Aira berdiri di depan lokernya dan mengeluarkan beberapa buku yang dibutuhkannya untuk hari ini. Sudut matanya menangkap bayangan seseorang yang sedang berbelok dari ujung loker dan berjalan melewati jajaran loker yang sama dengan loker miliknya. Seakan ada magnet tersendiri, matanya melirik sosok itu lalu kemudian sedikit membeku kaku ketika mendapati bahwa ternyata sosok tersebut adalah Arga. Tubuh Aira semakin membeku ketika tatapan mata elang Arga melirik dirinya sekilas sebelum kemudian berlalu melewatinya begitu saja menuju lokernya yang terletak di jajaran paling ujung.
Aira diam-diam menggigit bagian dalam bibirnya, tidak menyangka hubungan mereka benar-benar akan menjadi seperti dua orang asing seperti ini. Ya, walaupun sejak awal hubungan mereka adalah hubungan yang dirahasiakan, dan mereka akan bertingkah seperti orang asing jika bertemu di tempat yang ramai seperti ini, tapi setidaknya, dulu hubungan mereka sama sekali tidak seperti ini. Setidaknya, Arga tidak pernah memberikannya tatapan dingin yang sama seperti yang pemuda itu berikan untuk gadis-gadis lain di sekolah ini.
Namun kini, Aira mendapatkan tatapan dingin yang sama, seakan Aira termasuk ke dalam jenis gadis yang ingin Arga hindari dalam hidupnya.
Lalu apa arti kehadirannya di balik jendela kaca restoran kemarin malam? Hanya untuk kembali mengacaukan pikirannya saja? Lalu kemudian kembali bertingkah seakan-akan tidak pernah terjadi apapun sama sekali.
Mungkin semua itu memang tidak berarti apapun untuk Arga, mungkin kehadiran mengejutkannya di balik jendela kaca restoran malam kemarin juga tidak berarti apapun sama sekali untuk Arga, namun yang tidak Arga ketahui adalah hal yang tidak berarti sama sekali untuknya tersebut adalah hal yang dengan mudahnya mampu menggoyahkan pertahanannya dengan begitu mudahnya. Merobohkan benteng tinggi yang telah susah payah dibangunnya untuk membentengi perasaannya sendiri agar dirinya kembali kuat dan dapat mengambil alih seluruh kewarasannya dengan baik lagi.
Menghela napasnya panjang, Aira kemudian menggelengkan kepalanya pelan sembari menatap jauh ke dalam lokernya. Mungkin, memang seperti inilah akhir dari ceritanya dan Arga, tidak ada yang perlu dilebih-lebihkan, semua yang mereka lalui bersama mungkin memang hanyalah kisah cinta remaja yang tidak akan berarti apapun lagi nantinya. ketika mereka lulus, mereka akan mulai menjalani kehidupan mereka masing-masing dan mungkin akan saling melupakan seluruh kisah cinta remaja yang tidak berarti apa-apa ini.
Menghela napasnya panjang untuk terakhir kalinya, Aira kemudian bergerak menutup dan mengunci pintu lokernya kembali kemudian berjalan pergi meninggalkan lokernya dan Arga dibelakangnya yang diam-diam melirik punggung Aira ketika gadis itu telah berbalik pergi hingga punggung Aira menghilang dari balik jajaran loker yang berjajar rapi di ruangan luas itu.
Arga memutar kembali wajahnya menghadap ke dalam loker miliknya dan berdiri termenung disana selama beberapa saat sebelum kemudian meraih salah satu buku tulisnya dengan asal lalu menutup dan mengunci kembali loker miliknya tersebut lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan loker yang masih diisi oleh beberapa orang yang berbincang-bincang ringan di hadapan beberapa jajaran loker lainnya.
***
Seperti biasanya, pada jam istirahat kantin selalu ramai dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menghabiskan jam istirahat mereka disana. Aira berjalan memasuki kantin sembari melirik meja-meja yang telah dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk menyantap makanan mereka masing-masing. Aira hanya membeli sebuah minuman dingin dalam kemasan dan sebuah roti berselai cokelat dalam kemasan lalu membayarnya sebelum kemudian melipir pergi meninggalkan kantin dengan sebotol minuman dan roti berselai cokelat dalam kemasan di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionArgara, si pemilik mata setajam elang yang menyimpan begitu banyak misteri. Namun di balik sikap dinginnya, satu hal yang tidak akan pernah orang lain ketahui, bahwa, Arga tidak pernah egois ketika ia telah benar-benar mencintai satu orang, ia akan...