🌼5. RAMALAN RADEN KIAN SANTEN🌼

1 1 0
                                    

Saat ini mereka kembali makan bersama dalam satu meja, mungkin akan menjadi kebiasaan. Awalnya hanya ada Andin, Azura, dan Dara. Tapi karena desakan Chandra yang ingin duduk bersama Andin, akhirnya Raden dan Sunan pasrah mengikutinya. Karena biasanya Chandra enggan pergi ke kantin. Dia lebih suka duduk di taman ditemani dengan katak yang berloncatan dan mulut yang sibuk mengunyah permen susu ketan. Mungkin, Chandra sedang mencari suasana baru? Atau butuh asupan kegilaan dengan terus bersama dengan Raden? Atau ingin berdekatan dengan Andin? Entahlah.

"Neng, pulang bareng ya," celetuk Chandra sambil mengunyah makanannya, siomay. Jangan salahkan Chandra yang selalu mengatakan untuk pulang bersama. Jika dia tidak mengatakannya sehari saja, Andini pasti akan memilih pulang sendiri dan berakhir dengan dimodusi anak laki-laki yang mengajak pulang bersama, dan Chandra tidak suka akan hal itu. Memang, Andin menolak tawaran mereka karena dia bukan cewek gampangan. Tapi tetap saja, Chandra tak suka!

"Boleh. Aku juga mau mampir ke rumah kamu sebentar. Kangen sama Bunda, padahal Bunda dekat tapi akunya jarang mampir. Jadi gak enak," ucap Andin terkekeh pelan dengan jari-jari tangan yang mengetuk meja menimbulkan suara yang abstrak. Andin sudah selesai makan, maka dari itu tangannya tak bisa diam.

"Nah bagus. Capek gue ladenin omongan Bunda yang nyuruh gue ajak lo ke rumah. Padahalkan rumah lo di seberang ya. Tinggal samperin aja sendiri, ribet amat," keluh Chandra yang kali ini sedang mencari harta karun di hidungnya dan setelah itu lanjut memakan lagi, ah, itu dia salah satu kebiasaan buruk Chandra. Dan masih banyak lagi, karena walaupun dia sering menyombongkan diri, nyatanya tak ada manusia yang sempurna. Itu semua tergantung bagaimana kita menutupi kekurangan itu dengan kelebihan yang kita miliki.

"Ih, jorok banget sih. Bersihin dulu dong tangannya!" semprot Andin, mengambil tisu di sakunya dan mengelap tangan Chandra dengan kasar.

"Caelah, udah kaya pasutri aja lo berdua. Nikah aja sana, cocok. Tiap hari kerjaannya ribut ama bikin kita iri doang," celetuk Azura gemas melihat ke uwuan mereka berdua. Dara pun mengangguk menyetujuinya. Dia sedang fokus berkaca, jadi hanya mampu merespon dengan anggukan saja. 

"Aku gak mau nikah sama Chandra! Chandra orangnya jorok," tolak Andin mentah-mentah dengan kedua tangan yang bergerak heboh tanda tak setuju.

"Siapa juga yang mau nikah sama cewek bandel kaya lo, susah dibilangin lagi, wleee ...." Chandra menjulurkan lidahnya dengan tampang yang sangat menyebalkan. Dia sulit mengungkapkan perasaan, tetapi justru bertingkah menyebalkan dan membuat Andin sangat kesal saat bersamanya. Akan tetapi tetap saja, mau seberapa jauh Andin menjaga jarak dengan Chandra, pasti ada saja kejadian yang membuat mereka kembali bersama. Entah itu kebetulan atau kesengajaan belaka.

"Hmmm, gue ramal masa depan lo berdua. Ashjvcsbnshjffb, dengerin! Lo berdua bakal pulang bareng, terus berduaan di kamer, terus digrebek warga, terus diarak-arak keliling kompleks dan dinikahin saat itu juga!" Raden berkata dengan nada yang dibuat serius bin misterius dan dilanjutkan dengan tawa jahatnya yang menggelegar memenuhi seisi kantin, membuat banyak siswa-siswi yang lewat dibuat keheranan dengan tingkah absurd Raden. Walaupun seharusnya mereka sudah biasa dengan tingkah Raden yang satu ini, tapi tetap saja. Melihat teman kalian yang berteriak heboh di kantin dengan kedua mata yang tertutup rapat, aneh rasanya.

"Gila," komentar Sunan menunduk pelan. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, dan Sunan merasa tak nyaman, risih. 

"Heh Raden Kian Santen! Halu lo kejauhan. Lagian, siapa lo, Emak gue juga bukan. Segala ngomongin masa depan lagi! Emang lo Ki Joko Bodo," semprot Chandra ngegas sembari membuka paksa kedua mata Raden yang masih saja tertutup dengan tangan yang kesana-kemari seperti peramal yang kesetanan.

"Raden gak boleh ngomong gitu ih, gak baik." Andin menyahut sembari memukul bahu Raden menggunakan sendok yang tergeletak di meja kantin.

"Gue sih aminin aja ya."

WATER-LILY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang