-dua belas

64 13 8
                                    

"Nebeng dong, boleh gak?" Pinta Langit pada laki-laki yang tengah membereskan bukunya kemudian hendak memasukkan nya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nebeng dong, boleh gak?" Pinta Langit pada laki-laki yang tengah membereskan bukunya kemudian hendak memasukkan nya ke dalam tas.

Mondy menoleh, matanya menangkap sorot mata Langit yang sedang memandang wajahnya dengan tatapan penuh harap. "Boleh dong!" ucap Mondy sambil mengusak rambut Langit.

Langit mendengus kesal, "Ck! Eh tapi temenin gue dulu mau gak?"

"Kemana?"

"Emak gue nitip brokoli anjir. Ke Supermarket sebentar gapapa kan?" tanya Langit memastikan apakah Mondy bersedia mengantarnya atau tidak.

"Mau mama minta gue nanem kebon brokoli juga gue lakuin!" ucap Mondy percaya diri.

"Mama siapa?" Langit mengerutkan dahinya tanda heran.

Mondy menyampirkan tas selempangnya dipundak, "Mama kamu!" kemudian berjalan keluar kelas.

"Udah gila nih orang" umpat Langit yang kemudian berlari kecil menyusul Mondy.

Sore ini, Supermarket yang mereka kunjungi sangat ramai. Langit mengerjap, ia sama sekali belum berniat untuk keluar dari mobil laki-laki tampan itu.

Langit berdeham pelan, "gak usah jadi aja yuk, Mon. Rame banget!"

"Emang kenapa kalo rame? Takut ilang?" Goda Mondy lalu mendapat pukulan dari gadis yang duduk dikursi penumpang.

"Bukan gitu!"

"Ya terus apa? Tenang, gue jagain! Gak usah kebanyakan mikir, keburu nyokap lo nanem pohon brokoli sendiri" Mondy langsung turun dari mobil miliknya yang sudah ia parkir rapih ditempat parkir Supermarket yang sangat padat.

Langit menuruti perkataan Mondy dan ikut turun dari mobil.

Benar saja, Supermarket terasa sesak akibat banyaknya pengunjung yang datang karena ini sudah menginjak awal bulan. Semuanya berbelanja tanpa terkecuali.

Langit menjinjing keranjang belanjaan, ia merasa tidak harus menggunakan troli karena Mama hanya menyuruhnya membeli brokoli dan minyak wijen.

Ia sudah mendapatkan apa yang Mamanya pesan, kemudian ia berjalan menuju rak minuman. Mengambil 3 kotak Teh Botol berukuran 1liter.

"Suka banget?" Tanya Mondy tiba-tiba yang daritadi memperhatikan Langit.

"Hah?" Jawab Langit clueless.

"Suka banget Teh Botol? Banyak banget belinya." Ujar Mondy sambil menunjuk keranjang belanjaan Langit menggunakan wajahnya.

"Oh" Langit yang baru paham dengan apa yang dibicarakan Mondy, terkadang Langit memang sedikit bodoh. "Iya suka banget! Kenapa? Bokap lo yang punya pabriknya?" Sambung Langit asal.

Mondy tertawa terbahak sambil mengacak rambut Langit. "Ya bukanlah, otak lo ada-ada aja deh!" Ucap Mondy sambil memegang kepala Langit.

"Yah gue kira Bapak lo yang punya pabriknya, baru pengen macarin anaknya" Ujar Langit sambil mengangkat keranjang belanjaannya.

APFOKUS || MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang