"SAH!"
"Alhamdulillah ...."
Chandra dan Andin sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Terlihat sekali raut bahagia yang ditunjukkan Chandra yang sedari tadi tak henti-hentinya tersenyum hingga tak sabar menunggu kedatangan gadis yang sudah resmi menjadi istrinya, eh.
Dalam adat mereka, pengantin wanita akan datang setelah ijab kabul dilakukan. Setelah Andin datang, barulah mereka menandatangani buku nikah. Dalam pernikahan mereka hanya kerabat, sahabat dan orang-orang terdekat saja yang diundang juga tidak akan ada resepsi untuk saat ini. Resepsi pernikahan akan diadakan setelah mereka lulus sekolah, itu saran dari Randy yang disetujui oleh kedua belah pihak keluarga.
Masalah surat-surat pernikahan telah mereka urus, teman dekat Chandra dan Andin pun sudah pulang beberapa menit yang lalu setelah memberikan ucapan selamat dan hadiah pada mereka. Mereka tidak berlama-lama karena tahu bahwa Chandra dan Andin butuh waktu bersama keluarga besarnya. Dan sebagai gantinya, besok mereka akan berkunjung untuk mengganggu pasangan suami istri itu.
Semua keluarga berkumpul di ruang tengah rumah Salma yang memang luas dan mampu menampung sanak-saudara. Sedangkan Andin sendiri sedang berada di kamarnya untuk membersihkan diri dan menghapus make up yang ada di wajahnya, dia tidak nyaman.
"Masih sakit, Ndra?" tanya Mirna, tantenya Chandra.
"Masa, ngelakuin belum udah sakit duluan? Cemen, ah!" ucap Gilang, suami Mirna. Mereka yang mendengarnya tertawa ngakak, sedangkan Chandra hanya meringis pelan mendengar perkataan Om-nya itu. Asal nyablak aja!
"Ngelakuin apa, Om?" tanya Senja heran, tak mengerti apa yang dimaksud om-nya itu.
"Itu, Nja, olahraga—mph ...."
"Mas, ih! Mulutnya." Mirna dengan sigap membekap mulut suaminya. Gilang itu mesum! Jadi Mirna tahu apa yang akan dia ucapkan.
Sebenarnya, sehari sebelum pernikahan Chandra mengalami tragedi di pagi hari. Setelah Surya membangunkan Chandra, mereka berdua berjalan menuju kolam renang tempat keluarga berkumpul. Chandra yang masih dalam keadaan setengah sadar tak menyadari bahwa lantai yang ia injak cukup licin pun akhirnya tergelincir karena tak hati-hati, yang membuat kakinya entah terkilir ataupun keseleo. Untung masih bisa jalan.
"Mendingan, Tan. Om, Chandra lagi sakit, jangan ngajak ribut."
"Makannya, Bunda bilang—"
"Ya Allah, Bunda cantik. Anaknya baru nikahan loh, jangan diomelin terus, kasian," ucap Chandra memelas. Pasalnya, kemarin ia sudah lelah mendengar ceramahan panjang kali lebar kali tinggi bundanya setelah kejadian keseleo itu. Bundanya yang ngomong tapi Chandra yang lelah mendengarkan. Belum puas juga ceramahnya?
"Iya, Bun, udah. Ayo, Ndra. Ayah bantu jalan ke kamar." Randy memapah Chandra membawanya menuju kamar Andin yang terletak di lantai atas. Sesampainya di depan pintu, Randy menatap Chandra intens, "Ingat, tahan. Tunggu lulus sekolah. Awas kamu! Dijaga Andinnya! Jangan macem-macem. Kalau macem-macem, Ayah potong aset kamu!"
"Iya, Ayah ... serem amat dah jadi bapak."
💮💮💮
13.15 WIB
"Neng, nanti sore kita pindah," terang Chandra. Chandra dan Andin sudah selesai membersihkan diri. Padahal, keluarga besar masih berkumpul dan berbincang-bincang di bawah, tapi Andin dan Chandra hanya berdiam diri di kamar. Andin hendak turun untuk menyapa. Tapi, Salma melarang. Katanya, lain kali aja. Sekarang kalian istirahat aja dulu. Kasihan, Chandra-nya lagi sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
WATER-LILY ✔
Genç Kurgu"Kamu bisa menjadi laksana bunga teratai, yang tinggal di air yang kotor namun tetap mengagumkan". -Unknown (to Andin) ______________________________________________________________ Andini, sahabat kecil yang selalu dia jahili. Sahabatnya yang sel...