Seperti biasa, begitu memasuki area sekolah, Aira segera membawa langkahnya menuju ruangan tempat terletaknya seluruh loker setiap siswa.
Mengambil beberapa buku yang dibutuhkannya untuk mata pelajaran hari ini, Aira kemudian menutup kembali pintu lokernya lalu menguncinya sebelum kemudian berbalik dan berjalan dengan memeluk beberapa buku yang baru saja diambilnya dengan sebelah tangannya.
Langkah Aira sedikit terhenti ketika mendapati Arga yang baru saja muncul dari ujung barisan loker yang sedang ia lewati. Arga berjalan dari arah berlawanan yang mau tidak mau tidak lama lagi mereka harus saling berpapasan. Aira melirik wajah Arga selama beberapa detik sebelum kemudian kembali melanjutkan langkahnya ketika lagi dan lagi tidak mendapati perubahan ekspresi wajah yang berarti dari Arga.
Aira memilih melanjutkan langkahnya dengan senormal mungkin tanpa melirik ke arah Arga lagi bahkan hingga langkah mereka kian dekat dan sempat berpapasan selama beberapa detik lalu saling berlalu begitu saja menuju arah tujuan mereka masing-masing.
Seperti Arga yang memperlakukannya seperti orang asing, Aira juga ingin mencoba membiasakan dirinya untuk memperlakukan pemuda itu dengan cara yang sama. Jika memang itu yang Arga inginkan, bukankah sebaiknya ia juga menurutinya dan menjalankan perannya sesuai dengan yang Arga inginkan agar pemuda itu senang bukan?
Bugh.
"Aw!"
Aira memekik tertahan ketika secara tidak terduga sama sekali tangan kanannya tiba-tiba saja ditarik paksa dari belakang, lalu tubuhnya didorong ke samping hingga punggungnya membentur pintu loker di dekatnya.
Semuanya terjadi dengan begitu cepat dan tiba-tiba hingga Aira kesulitan untuk memahami apa yang sedang terjadi kepadanya saat ini. Namun yang ia dapati kemudian hanyalah Arga yang telah berdiri di hadapannya dengan kedua tangan yang diletakkan pada pintu loker di kedua sisi tubuhnya, yang membuat tubuhnya terkurung di antara kedua tangan Arga.
Raut wajah Arga terlihat tidak bersahabat saat ini. Matanya menatap tepat ke dalam mata Aira dengan tatapan tajam yang begitu menusuk.
Aira masih belum sepenuhnya bisa mencerna apa yang sedang terjadi saat ini, namun pikirannya berusaha menerka-nerka dengan cepat tentang apa penyebab kemarahan Arga saat ini.
"Ada apa dengan kamu?"
Aira mengernyit. Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud pertanyaan Arga.
Bugh.
Aira tersentak ketika tangan kanan Arga memukul pintu loker tepat di samping wajahnya.
"Kenapa kamu jadi kayak gini?" Suara Arga terdengar tajam dan penuh kemarahan, membuat Aira semakin tidak mengerti tentang apa kesalahan yang telah diperbuatnya.
"Apa maksud kamu?" Cicit Aira dengan suara yang begitu pelan. Ia menatap kedua mata Arga secara bergantian. "Apa yang sebenarnya kamu mau?"
Kedua mata Arga masih menatap Aira dengan tatapan tajam, kemudian tiba-tiba saja pemuda itu menggeram tertahan sembari menarik tubuhnya dari hadapan Aira.
"Terserah! lakukan apapun yang kamu suka." Ucap Arga sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju loker miliknya sendiri.
Aira mengernyit. Apa maksudnya? "Bukannya selama ini kamu satu-satunya yang udah bertingkah sesuka kamu?"
Langkah Arga terhenti, hanya sesaat sebelum kemudian pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya dan mengabaikan ucapan Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionArgara, si pemilik mata setajam elang yang menyimpan begitu banyak misteri. Namun di balik sikap dinginnya, satu hal yang tidak akan pernah orang lain ketahui, bahwa, Arga tidak pernah egois ketika ia telah benar-benar mencintai satu orang, ia akan...