🌼17. ANGRY?🌼

0 1 0
                                    

Suasana kantin saat ini begitu ramai, siswa-siswi berebut meminta dilayani duluan. Yang baru datang berteriak bahwa dia sudah menunggu sejak tadi tapi tak kunjung dilayani, dan ada juga yang sudah mengantri sedari tadi hanya pasrah terdorong sana-sini. Semua kejadian itu tak luput dari pandangan Andin yang sedari tadi terus mengalihkan pandangannya, enggan menatap ke sampingnya di mana ada suaminya yang sedang dijajah oleh seorang gadis manja, ya ... dia juga manja sih, tapikan tak masalah manja dengan suami sendiri. Ingin rasanya mengusir Ratu dari sini, tapi ia juga tak tega karena Ratu juga merupakan temannya.

"Ndin, makan. Ngelamun mulu, lo. Liatin siapa sih?" tanya Raden yang langsung membuyarkan lamunan Andin. Andin terkejut ketika mendapati wajah Raden yang sangat dekat dengan dirinya karena Raden yang mencondongkan badannya ke depan, ke arah Andin.

Chandra yang melihat kelakuan Raden langsung mendorong wajah Raden agar segera menjauh dengan cukup kuat, membuat Raden yang tak siap dengan dorongan Chandra pun langsung terjungkal ke belakang.

"Sial." Raden mengumpat pelan. Sakitnya sih enggak seberapa, masih bisa ditahan, tapi malunya itu, loh! Ingin rasanya memaki Chandra, tapi dianya juga sih yang salah, deketin bini macan. Tak ingin semakin malu, Raden bangkit dan langsung duduk kembali ke kursinya dan menyantap makanannya dengan wajah yang menunduk malu. Jangan salah, Raden juga masih memiliki rasa malu. Apalagi suasana kantin sedang ramai-ramainya.

"Liatin Imron ya, Ndin?" tanya Azura yang duduk di sebelah Raden. Azura menatap ke arah mana Andin memandang, dan yang ia kenali di tengah kerumunan itu hanyalah Imron, teman sekelasnya yang sedang berteriak meminta makanan pada ibu kantin yang ada di sana.

"Hah, enggak, kok."

"Kenapa harus liat laki-laki lain sih?" tanya Chandra kesal, memutar tubuhnya menghadap ke arah Andin. Posisi Chandra ada di tengah-tengah antara Andin dan Ratu. Tapi tadi, dia menghadap ke arah Ratu yang entah sedang menceritakan apa, Andin tak peduli. Andin juga sudah terlanjur kesal, masalahnya, Ratu berbicara dengan berbisik-bisik, seperti perkataannya tak boleh didengar siapa pun selain Chandra.

"Dih, terserah aku, dong." Andin menjawab namun tetap tak mengalihkan pandangannya sedikitpun, tak ingin bertambah kesal. Ingat Andin, berlajarlah menjadi lebih dewasa lagi. Ah, kenapa rasanya sangat sulit?

"Marah?" tanya Chandra pelan, menggerakkan wajah Andin agar menghadap ke arahnya.

Memejamkan mata sejenak, mencoba meredam emosi yang ada dalam diri, "Enggak, lanjut aja ngobrolnya."

"Nah, kata Ayah kalau istri udah ngomong gitu, artinya ngambek, nih," ucap Chandra berbisik pelan.

"Heh! Astaghfirullah jangan ciuman di kantin!" pekik Azura melihat posisi Andin dan Chandra saat ini. Sebenarnya mereka tidak berciuman. Hanya saja, posisi duduk Azura-lah yang jika melihat ke arah mereka, akan terlihat seperti Chandra yang sedang mencium Andin. 

"Jangan ganggu mereka, Beb. Sini-sini, sama aku aja, sini." Raden memejamkan matanya juga merentangkan tangannya hendak memeluk Azura, namun sebelum Azura masuk ke dalam dekapannya, bisa Raden rasakan seseorang menarik kerahnya dari belakang. Saat menengok ke belakang, terlihatlah wajah datar Sunan yang sangat menyebalkan. "Kenapa?" tanya Raden membuka kedua matanya berusaha sabar.

"Masuk kelas."

Saat mengedarkan pandangannya, ternyata kantin tidak sepenuh tadi lagi, hanya sebagian murid saja yang masih terlihat berlalu-lalang. Karena Sunan yang terus-terusan menarik kerah belakangnya, membuat Raden terpaksa bangun dari duduknya dan mengikuti teman-temannya yang sudah jalan duluan. Laknat memang.

💮💮💮

Sesampainya di apartment Andin langsung masuk kamar dan mengunci pintunya. Chandra yang melihat tingkah Andin, menghela napas pelan, mencoba bersabar dan tidak terbawa emosi. Dia pun memesan makanan sembari menunggu Andin membukakan pintunya.

WATER-LILY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang