P R O L O G

17 2 21
                                    

"Hei, Honey, bangun." Chandra menepuk pelan pipi Andin, membuat Andin yang merasa tidurnya terganggu pun membuka mata.

"Ini, dimakan buburnya. Habis itu, minum obat," ucap Chandra menyerahkan semangkuk bubur yang ia beli di sekitar apartment. Untung masih ada.

Tanpa membantah, Andin memakan bubur tersebut, walaupun dia tidak berselera makan. Dia menghargai apa yang telah Chandra berikan. Setelah beberapa suap bubur ia telan, Andin menyerahkan mangkuknya pada Chandra.

"Lagi, biar cepet sembuh," ucap Chandra duduk di sebelah Andin dan mulai mendekatkan satu sendok bubur ke mulut Andin yang tertutup rapat. Kemarahan Andin masih belum reda, maka dari itu Andin terus-terusan mendiamkannya. Chandra tak suka berada dalam situasi seperti ini, Chandra tidak nyaman.

Dia ingin kembali seperti dulu, dimana hubungannya dengan Andin berjalan dengan normal dan tanpa hambatan apa pun. Namun Chandra tahu, tak semua hubungan akan berjalan mulus semulus wajahnya dan tak semua hubungan akan selalu lancar se-lancar uang jajannya. Ah, tidak juga, uang jajannya saja kadang terancam berhenti di tengah jalan. Namun, dengan segala rayuan dan bujukan Chandra pada Ibunya, uang jajannya pun kembali lancar jaya. Ayolah, bukan saatnya membahas uang jajan.  

Akan ada fase dimana dia dan Andin menghadapi suatu masalah untuk semakin memperkuat hubungan mereka. Chandra harap, masalah ini adalah proses menuju hubungan yang lebih erat lagi, tak terpisahkan. Bukannya proses menuju perpisahan yang menyakitkan, semoga.

Andin diam, tak kunjung membuka mulutnya dan malah kembali merebahkan tubuhnya hendak melanjutkan tidur.

"Minum obatnya dulu," ucap Chandra menarik lengan Andin pelan, dan menyodorkan obat juga air mineral padanya.

"Makasih," ucap Andin pelan dan meminum air yang Chandra berikan lalu menelan obat bersama dengan airnya. Setelah itu, ia kembali merebahkan tubuhnya. Ah, Andin merasa tubuhnya benar-benar lemas. Mungkin karena dia telat makan juga.

"Gimana badannya? Mendingan?" tanya Chandra terus mengajak Andin berbicara, berharap Andin akan luluh setelahnya. Dia juga mengusap surai Andin dengan penuh kasih sayang, bisa Chandra rasakan suhu tubuh Andin yang belum menurun.

"Hm. Bisa keluar? Andin mau tidur, capek," ucap Andin lirih. Seperti sedang menahan sesuatu, dan Chandra tahu itu. Menahan untuk tidak menangis, lagi.

Chandra menuruti apa yang Andin inginkan. Setelah mengecup pelipis Andin, Chandra keluar dari kamar dan menutup pintunya pelan. Biarkanlah Andin istirahat, dan sekarang waktunya Chandra menemukan solusi dan dalang di balik semua hal yang menimpanya.

"Sunan, gue butuh bantuan lo." Setelah menelepon Sunan, Chandra duduk di sofa dan termenung di sana. Memikirkan kenapa ini bisa terjadi. Ia curiga pada satu orang, karena motif dari perbuatan yang dia lakukan sangatlah jelas. Chandra tak menyangka semua ini akan terjadi. Bisakah ia membuat keadaan hubungannya dan Andin kembali seperti semula?  

WATER-LILY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang