🌼24. KING-KONG🌼

1 0 0
                                    

"Maksudnya Bang Raj?" tanya Ratu terkejut.

"Iyalah, siapa lagi, abang lo, kan, cuma dia," ucap Raden ngegas, yang langsung mendapatkan pukulan keras di punggungnya. Siapa lagi pelakunya, ya si Ratu.

"Berarti, Bi Asih juga ikut ambil bagian dari rencana Raja?" tanya Chandra.

"Hm, bisa jadi. Karena gak mungkin lo sampe gak sadar setelah minum jus dari Bi Asih. Dan gak mungkin secara kebetulan Bi Asih nyuruh lo bawa obatnya ke kamar Ratu. Itu udah direncanain Raja sebelumnya."

"Kenapa Sunan bisa nyimpulin kalau itu ulah Raja? Apa motifnya coba?" tanya Andin makin heran. Setahunya, Raja merupakan teman yang baik, ramah, dan sering membantunya disaat-saat tertentu. Untuk apa Raja melakukan semua ini? Apa keuntungan yang dia dapatkan dengan merusak hubungannya dengan Chandra?

"Dia suka sama lo."

"Hah, masa iya?" tanya mereka berbarengan, kecuali Chandra, Raden dan Sunan tentunya. Chandra mengingatnya, hari di mana Raja yang berniat menjadikan Andin pacarnya saat jam istirahat, namun tidak jadi karena ancamannya.

"Sebenarnya, waktu itu Raja pernah ada rencana buat nembak Andin pas jam istirahat. Tapi gue gagalin rencana dia dengan ngancem bakal bikin muka dia bonyok. Eh, dia beneran takut dan gak jadi nembak Andin. Gue gak tau kalau dia bakal bales dendam sampe segitunya," ucap Chandra menundukkan wajahnya. Dia berkata jujur, agar masalah ini segera selesai dan tidak berkepanjangan lagi.

"Kenapa digagalin?" tanya Andin polos.

"Apanya?" tanya Chandra yang belum  ngeh. Menatap heran ke arah Andin.

"Rencana Raja yang mau nembak aku," ucap Andin memperjelas.

"Hah? Maksudnya kamu mau pacaran sama Raja?" tanya Chandra membulatkan matanya terkejut. Untung dia mencegah Raja, jika tidak, tamatlah riwayatnya.

"Enggak sih, Andin 'kan gak dibolehin pacaran sama Umi," ucap Andin. Ah, benar juga. Aman ....

"Jadi gimana nih?" tanya Raden yang merasa bosan mendengar dan melihat percakapan Chandra dan Andin.

"Gue bakal kasih pelajaran ke dia. Kalau gak gitu, dia gak bakal kapok. Gue gak mau dia terus-terusan ganggu rumah tangga gue dan Andin kaya gini," ucap Chandra yang mulai serius, kembali ke topik utama.

"Aku setuju. Walaupun dia kakak aku, tapi ini gak bisa dibiarin gitu aja. Nantinya kebiasaan," ucap Ratu dengan tegas, membuat Sunan terpana beberapa saat.

"Jangan. Kasih tau ke orang tuanya, biar mereka yang urus," ucap Sunan lempeng.

"Dih, cupu banget mainnya ngaduan ke orang tua. Pake cara laki dong, berantem, gitu. Kek bocah SD aja ngadu ke orang tua," ucap Raden tak terkontrol, lalu segera membekap mulutnya saat mendapat tatapan tajam dari Sunan. Tatapan tajam dari Sunan artinya bukan kematian, tapi dia tak akan diberi lagi uang jajan! Mampus, dah!

"Aku setuju sama Sunan. Ini bukan masalah cupu atau apalah itu. Orang tua pasti tau yang terbaik buat anaknya. Aku yakin, om Daniel dan tante Elisa pasti kasih hukuman yang pantas buat Raja," ucap Andin lugas.

"Gue juga setuju, gak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan, kalau bisa damai, kenapa harus ribut?" Kali ini Dara yang berpendapat.

"Dih, kalau bisa ribut, kenapa harus damai?" Raden bertanya dengan tampang bodohnya.

"Sesat banget hidup lo! Mending diem," ucap Azura menatap wajah Raden kesal. Rasanya, dia ingin menenggelamkan wajah manusia laknat ini ke dalam palung mariana atau jika bisa ke segitiga bermuda sekalian!

"Oke, Beb. Raden ganteng, Raden diem."

"Aku juga setuju deh sama saran Sunan. Kasih tau Papa-Mama aja. Kalau pakai kekerasan, takutnya gak bakal selesai-selesai. Bisa aja temen-temennya Bang Raj yang gak terima Bang Raj digituin langsung balas dendam. Kan panjang lagi urusannya," ucap Ratu memikirkan kemungkinan jika memakai jalur kekerasan. Ratu setuju-setuju saja dengan saran Sunan, sangat setuju malah. Karena Ratu tahu apa yang akan kedua orangnya lakukan saat mendengar tingkah nakal Raja.

WATER-LILY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang