Good Friends

1.2K 43 1
                                    

Duduk di hadapan meja riasnya, Aira menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya menelisik penampilannya malam ini yang mengenakan gaun pesta sederhana yang berwarna hitam. Rambut coklat gelapnya terurai rapi dan menutupi punggungnya. Wajahnya kini telah terpoles dengan riasan tipis hasil polesan tangannya.

Malam ini Aira telah siap, hanya tinggal menunggu jemputan dari Alden saja, lalu ia akan pergi menghadiri acara pernikahan sepupu Alden yang tidak dikenalnya itu.

Setelah bertahun-tahun tidak pernah lagi mau ikut menghadiri acara pernikahan siapapun bersama kedua orang tuanya, Aira tidak menyangka bila dirinya akan kembali melakukan hal ini hanya untuk menjadi pasangan seseorang disana agar Alden tidak sendirian.

"Aira!"

Suara Mama terdengar memanggil namanya, sepertinya Alden sudah tiba.

"Ayo cepat keluar Alden udah datang tuh."

Benar saja, Alden sudah tiba.

Aira menarik napasnya dalam-dalam sebelum kemudian bangkit dari meja riasnya dan berjalan keluar dari kamarnya.

"Langsung ke depan aja, Alden nungguin kamu di luar." Ucap Mama ketika Aira berpapasan dengannya di ruang keluarga, Mama juga tampak sibuk mempersiapkan dirinya untuk datang ke acara yang sama. Hal itu mau tidak mau membuat Aira kembali bertanya-tanya mengapa mereka tidak berangkat bersama-sama saja? Tapi ya sudahlah, ini bukan saatnya untuk kembali memperdebatkan sesuatu, maka dari itu Aira hanya mengikuti perintah Mama dan berjalan ke luar untuk menemui Alden yang katanya telah menunggunya di luar.

Tiba di pintu depan, Aira mendapati Alden yang terlihat rapi dengan setelan jas hitamnya yang dipadukan dengan kemeja putih.

"Hei." Sapa Alden dengan memasang senyuman manis di wajahnya ketika Aira berjalan menghampirinya.

Aira hanya membalas sapaan Alden dengan anggukan kepala pelan dan sebuah senyuman tipis yang begitu samar. Entahlah, ia masih merasa begitu canggung untuk saling bertegur sapa dengan Alden. Lagipula lebih baik ia simpan saja senyumannya untuk ia pakai ketika diperkenalkan pada keluarga pemuda itu nantinya, Aira yakin kedua sisi wajahnya akan pegal nanti karena terlalu banyak memasang senyuman palsu.

***

Tepat seperti dugaannya, Aira kini merasa kedua sisi wajahnya pegal begitu juga dengan kedua kakinya. Ia tidak dapat menahan helaan napas leganya ketika pada akhirnya ia dan Alden dapat mengistirahatkan tubuhnya di bangku panjang di bawah sebuah pohon yang rindang di sisi yang tidak begitu terlihat dan sedikit jauh dari keramaian pesta pernikahan yang sedang berlangsung ramai saat ini.

Alden tampaknya cukup menyadari bila Aira telah cukup lelah berjalan kesana kemari untuk dikenalkan kepada setiap sanak keluarga Alden yang begitu banyak jumlahnya itu. Sehingga Alden tampaknya cukup perhatian untuk membawanya menjauh dari keramaian agar ia dapat beristirahat sejenak. Bahkan Alden yang memutuskan untuk mengajaknya beristirahat di bawah pohon yang jauh dari keramaian ini ketimbang mengajaknya duduk di meja-meja yang telah disediakan untuk tamu undangan acara tersebut.

Sepertinya Alden cukup menyadari jika mereka tidak akan dapat beristirahat dengan tenang jika memutuskan untuk duduk di salah satu meja yang disediakan, karena sejak tadi ada saja orang-orang yang mengenal Alden yang menghampiri mereka hingga tidak ada habisnya.

Aira melirik punggung Alden yang sedang berjalan menjauh karena ingin mengambilkan minuman. Beberapa kali langkah Alden tampak terhenti karena dihampiri oleh orang-orang yang berpapasan dengannya yang mungkin mengenalnya. Alden tampaknya sudah sangat lihai dan terbiasa untuk menghadapi orang-orang di acara-acara seperti ini. Alden tampak begitu lihai untuk berkomunikasi dan berbasa-basi ringan dengan orang-orang yang berpapasan dengannya.

ARGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang