🌼21. KECEWA🌼

1 0 0
                                    

Setelah membeli obat penurun demam, Chandra melajukan motornya ke daerah perumahan Ratu. Sesampainya di sana, dia memasuki gerbang dan mengetuk pintu beberapa kali. Tak lama muncullah Bi Asih, pembantu di rumah Ratu.

"Iya, Den?" tanya Bi Asih berusaha se-sopan mungkin.

"Ini obat buat Ratu, Bi. Saya pamit pulang dulu ya," pamit Chandra yang tak ingin berlama-lama di sini. Dia ingin segera pulang dan tidur, hanya itu.

"Ng-nggak mau minum dulu, Den?" tawar Bi Asih mempersilahkan Chandra masuk ke dalam. Chandra yang kebetulan merasa haus pun mengiyakan tawarannya.

Menunggu sebentar hingga Bi Asih datang dari dapur membawakan segelas jus kepadanya. Tanpa ragu, Chandra meneguknya dan meminumnya hingga tandas. Saat hendak melangkah untuk pulang, Bi Asih kembali memanggilnya, membuat Chandra mau tak mau harus menghentikan langkahnya.

"A-anu Den, Bibi boleh minta tolong? Bawain obat ini ke kamarnya Non Ratu. Bibi masih ada kerjaan di dapur," ucap Bi Asih menyodorkan obat yang tadi diberikan oleh Chandra padanya.

Melihat Chandra yang sudah melangkahkan kakinya memasuki kamar Ratu, seseorang yang sedari tadi bersembunyi di dapur pun keluar, melangkah mendekati Bi Asih.

"Good job, Bi."

💮💮💮

Satu persatu pengunjung mulai keluar dari cafe. Namun, hanya Andin-lah yang terlihat betah dan tak mau beranjak dari sana. Sampai seorang pelayan mendatanginya,  mungkin untuk yang kesekian kalinya dan menanyakan hal yang sama.

"Maaf, Mba. Sebentar lagi cafenya akan tutup. Apakah ada lagi yang ingin dipesan?"

Andin menghela nafas lelah. Sepertinya Chandra masih ada urusan, "Gak ada lagi, Mba. Ini uangnya, makasih."

Setelah membayar minuman yang ia pesan, Andin berjalan ke luar cafe. Memilih menunggu Chandra di minimarket yang ada di sebrang jalan. Yang Andin takutkan, Chandra datang ke cafe dan tak menemukannya di sana. Andin tak mau Chandra kecewa. Selama beberapa bulan ini mereka menjalin pernikahan, Andin sudah benar-benar berubah. Mengikuti apa yang disarankan uminya. Ah, Andin rindu uminya itu. Ingin rasanya datang berkunjung ke rumah, tapi percuma, karena beliau tak ada di sana. Beliau sedang ada urusan di luar kota, biasalah, bisnis.

Sesampainya di depan minimarket, Andin masuk ke dalam untuk membeli beberapa camilan. Dan setelahnya, duduk di salah satu kursi yang disediakan di depan minimarket. Memperhatikan lalu-lalang kendaraan bermotor yang semakin malam bukannya semakin sepi justru semakin ramai. Sedang asyik melihat sekitar, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Andin yang menyangka bahwa Chandra yang menghubungi langsung membuka ruang chat dengan semangat. Namun, harapannya pupus saat melihat foto yang dikirimkan oleh Ratu. Foto dimana Ratu dan Chandra tidur dalam satu ranjang. Dengan lengan Chandra yang menjadi bantal Ratu tidur.

Andin meremas ponselnya meluapkan emosi. Rasa marah, kesal, kecewa, sakit hati, semuanya bercampur menjadi satu. Bodoh! Andin menunggu di sini selama berjam-jam, dan dia malah berduaan dengan wanita lain?!

Dengan perasaan yang berkecamuk, Andin berjalan untuk mencari taksi. Dia ingin pulang, dia lelah dengan semua ini.

💮💮💮

Sesampainya di apartment, Andin langsung memasuki kamar berharap ada Chandra di sana dan membuktikan bahwa foto itu palsu. Namun, Andin lagi-lagi harus menahan kekecewaannya saat tak menemukan Chandra di sana. Meluruhkan tubuhnya ke lantai, Andin menangis sejadi-jadinya, meluapkan segala emosi.

WATER-LILY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang