I1. terjatuh

203 46 15
                                    

karin menatap kosong piring yang dicucinya. ia seperti tubuh yang hidup tanpa jiwa. tatapan matanya seolah menandakan tak ada kehidupan di dalam jiwa raganya.

secara tak sengaja piring putih yang akan ia bilas meleset dari genggamannnya. piring itu menimpa kakinya sebelum akhirnya jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping.

kesadaran karin kembali walaupun hanya separuh, ia menatap kakinya yang dipenuhi darah. tak bertahan lama, kesadarannya kembali hilang.

memorinya berteriak meronta-ronta, membawanya kembali pada masa lampau yang telah dikubur dalam-dalam.

"karin! kamu ini bener anak papa ngga sih? masa iya kamu sebodoh itu?"

sang ayah berteriak marah, membanting vas yang ada di ruang tamu hingga pecah berserakan di lantai. beberapa bagian menggores luka di kulit kaki karin.

karin menangis histeris, menatap sang ibu meminta tolong. namun sang ibu berpaling muka, tak ingin ikut campur.

sang ayah mendorong bahu karin, membuat anak gadis yang belum genap berusia 15 tahun itu terjatuh.

tangan si gadis tergerak memegang lututnya yang sudah berubah merah dipenuhi darah. ia mendongak, menatap sang ayah takut.

sang ayah kembali berteriak marah, "lima belas tahun papa sama mama besarin kamu, tapi kamu ngga pernah berubah. apa kamu ngga bisa ngecontoh keola? kamu hidup buat apa sih?!"

dengan nafas tersengal-sengal, karin mundur beberapa langkah. matanya membelalak kaget, air mata turun perlahan dari pelupuk matanya. tubuhnya mulai berkeringat deras. ia limbung, jatuh terduduk menatap piring kaca yang berserakan dipenuhi darahnya dimana-mana.

—adiksi—

terbaring seorang gadis yang tak lelap dalam tidurnya. tubuhnya terus-terusan mengeluarkan keringat dari ujung kepala sampai ujung kaki.

sembari menempelkan kain basah pada kening karin, arkha berdecak pelan. "bisa-bisanya habis kambuh malah demam."

pria itu bermonolog, tak habis menggerutu karena karin yang tak kunjung bangun. beruntung tadi ia memang berniat berkunjung ke apartemen karin.

tepat ketika arkha berdiri, berniat mengembalikan baskom berisi air hangat, pintu diketuk. kian lama suaranya semakin keras, berubah menjadi gedoran.

arkha kembali menaruh baskomnya di meja, memilih membukakan pintu terlebih dahulu.

didapatinya seorang gadis asing yang ia perkirakan masih muda, namun perutnya sudah membuncit.

awalnya arkha pikir gadis di hadapannya ini mengidap busung lapar, namun sepertinya bukan. gadis itu sedang hamil!

"oh hai, saya bisa ketemu karin?"

arkha mengerutkan kening bingung, ia memilih menyembunyikan keberadaan karin. "karin ngga ada di sini, saya kakaknya, ada yang bisa saya sampaikan?"

"ada, bilang ke dia. saya hamil anak danilo."

arkha membelalakkan mata terkejut. namun yang lebih terkejut adalah gadis yang terbaring di sofa. entah kapan ia bangun dari tidur. dan entah kapan air matanya mulai menetes.

—adiksi—

adiksi | ryusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang