Kebahagiaan akan datang menghampiri jika kita mensyukuri apa yang Allah berikan.
Bukannya menyalahkan takdir dan berbalik dari jalan kebenaran~~~
"Umi nunggu kamu, Sayang. Bisa bicara sebentar sama Umi?"
"Hm, bicara apa Umi?"
"Di kamar kamu aja ya, ayo." Salma menarik lengan Andin membawanya menuju kamar.
Sesampainya di kamar Andin, Salma dan Andin pun duduk di tepian ranjang. Salma menggenggam tangan Andin lembut, "Umur Andin sekarang berapa tahun?"
"Mmm, sebentar lagi 17 tahun, Umi. Kenapa?"
"Andin sekarang sudah besar ya, gak terasa. Andin kecil yang setiap pulang nangis gara-gara diejek sama teman-teman sekolahnya. Diejek karena gak punya ayah, dibully entah karena apa. Umi masih ingat betul gimana Andin cerita ke Umi tentang kelakuan teman-teman SMP kamu itu. Umi merasa bersalah, Sayang, umi belum bisa kasih kamu kebahagiaan. Umi kira, Umi bisa jadi umi sekaligus abi yang baik untuk Andin dan Mas Dana. Tapi Umi salah, Umi gak bisa bagi waktu. Umi terlalu sibuk sama pekerjaan Umi sampai Umi lupa, bahwa masih ada kamu dan Mas Dana yang butuh perhatian dari Umi, kal—"
"Umi, Andin sama Mas Dana ngertiin Umi kok. Umi jangan merasa bersalah, jangan nangis. Andin ikut sedih, kok jadi bahas ini sih, Umi kenapa?" tanya Andin tak terlalu suka mengungkit apa yang sudah terjadi itu. Memang benar, saat SMP, saat dia kehilangan ayahnya, dia juga kehilangan teman-temannya, mereka menjauhinya kecuali Azura dan Dara.
"Kamu tahu? Yang paling Umi sesalkan adalah, gak bisa ngerti penderitaan anak Umi. Kamu dibully, diejek teman-teman kamu saat kamu SMP, setelah abi meninggal. Kalau aja Umi gak tiba-tiba datang ke sekolahan kamu buat ngecek perkembangan kamu di sekolah, mungkin Umi gak akan tau penderitaan kamu. Saat itu Umi lihat sendiri kelakuan kakak senior kamu yang melempar sampah ke arah kamu, bahkan melemparkan air kotor, demi Allah Umi gak terima kalau anak Umi dihina sampai segitunya, apa salah kamu? Maafin Umi, Sayang," Salma tak kuasa melanjutkan perkataanya. Andin yang melihatnya pun langsung memeluk ibunya itu. Wonder woman dalam hidupnya. Andin tak pernah mempermasalahkan Salma yang terlalu sibuk berkerja hingga jarang ada waktu bersamanya. Andin bisa mengerti, tak mudah menjadi single parent.
"Sssh, Umi jangan nangis. Andin gak suka, gak usah diinget lagi, Umi. Andin gak papa, tapi Umi jangan nangis. Justru, dari kejadian itu Andin jadi lebih tau. Mana yang tulus berteman sama Andin, dan mana yang hanya mandang silsilah keluarga dan harta. Dari kejadian itu, Andin tau yang tulus berteman sama Andin itu cuma Azura dan Dara aja. Yang lain, fake."
"Loh, Chandra dan temen-temennya juga gak tulus?" tanya Salma terkejut sembari menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
"Ih, Umi, maksud aku yang tulus temenan sama aku waktu aku hidup apa adanya di sekolah ya cuma Zura dan Dara. Chandra, Raden sama Sunan juga tulus, kok. Aku kenal Raden dan Sunan 'kan pas masuk SMA. Kalau Chandra, kita tetanggaan dari kecil, dan baru satu sekolah pas SMA. Udah ya Umi, jangan bahas yang sedih-sedih lagi. Senyum dong," pinta Andin sembari menyunggingkan senyumnya berharap dapat menular pada Uminya, dan ternyata itu berhasil.
"Umi beruntung, bisa punya anak se-pengertian kalian. Di luaran sana, banyak anak-anak yang berubah menjadi nakal dan brutal karena merasa kurang diperhatikan orang tuanya. Tapi kalian, Umi sayaaang banget sama kalian," ucap Salma mempererat pelukannya. Dia beruntung memiliki Andin dan Dana, sangat beruntung.
"Andin juga sayang Umi. Abi pernah bilang, jadilah seperti bunga teratai, teratai tumbuh di lingkungan yang kotor dan keruh. Namun, ia berusaha menutupinya dengan daun yang lebar dan bunganya yang tumbuh dengan cantik, hingga siapa pun yang melihat akan berfokus pada keindahannya. Dari situ, aku belajar. Sesulit apa pun kehidupan yang aku jalani, dipandang rendah oleh orang lain, jangan jadikan itu semua alasan untuk kita berpaling dari kebenaran. Tunjukkan sama mereka, kalau kita bisa sukses, dan mengharumkan nama baik keluarga, terutama Abi dan Umi," ucap Andin tersenyum tulus, mengingat kembali salah satu ucapan abi-nya. Ah, Andin sangat merindukannya. Sosok cahaya yang menyinari hidupnya, bahkan setelah beliau tiada, kata-katanya akan selalu Andin ingat, selalu.
"Ah, Sayang ... Abi pasti bangga anak gadisnya ini sudah sangat dewasa dan bisa memahami kondisi keluarganya."
"Abi juga pasti bangga, punya anak seganteng Dana, iya 'kan, Umi?" Dana yang dari awal mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka langsung masuk menghampiri keduanya dan memeluk mereka berdua.
"Iya, Sayang. Abi pasti bangga," jawab Salma terkekeh pelan melihat tingkah manja Dana, Dana jarang bersikap manja padanya. Sok cool gitulah anaknya.
"Ih, Mas Dana gak sopan. Ngintip yaaa?" selidik Andin menatap Dana penuh curiga. Memicingkan matanya pada Dana yang ada di sebelahnya.
"Ah diem, rusak suasana aja. Oh iya Umi, Umi belum ngomong ke Andin loh," ucap Dana mengingatkan Salma.
"Astagfirullah, sampai lupa. Sayang, Umi boleh minta sesuatu sama kamu?"
"Boleh Umi, apapun untuk Umi. Yang penting Umi bahagia. "
"Alah, sok-sok manis. Nanti ujung-ujungnya minta tambahin uang jajan nih pasti," celetuk Dana berusaha mencairkan suasana. Dia tidak terlalu suka suasana melankolis seperti ini.
"Dana," peringat salma. Atensinya pun kembali pada Andin, "Sayang, Umi mau ada yang jaga kamu. Umi sibuk sama perusahaan abi, begitu pun Mas Dana. Umi mau kamu ada yang jaga, biar Umi bisa tenang pas kerja. Umi tau dan percaya, Chandra pasti jaga kamu dengan sangat baik. Tapi kamu tau 'kan pemikiran orang-orang di luar sana, Umi gak mau ada yang nuduh kalian macam-macam. Umi mau anak gadis umi terjaga kesuciannya. Umi percaya kalian, tapi 'kan gak baik kalau perempuan dan laki-laki terlalu dekat. Jadi, Umi, Bunda Ranti dan Ayah Randy memutuskan buat menikahkan kalian berdua."
Deg
"Ini keputusan kami, Sayang, tapi kalau kamu gak mau gak papa kok. Umi bisa bilang sama orang tuanya Chandra. Umi gak mau maksa kamu. Umi hanya ingat perkataan abi kamu dulu, dia bilang gini 'Abi mau Andin ada yang jaga, dan abi percaya sama Chandra. Bahkan, Abi sudah membayangkan akan menikahkan mereka berdua'. Makannya, waktu Ranti mengusulkan pernikahan kalian, Umi langsung setuju. Andin gak perlu jawab sekarang kok, Sayang. Umi kasih Andin waktu. Dan, sekarang sudah malam, Andin tidur ya. Umi juga mau ke kamar. Good night." Salma pun keluar dari kamar Andin. Dia tahu ada keraguan dan keterkejutan dari wajah Andin saat dia mengatakan tentang pernikahannya. Maka dari itu Salma memberikan Andin waktu.
"Dek, jangan ngelamun, nanti kesurupan. Mas keluar ya."
Dana pun pergi setelah mengusap kepala Andin penuh sayang. Menyisakan Andin dengan pikirannya yang berkecamuk. Andin bingung, apa dia harus menerima atau menolaknya? Jika Andin menolak, ia akan mengecewakan Uminya. Juga Abi-nya yang sudah tenang di alam sana. Jika Andin menerimanya, masa iya dia harus menikah dengan Chandra?!
Aaargh ... kok jadi gini banget sih! Ini semua gara-gara ramalan sialan Raden! Eh, astaghfirullah, gak boleh kasar. Tapi ini gara-gara Raden! Hueee Awas aja! Huft, tenang Andin. Oke, ini jalan keluarnya ....
Andin bakal terima permintaan Umi ini. Eits, karena pastinya Chandra akan nolak, pasti! Jadi, Andin gak bakalan bikin Umi kecewa, karena Chandra yang nolak. Alhamdulilah.
Tapi, semoga aja Chandra beneran nolak ya Allah. Kalau Chandra setuju? Gimana? Gimana? Huaaa jangaaan. Andin yakin sih Chandra bakal nolak. Keliatannya juga Chandra suka sama Ratu ....
Dan, beberapa saat kemudian Andin pun tertidur karena lelah berperang dengan pikirannya sendiri yang tidak ada habisnya itu. Sebelum tidur juga, dia sempat menghubungi Azura untuk memesan makanan khusus untuk Raden besok. Untungnya, Azura belum tidur dan tak banyak tanya seperti biasanya.
💮💮💮
"Kenapa, Tong? Kok ngelamun di depan pintu?" tanya Rindu, ibunya Raden.
"Gak tau Mak, perasaan Otong gak enak gini. Kenapa ya? Risau euy," ucap Raden memegang dadanya yang memang entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa tak tenang.
"Waduh, besok pas bangun tidur jangan lupa baca bismilah ya. Takutnya besok kamu kena masalah."
💮💮💮
KAMU SEDANG MEMBACA
WATER-LILY ✔
Teen Fiction"Kamu bisa menjadi laksana bunga teratai, yang tinggal di air yang kotor namun tetap mengagumkan". -Unknown (to Andin) ______________________________________________________________ Andini, sahabat kecil yang selalu dia jahili. Sahabatnya yang sel...