"Beneran mau?" tanya Salma memastikan dengan berbinar-binar.
"Iya, Umi, insyaAllah."
"Umi gak maksa loh, Sayang."
"Andin tau, Umi cuma mau yang terbaik buat Andin. Abi udah gak ada, Umi dan Mas Dana juga sibuk kerja."
"Kenapa pas kemarin malam kamu ragu gitu?"
"Hm, Andin kaget Umi. Andin juga takut ganggu hubungan Chandra sama Ratu."
"Loh, bukannya mereka cuma temenan ya?"
"Iya, Andin kira Chandra suka sama Ratu. Makannya, Andin pikir Chandra bakal nolak pernikahan ini. Tapi, Chandra udah yakinin Andin kalau dia gak suka sama Ratu."
"Iyalah, dia sukanya sama kamu." Salma tersenyum menatap wajah cantik putrinya. Andin memiliki hati yang tipis, mudah tersentuh dan merasa kasihan pada apa yang dialami orang lain sampai lupa bahwa dia juga perlu bahagia. Dan Salma harap, bersatunya Andin dan Chandra akan membuat anaknya itu bahagia. Jangan kira Salma tidak tahu bahwa sebenarnya mereka saling menyayangi. Jika harus menunggu Chandra mengungkapkan perasaanya, mungkin membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu yang tua bertindak.
"Loh, Umi tau?" tanya Andin membelalakkan matanya tak percaya.
"Ah kamunya gak peka sih."
"Ih, Andin peka~"
Terkekeh pelan mendengar rengekan anaknya. Hah, tak terasa sebentar lagi ia akan menyerahkan putri kecilnya ini. Mengingat itu, membuat Salma menatap Andin intens, ingin menyampaikan sesuatu. Sesuatu yang merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya suatu hubungan pernikahan.
"Kenapa Umi?"
"Enggak, Umi cuma berpesan sama kamu, Sayang. Sebentar lagi kamu akan menikah, dan itu bukan main-main. Umi mau, kamu belajar lebih dewasa lagi. Jangan suka seenaknya, jangan nakal, jangan bertindak gegabah, dan belajar jadi istri yang pengertian terhadap kondisi suami kamu. Bisa? Umi mau rumah tangga kalian berjalan dengan baik. Walaupun, kalian akan menikah muda, tapi jangan sampai itu menjadi hambatan untuk menjalankan keluarga yang harmonis dan penuh kebahagiaan."
Mendengar wejangan Salma, hati Andin tersentuh. Tersenyum menatap Uminya dengan pandangan yang terkagum-kagum, "Iya Umi, Andin coba, ya."
"Makasih, Sayang. Sebisa mungkin, pertahankan rumah tangga kalian, walaupun itu gak mudah. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik. Atau, kamu bisa cerita ke Umi, cari jalan keluarnya dengan kepala dingin. Oke, Sayang?"
"Siap, Umi. Mas Dana masih ada di rumah, Mi?" tanya Andin mengernyitkan dahinya saat melihat jas kantor Dana yang tergeletak di lengan sofa.
"Iya."
"Tumben, biasanya di rumah cuma numpang lewat, abis itu kabur lagi deh ke kantornya." Andin mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Dana, dan pandangannya berhenti pada orang yang sedang menyeruput minumannya di dekat kolam renang. Andin dan Salma sendiri duduk di sofa yang tidak jauh dari kolam renang tersebut.
"Dia ambil cuti, sama kaya Umi. Setelah pernikahan kamu selesai, baru deh ngantor lagi." Salma memberikan penjelasan sembari mengusap surai Andin penuh sayang.
Mengetahui bahwa Andin dan Salma sudah selesai berbincang, Dana menghampiri mereka dan duduk di sebelah Andin. "Gimana? Setuju?"
"Iya, dong."
"Mantap. Alasan kamu setuju apa kalau boleh Kakak tau?" tanya Dana penasaran.
"Hm, karena Chandranya juga setuju. Ini juga permintaan Umi. Masalah perasaan, cinta ada karena terbiasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
WATER-LILY ✔
Teen Fiction"Kamu bisa menjadi laksana bunga teratai, yang tinggal di air yang kotor namun tetap mengagumkan". -Unknown (to Andin) ______________________________________________________________ Andini, sahabat kecil yang selalu dia jahili. Sahabatnya yang sel...