Seperti biasanya, pagi ini Aira sudah bersiap untuk berangkat sekolah, ia mengaitkan tas ranselnya di sebelah bahunya dan berjalan meninggalkan dapur setelah mengambil kotak sarapannya.
Aira melirik Arloji di pergelangan tangan kirinya sebelum kemudian menunduk untuk mengikat tali sepatunya. Setelah selesai mengikat kedua tali sepatunya, Aira segera bangkit dan berjalan menuju pintu utama rumahnya.
Begitu membuka pintu, Aira menemukan Alden yang telah berdiri di halaman rumahnya, pemuda itu tampak telah rapi dengan seragam sekolahnya.
Alden mengangkat tangannya dan melambai kecil begitu melihat Aira melangkah keluar dari pintu rumahnya.
"Hey!" Sapa Alden begitu Aira tiba di hadapannya.
Aira membalas sapaan Alden dengan sebuah senyuman tipis sebelum kemudian melangkah masuk ke dalam mobil Alden ketika pemuda itu mempersilahkannya untuk masuk.
Aira melihat Alden berlari kecil mengitari mobil untuk masuk dari pintu di sisi yang lain. Sudah hampir dua minggu ia mulai terbiasa menemukan Alden di halaman rumahnya setiap pagi lalu mereka akan berangkat ke sekolah bersama.
Jujur saja Aira belum sepenuhnya merasa nyaman saat bersama dengan Alden, hanya saja ia mencoba sebisa mungkin untuk bersikap baik kepada pemuda itu, terutama mengingat Alden juga selalu memperlakukannya dengan sangat baik.
Harus Aira akui bila bersama Alden tidak seburuk yang dirinya pikirkan sebelumnya, setidaknya tidak seburuk ketika dirinya sedang bersama dengan orang asing lain yang ditemuinya. Ia masih dapat merasakan sedikit kenyamanan ketika bersama Alden, setidaknya ia merasa seperti sedang bersama seorang teman. Setidaknya Alden cukup pengertian dan tidak banyak mengeluh tentang sikapnya yang biasanya cukup membuat resah orang lain.
"Nanti pulang sekolah aku jemput ya?"
Aira menoleh ke arah Alden. "Gak latihan basket?" Tanya Aira memastikan, karena terkadang Alden berlatih basket sepulang sekolah sehingga tidak dapat menjemputnya sepulang sekolah.
"Hari ini enggak latihan, jadi kita bisa pulang bareng."
"Hm." Aira menganggukkan kepalanya kecil.
"Kamu mau pergi ke suatu tempat habis pulang sekolah?"
"Hm?"
"Ke toko buku mungkin?"
Aira bergumam pelan sembari mengingat-ingat apakah ada buku yang sedang ingin dibelinya. Aira kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak."
"Atau kamu mau ke suatu tempat lain mungkin?"
Aira mengerti, Alden ingin mengajaknya berjalan-jalan sepulang sekolah, namun sepertinya pemuda itu tidak tau bagaimana cara mengungkapkannya.
Aira tampak berpikir selama beberapa saat. Sepertinya ia sedang tidak ingin pergi kemanapun sepulang sekolah nanti.
"Aku lagi gak pengen kemana-mana, habis pulang sekolah mau langsung pulang ke rumah."
"Oh... oke." Alden tampak menganggukkan kepalanya mengerti, walau raut wajahnya sedikit menyiratkan kekecewaan.
Aira harap Alden dapat mengerti bahwa ia sama sekali tipe pacar yang bisa diajak bersenang-senang dengan pergi ke suatu tempat atau berkencan buta sepulang sekolah. Tapi tunggu dulu apakah ia dan Alden sudah resmi berpacaran saat ini? Aira segera mengenyahkan hal tersebut dari kepalanya, itu terasa menggelikan. Tapi apa sebenarnya hubungan mereka saat ini? Entahlah Aira todak ingin memikirkannya, ia rasa ia lebih suka menganggap Alden sebagai temannya saja. Ia tidak peduli walau kedua orang tuanya dan kedua orang tua Alden menganggap hubungan mereka dalam arti yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionArgara, si pemilik mata setajam elang yang menyimpan begitu banyak misteri. Namun di balik sikap dinginnya, satu hal yang tidak akan pernah orang lain ketahui, bahwa, Arga tidak pernah egois ketika ia telah benar-benar mencintai satu orang, ia akan...