjangnya berantakan karena tertiup hembusan angin malam. Akhir-akhir ini sepertinya gadis itu begitu menikmati kebersamaannya dengan Mondy.

Sudah terhitung empat hari setelah kepulangan Jagad dari rumah sakit. Laki-laki itu tidak menghubungi ataupun menemui Langit.

Itu berhasil membuat Langit uring-uringan.

Setiap hari, Mondy selalu menyempatkan diri untuk menemani Langit, baik itu dikampus ataupun seperti sekarang. Saat ini mereka tengah menikmati udara segar tepi pantai yang terletak ditengah kota.

Warna-warni lampu kota dan kapal barang yang melintas juga memandikan mereka dengan cahayanya. Langit merasa sedikit terhibur ketika angin mulai membelai rambutnya. Deburan ombak seakan tak mau kalah ingin ikut mengusir kegelisahan Langit agar pergi jauh-jauh.

Gadis itu melirik jam tangannya. Sudah jam sembilan, tapi ruang terbuka ini masih saja ramai oleh pengunjung maupun pedagang.

Mondy berdeham, "gak laper, Lang?" tanya-nya disela-sela keheningan.

"Laper" jawab Langit singkat tanpa mengalihkan atensinya pada pantai dihadapannya.

"Yuk makan, gue traktir!" ucap Mondy sambil berdiri dari duduknya, membersihkan bagian belakang celananya yang penuh dengan pasir pantai, kemudian mengulurkan tangannya kepada Langit.

"Nah gitu kek, gue daritadi nungguin kalimat itu" celetuk Langit kemudian meraih tangan Mondy.

"Ceplas-ceplos banget sih lo!" Mondy terkekeh sambil mengusak rambut gadis yang lebih pendek darinya.

Mereka menghentikan langkah tepat didepan penjual makanan yang sedang asik dengan wajan diatas kompor yang menyala.

"Eh lo doyan mie tektek kan?" tanya Mondy memastikan apa ia tidak salah membawa Langit ke penjual mie tektek.

"Apa aja gue makan kok, tenang aja"

Mondy mengelus dadanya dan menghembuskan napas lega.

"Kenapa lo?" tanya Langit heran.

"Gue gak harus ngeluarin budget milyaran kalo mau nge-date sama lo berarti" Mondy tertawa.

"Mulut lo!" omel Langit sambil memukul pelan lengan Mondy.

Langit duduk disalah satu kursi yang tersedia, Mondy ikut duduk disebelahnya setelah ia selesai memesan dua porsi mie tektek.

Beberapa saat kemudian, mie tektek yang dipesan sudah berada didepan mereka. Setelah berdoa, keduanya melahap makanan tersebut saat asap masih mengepul diatasnya.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang