🌼22. SALAH PAHAM🌼

1 0 0
                                    

Chandra menceritakan apa yang dia alami pada kedua temannya itu. Mulai dari dia yang datang ke kantor ayahnya, mendapat pesan dari Ratu, ke apotek, pergi mengantarkan obat, tertidur di kamar Ratu hingga dia yang belum bertemu Andin seharian ini.

Sunan memejamkan matanya sejenak, menahan untuk tak menonjok wajah temannya itu, begitupun dengan Raden.

"Ah, gue tau gue salah. Tapi kemarin gue bener-bener lupa! Saking capeknya sampe gak inget kalau gue ada janji sama Andin." Chandra merasa sangat bersalah. Apa saja yang Andin alami kemarin malam?

Sunan mengeluarkan ponselnya dan sibuk menelfon seseorang. Adit, dia adalah salah satu teman mereka bertiga saat SMP yang pintar dalam hal berbisnis. Ya, dia pemilik cafe Orrctus.

"Lo udah coba telfon Andin?" tanya Raden.

"Udah," ucap Chandra sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Raden makin emosi, bisa-bisanya bikin orang ganteng bin imut emosi, "Yang bener, oy! Iya apa enggak?"

"Gue udah coba telfon, tapi gak diangkat."

"Kemarin Andin nunggu lo sampe jam 10 malam. Setelah keluar dari cafe, dia ke minimarket yang ada di depan cafe. Beberapa menit setelahnya, dia kelihatan sibuk sama handphone, dan setelah itu dia pergi dari sana," ucap Sunan menyampaikan informasi yang dia dapatkan. Jangan tanya bagaimana dia bisa mendapatkan informasi itu, kalian pasti tahu.

"Astagfirullah, tega bener, lo. Kalau udah gak mau sama Andin, kasih aja ke gue," ucap Raden menatap Chandra dengan sok seriusnya.

"Gue lempar lo!"

"Daripada ngoceh di sini, mending cari Andin. Jelasin," ucap Sunan menghentikan pertikaian kedua temannya itu.

Chandra mengikuti saran Sunan. Tapi, Angga bilang bahwa Andin izin pulang karena sakit. Itu membuat Chandra semakin cemas. Sunan mengetahui Chandra dalam keadaan yang kacau. Dia pun menyarankan agar dirinya mengantarkan Chandra ke apartment. Kebetulan, Sunan membawa mobil. Raden yang tidak ingin ditinggalkan pun ikut bersama mereka berdua.

Sesampainya di dalam apartment, Chandra belum menemukan keberadaan Andin. Mungkin di kamar.  

Benar saja, dari pintu kamar, bisa Chandra lihat Andin yang tertidur dengan dijaga oleh Azura dan Dara yang duduk di sampingnya. Chandra bersyukur, setidaknya ada Azura dan Dara yang bisa menemani Andin saat dia tak ada di sisinya. Chandra melangkah masuk berusaha menghapus jarak antara dirinya dan juga Andin.

Merasakan adanya kehadiran seseorang, Azura dan Dara menoleh ke arah Chandra berada. Azura bangkit dari duduknya dan menarik kerah seragam Chandra dengan kasar. Jangan salah, Azura terlihat begitu lembut dan perhatian, tapi jika sedang marah, tenaganya akan menyamai badak yang sedang mengamuk! Chandra tidak memberontak, karena dia tahu, di sini dia yang salah.

"Mau ngapain lo? Keluar! Jauh-jauh dari Andin," ucap Azura memelankan suaranya sebisa mungkin agar tak mengganggu tidur Andin.

"Gue mau jelasin semuanya. Gue gak mau Andin salah paham kaya gini." Chandra tak mengalihkan sedikit pun pandangannya dari wajah pucat Andin-nya yang terlihat sangat kelelahan. Hatinya sakit melihat pemandangan tersebut.

"Ini masalah suami-istri. Jangan terlalu ikut campur. Mending kita balik ke sekolah, kelas gue ada ulangan," ucap Sunan membantu Chandra. Menarik lengan Dara yang duduk di sebelah Andin dan membawanya keluar dari kamar. Dengan semangatnya, Raden mengikuti gaya Sunan dengan menarik lengan Azura dan mengikuti langkah Sunan untuk kembali ke sekolah. Memberikan ruang untuk Chandra meluruskan permasalahannya.

Chandra berjalan dengan langkah pelan namun pasti. Mendekati Andin dan mendudukkan diri di sampingnya, menyender pada kepala ranjang, menatap wajah yang biasanya terpancar keceriaan kini berubah muram bagaikan awan mendung yang menutupi matahari dan seakan melarang untuk menyebarkan sinarnya lagi. Dia berniat menolong Ratu yang terserang demam, justru dia membuat istrinya sendiri terserang demam dan kesalahpahaman. Ah, suami yang bodoh-umpat Chandra pada dirinya sendiri.

WATER-LILY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang