"Raden, lupa lagi? Atau terlalu sibuk bantu Emak jualan bakso? Apalagi alasan kamu, hm?" tanya Pak Irwan jengah. Ia sedang duduk di mejanya, memeriksa tugas murid-muridnya yang pasti akan ada saja satu atau dua orang yang tidak mengumpulkan.
"Seriusan Pak, Raden lupa kalau ada tugas. Raden gak bisa tidur tadi malemnya pak. Maaf atuh Pak," ucap Raden memelas. Tadi dia sudah berusaha secepat mungkin menyalin tugas Sunan. Namun tetap saja tidak sempat. Belum lagi butuh waktu lama untuk membujuk Sunan agar mau meminjamkan bukunya itu, habis sudah waktu Raden.
"Kalau gak bisa tidur 'kan lumayan, kerjakan saja PR kau. Pasti lama-lama ngantuk. Ini kenapa gak dikerjakan sama sekali?" tanya Pak Irwan kelewat kesal dengan tingkah salah satu muridnya ini.
"Itu—"
"Pak, suruh hormat bendera aja," sela teman-teman laki-laki di kelasnya, juga anak perempuan yang memiliki dendam tersendiri pada Raden.
"Heh! Gak boleh gitu, kalian temen gue bukan sih!"
"BUKAN!"
"Ck, biadab."
"Sudah-sudah. Raden, nanti kamu hormat ke bendera ya," ucap pak Irwan sembari menunjuk ke luar.
"Oke Pak," Raden pun pasrah bangkit dari bangkunya.
Melihat Raden yang hendak keluar kelas Pak Irwan pun bertanya, "Mau ke mana kau?!"
"Ya hormat bendera-lah, Pak."
"Saya bilang nanti."
"Nanti kapan, Pak? Keburu panas atuh lapangannya."
"Ya bagus. Kamu hormat benderanya nanti, pas istirahat kedua."
"Gusti, jangan gitu atuh, Pak. Panaaas, lagian istirahat kedua waktunya istirahat, Pak."
"Gak peduli. Bapak kaya gini biar kamu jera Raden! Biar gak kebiasaan."
"Lah, emang udah kebiasaan kok Pak." Chandra menyahut dengan tampang sok polosnya.
"Si setan, l" umpat Raden yang masih bisa di dengar pak Irwan.
"Raden! Mau saya tambah lagi hukumannya? Duduk! " titah pak Irwan murka.
Raden pun pasrah, ia kembali duduk di kursinya dan mengikuti pelajaran dengan ogah-ogahan, jangan ditiru teman-teman. "Laki ama bini sama aja! Sama-sama suka nyiksa muridnya," gerutu Raden pelan.
"Kaciaaan, Aden-nya kenapa em? Utututu ...." Chandra berucap dengan bahasa alay-nya itu menghadap ke arah Raden yang duduk di belakangnya saat melihat Pak Irwan kembali sibuk dengan tugas-tugas mereka.
"Berisik ah! Kok lo ngumpulin sih? Ngerjain kapan? Perasaan lo sama gue sama deh. Sama-sama bego," ucap Raden kesal dan heran sekaligus. Bisa-bisanya Chandra lolos begitu saja.
"Biasa, 'kan ada si Neng yang bantuin."
"Ah! Curaaang, gue lupa kalau ada Andin. Gue juga mau ikut dong kalau mau ngerjain tugas begituan."
"Belajar, jangan ngandelin orang, matematika itu sebenarnya gampang. Lo nya aja yang terlalu ngemusuh," ucap Sunan tanpa perlu repot-repot membalikkan tubuhnya.
"Iya udah iya, matematika ilmu yang menyenangkan~~~"
💮💮💮
Jam istirahat
"Adeeen! Main yuk, Adeeen!" Andin menghampiri kelas sebelahnya untuk bisa menemui Raden yang duduk diam di tempatnya.
"Tumben ngajaknya gue, biasanya ngajak si Chandra. Kenapa Ndin? Curiga nih gue," ucap Raden waspada. Hatinya sedang tak tenang, jadi dia gampang curigaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATER-LILY ✔
Novela Juvenil"Kamu bisa menjadi laksana bunga teratai, yang tinggal di air yang kotor namun tetap mengagumkan". -Unknown (to Andin) ______________________________________________________________ Andini, sahabat kecil yang selalu dia jahili. Sahabatnya yang sel...