Katanya, perempuan adalah makhluk yang paling pintar dalam berpura-pura, terus aku harus apa lagi kalau nyatanya kehidupan memang penuh sandiwara...
***
"Aira."
Suara panggilan yang disusul oleh pintu kamarnya yang dibuka dari luar membuat Aira mendongakkan kepalanya dari buku tebal di tangannya yang sedang dibacanya.
"Iya Ma."
"Di luar ada temen-temen Mama sama Tante Mira tuh, ada Stella juga, kamu kok di kamar terus, sana keluar sapa mereka dulu."
Aira menahan dirinya untuk tidak menghela napas beratnya, lalu menutup buku di tangannya dan beranjak bangkit dari tempat tidurnya, sementara sang Ibu masih memantau pergerakannya dengan berdiri berkacak pinggang di ambang pintu.
Aira berjalan keluar dari pintu kamarnya yang kemudian di susul oleh sang ibu yang berjalan di belakangnya.
"Eh Aira, ya ampun udah gede aja ya kamu."
Aira mencoba memasang senyum sopan di wajahnya sembari menyalimi tangan Tante Mira. Rasanya baru sekitar dua bulan yang lalu mereka pernah bertemu dan Tante Mira juga mengucapkan hal yang sama.
"Hai Aira..." Suara sapaan dari arah lain membuat Aira mengalihkan pandangannya dan mendapati seorang gadis seusianya yang berjalan dari arah dapur dengan membawa sebuah gelas di tangan kanannya.
Aira menatap gadis itu lekat. "Hai... Stella." Ucap Aira membalas sapaan gadis bernama Stella itu, yang kemudian dibalas oleh senyuman aneh dari gadis itu.
"Ya ampun... udah lama banget ya gue gak ketemu lo... and look at you now... bener kata Mama, lo udah gede aja ya?"
Aira berusaha mempertahankan senyuman penuh keterpaksaan di wajahnya. Lihatlah Ibu dan anak itu tidak pernah ada bedanya. Stella... anak tante Mira itu bahkan seumuran dengan dirinya, jadi apa yang mereka harapkan ketika bertemu dengannya? Berharap bahwa mereka akan menemukannya masih menjadi gadis berumur sepuluh tahun di saat Stella sudah berumur tujuh belas tahun?
Aira mengalihkan pandangannya menatap teman-teman Mama yang lain yang sibuk berbincang-bincang bersama di sofa yang lain. Kelihatannya hanya tante Mira saja yang membawa anak gadisnya yang begitu dibanggakannya itu untuk ikut serta ke acara perkumpulan para Ibu-ibu ini.
Aira tidak pernah mengerti mengapa sang Ibu selalu memintanya untuk keluar dari tempat persembunyiannya yang tenang hanya untuk menyapa orang-orang yang terasa asing untuknya seperti ini.
Lalu kini apalagi yang harus dilakukannya? Berdiri bagaikan robot penyambut tamu yang ramah dengan senyum yang terus terukir di wajahnya hingga wajahnya terasa kebas?
"Eh Aira kok berdiri aja disitu sih, ajak Stella ke halaman belakang dong." Mama yang baru saja datang entah dari mana, tiba-tiba langsung saja meminta Aira untuk melakukan hal selanjutnya yang merupakan bagian dari ritual penyambutan tamu. "Kalian kan udah lama gak ketemu, ngobrol-ngobrol berdua dulu dong sana, jangan disini, disini khusus untuk Ibu-Ibu aja."
Aira masih menahan dirinya untuk tetap bersikap baik dan mempertahankan wajahnya untuk tidak memperlihatkan ekspresi-ekspresi yang tidak menyenangkan.
"Ayo kita kebelakang!" Stella ternyata sudah bangkit terlebih dahulu dari sofa bahkan sebelum Aira mengajaknya. "Kita emang butuh ngobrol-ngobrol, udah lama banget kan soalnya gak ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionArgara, si pemilik mata setajam elang yang menyimpan begitu banyak misteri. Namun di balik sikap dinginnya, satu hal yang tidak akan pernah orang lain ketahui, bahwa, Arga tidak pernah egois ketika ia telah benar-benar mencintai satu orang, ia akan...