I2. dibalik

146 41 5
                                    

sakit penyakit karin masih berlanjut hingga kini. entah sudah berapa hari ia berbaring di kasur, kerap tertidur tak tahu waktu. kalau bangun pun hanya untuk makan dan mandi.

karin menatap ponselnya dan eva secara bergantian. tanpa perlu dijelaskan, eva tahu apa yang karin inginkan. "mangan dhisik." (makan dulu)

disodorkannya semangkuk bubur dengan irisan telur goreng, rebusan sosis, dan daun bawang.

"wortel?" tanya karin.

"habis, di kulkas gue sama lo, sama-sama ga ada wortel. gue ga sempet ke pasar tadi."

karin mengangguk lemas. tangannya tergerak menyuap bubur buatan sahabatnya itu. untuk ukuran orang sakit, ia makan dengan lahap. eva membatin syukur dalam hati, sebelumnya karin bahkan tak ingin menelan sesendok bubur.

"soal dan-"

"hape gue, tolong?" potong karin, berusaha meraih ponselnya sekuat tenaga.

eva menghela nafas sembari tersenyum tipis. mungkin tidak hari ini, ataukah mungkin tidak ingin membahas hal ini dengan dirinya?

entahlah, karin sudah bungkam perihal danilo selama beberapa hari. jangankan membahas pria itu, menyebut namanya saja tak pernah.

setelah menerima ponselnya, karin langsung berselancar ke sosial media. mencari tahu hal-hal yang ia lewatkan beberapa hari ini.

didapatinya belasan pesan panjang dari arkha. karin berdeham pelan. "gue minta tolong cuciin piringnya, please."

eva berdecak pelan, semenjak karin sakit ia sudah seperti menjadi babunya. ia kembali menghela nafas pasrah. dengan segera ia beranjak keluar dengan mangkok yang masih menyisakan beberapa butir bubur.

karin melirik pintu sekali lagi, memastikan bahwa eva sudah benar-benar pergi. ia memencet fitur tombol telepon putih.

"halo?"

"hai!"

"karin, lo udah baikan?"

"mungkin. nafsu makan gue udah balik dan syukur banget anxiety gue udah ga kambuh."

"syukur deh kalo gitu."

"ehm, lo lagi dimana?"

"di kampus, otw ke kelas."

"lo sibuk?"

"engga kok."

"kalo gitu kenapa ngga ngunjungin gue? apa gara-gara omongan gue di sesi konseling sebelumnya? i hope not."

"emang ngga kok, gue udah ke tempat lo tapi lo lagi tidur."

"oh, gitu."

karin tersenyum tipis, lega bahwa arkha tidak melupakannya.

"lo, ehm... mungkin bisa dateng lagi? sebagai konselor gue."

"nanti gue pikir lagi. dosennya udah di kelas nih, gue matiin ya. ge-we-es."

"eh? cepet banget."

karin mendesah lesu. "bye," ujarnya sebelum mengakhiri telepon.

sementara di depan pintu kamar. arkha termenung sembari berdiri. tiba-tiba kakinya lemas sehingga ia harus bersandar di depan pintu kamar karin.

eva menatap arkha sejenak kemudian menggelengkan kepala pelan.

-adiksi-

hello!!! hehehe setelah satu bulan akhirnya up lagi. karena cerita ini sudah selesai ditulis, akan ada massive update ya, gatau kapan, tapi intinya minggu ini (semoga) selesai.

adiksi | ryusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang