I6. jarak

146 39 0
                                    

"rin, lo inget ga sih kating jurusan bisnis yang pacaran sama temen satu jurusan gue?" eva bertanya dengan nada pelan sembari mengunyah bakso yang ia beli barusan.

karin menghentikan gerak-gerik jarinya di atas laptop, kemudian mendongak untuk berpikir sebentar.

"kating yang ganteng itu?!"

eva menganggukan kepala. "lo tahu ga sih, dia ternyata selingkuh sama dua cewe yang berbeda pas masih pacaran sama temen gue."

karin memasang telinga penuh minat, ia sangat suka mendengarkan gosip tentang hubungan orang lain akhir-akhir ini. entah kenapa itu menghiburnya sehingga ia tak merasa menjadi satu-satunya yang memiliki kegagalan dalam hubungan.

"terus gimana?"

"parah sih, kemarin gue waktu di kantin lihat sendiri dia lagi ngelabrak selingkuhan cowonya. ternyata dua selingkuhannya itu sahabatan, gila ga sih?"

bibir karin menganga lebar, tanpa sengaja ia bertepuk tangan beberapa kali. "gila sih, parah banget dah. itu drama paling bagus dari semua drama yang gue denger beberapa minggu ini sih."

eva menatap mangkok baksonya yang hampir habis dengan tatapan sedih. "sayang banget katingnya playboy, kalo ga pasti udah gue pacarin sih."

karin berdecak pelan. "ck, lo mah sukanya cari yang ganteng doang. nugas, bego! jangan ngeliatin kating ganteng sama ngegosip terus."

eva menjawab pernyataan karin dengan rutukan pelan. sementara itu karin menyapukan pandangan ke halaman depan kampus yang kini mulai ramai oleh mahasiswa yang berniat pulang.

tubuhnya membeku, darahnya berdesir kencang ketika ia melihat arkha yang berjalan ke arah tukang bakso tempat ia menemani eva makan.

cepat-cepat karin membalikkan pandangan, ia mematikan laptop dan memasukkan benda itu ke dalam tasnya. segera, ia berdiri dan berniat pergi.

"va, gue pergi dulu, ada kelas. entar sore gue ke apart lo."

benak eva yang dipenuhi pertanyaan akhirnya memilih untuk tidak bertanya kepada karin setelah melihat arkha yang datang ke tukang bakso langganannya.

karin berlari cepat sebelum arkha sempat untuk mengejarnya. arkha memandang punggung karin yang makin menjauh dengan tatapan kecewa.

"karin pergi kemana?"

"ke kelas," jawab etha singkat sembari melanjutkan acara makannya.

"lo bisa tolong kasih ini?" arkha menyodorkan secarik amplop yang diberi stempel dari lilin cair di atas beberapa bunga kering. eva menatap arkha bingung.

"ini dari pacarnya danilo, tadi pagi dia dateng ke apartnya karin tapi karin ga ada jadi dia kasih ini ke gue."

"isi suratnya?"

"gue gatau, tapi dia tadi bilang kalo dia mau pindah ke kota lain bareng danilo dan dia mau ngucapin makasih buat karin. dia juga titip pesan sama karin buat ngunjungin dia kapanpun karin mau."

"cuma itu doang?" tanya eva.

arkha menaikkan sebelah alis bingung. "kalo ada lagi pasti udah gue sampein."

eva tampak sedikit kecewa namun tetap mengangguk paham dan segera menyahut amplop itu. ia berdiri dan berniat pergi.

"makasih, nanti gue sampein ke karin."

belum satu langkah ia beranjak, arkha sudah terlebih dahulu berdiri. ia menunduk ragu, sedang menimbang apakah ia perlu menyuarakan permintaan pribadinya.

"sebenernya, gue barusan dapet kiriman kue dari kakak gue di jakarta. kuenya banyak banget jadi gue mau ngundang karin."

"lo juga boleh ikut kalo mau." cepat-cepat arkha menambahkan agar eva tak salah paham, walaupun tentu ia tidak berharap eva akan ikut juga.

si gadis berambut semi cokelat itu tersenyum bahagia mendengar permintaan arkha. "gue harus kerja kelompok hari ini. tapi karin pasti bisa nemenin lo, nanti gue bilang ke doi."

setelah berujar, eva langsung melesat pergi secepat kilat. ketika arkha mendongak gadis itu sudah tidak lagi berada di hadapannya.

—adiksi—

adiksi | ryusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang