arkhais dewana nikolas tidak pernah menyangka ia akan bertahan selama ini. demi karin, ia bertahan 3 tahun lamanya menemani gadis itu hingga siap. dan sekarang ini momennya.
ketika karin masuk ke mobil dengan buket bunga darinya, masih terbalut pakaian toga. rambutnya yang kini panjang digelung indah di belakang kepala. hidung mancungnya, rahangnya yang tajam, kedua matanya yang hitam legam. baginya, gadis itu adalah bukti bahwa sempurna itu ada.
namun karin tidak sempurna, sebagaimana dirinya. karin adalah seorang pemarah, tegas, bijaksana, dan orang paling kuat juga paling cantik yang pernah ia temui. namun karin juga pernah bergumul dengan permasalahan, sebagaimana manusia pada umumnya.
karin pernah jatuh dan ia dengan bangga menjadi salah satu pegangan gadis itu untuk bangkit kembali. kini karin yang sudah pernah jatuh dan telah bangkit itu duduk di mobilnya, menyeka sisa-sisa air mata sembari tersenyum tipis.
arkha memalingkan wajah ketika merasa pipinya bersemu merah bak apel matang. ia meyakinkan diri bahwa saat ini adalah momen yang tepat, untuknya, untuk karin juga. maka sembari berusaha menetralkan debar jantungnya, ia mulai merogoh saku celana.
tangannya menyodorkan sepasang tiket pesawat yang sudah ia pesan jauh-jauh hari kepada karin. gadis itu tampak bingung, namun tetap menerima pemberian arkha. ketika arkha berniat menjelaskan, suara karin sudah bergema duluan di dalam mobil.
"tiket pesawat? ke bali?!" karin menatapnya dengan pandangan tak percaya, matanya melebar meminta penjelasan.
arkha mendengus pelan. "kenapa sih lo harus baca duluan, padahal gue mau jelasin. iya, gue emang udah rencanain suprisein lo dari lama. karena lo jarang liburan ke luar kota ya udah gue beliin tiket ke bali bareng-bareng. sama-sama, btw."
karin tampak terdiam menatap tiket pesawat yang berada di tangannya. kemudian ia mendongak, menoleh, dan memeluk arkha erat. "sebenernya gue mau langsung cari kerja tapi makasih ya. mungkin rencana ngelamar kerjanya bisa ditunda dulu."
arkha mengukir senyum lebar di wajah. "gue juga mau ngomong sesuatu."
karin berusaha menarik dirinya dari pelukan arkha agar dapat mendengar pemuda itu dengan jelas. namun arkha terlampau malu sehingga ia menekan kedua lengannya melingkupi tubuh karin agar gadis itu tak dapat melihat wajah bersemunya.
"lo pasti udah tahu gue sayang lo banget dan gue juga tahu lo sayang gue banget. jadi lo masih gamau resmiin hubungan kita?" arkha memejamkan mata sembari menunggu jawaban karin.
hening tercipta sejenak. debar jantung arkha semakin menguat, ia sampai yakin kalau karin dapat mendengar detaknya. seolah suaranya memenuhi mobil hingga bergema sekeras teriakan karin.
"oke, gue mau pacaran sama lo kalo itu yang lo maksud."
arkha kembali membuka mata kemudian terdiam sementara sebelum memeluk gadis itu semakin erat membuat karin berdecak pelan.
"lo lama banget nembaknya, kenapa ga dari kemaren-kemaren coba?"
rupanya karin tidak marah karena arkha memeluk gadis itu terlalu kencang, melainkan karena ia merasa arkha melupakan perasaannya. arkha tertawa pelan dibuatnya, kalau ada hal paling menyenangkan yang akan ia lakukan berkali-kali bahkan sampai ujung usianya, hal itu sudah pasti membuat karin kesal.
"well, lo sibuk sama skripsi, gue juga sibuk sama kerjaan. gue juga ga sabar tapi gue ga mau nembak lo di momen yang ga tepat. lagipula gue seneng lihat lo menderita."
karin menarik kedua lengannya paksa, punggungnya kembali bersandar ke jok mobil. "lo masih ga sadar ya? kerjaan lo tiap hari emang buat gue menderita. udah sana jalan biar ga telat ke bali. gue tebak lo udah nyiapin koper juga di bagasi."
"lo pede banget ngira gue udah nyiapin koper. kalo gue jawab belum gimana?"
"gue ga bodoh ya, gue udah lihat jam penerbangannya sebentar lagi. ga mungkin lah lo ga bawain koper gue." karin berujar ketus.
arkha berdecak pelan. "iya deh, lo emang bener. reminder doang, gue sayang lo jadi ga usah ketus-ketus banget sama gue."
bibir karin masih mengerucut seperti bebek ketika arkha menyalakan mesin. namun di ujung matanya, ia dapat melihat gadis itu berusaha sekuat mungkin agar tak tersenyum. namun nyatanya karin gagal, sebab arkha berhasil memergoki gadis itu tersenyum tipis untuk satu detik sebelum kembali cemberut.
arkha menggeleng-gelengkan kepala sembari ikut tersenyum. seumur hidupnya ia tak mengharapkan happy ending seperti pasangan di drama. sebab semua yang bahagia selalu diawali oleh pengorbanan dan duka.
namun kini ia mengerti, bahwa rasa bahagia akan berlipat ganda dalam hati ketika kita berhasil merelakan semua luka yang pernah kita lalui. atau setidaknya begitulah yang ia percaya.
—adiksi—
yeay, akhirnya adiksi selesai juga! jujur, adiksi bukan karya terbaikku. ceritanya udah ditulis dari sekitar agustus/september 2020 tapi baru kelar sekarang. selama itu aku sempet kehilangan passion buat menulis, kekurangan ide, sibuk sama kegiatan. menulis adiksi juga gak gampang, terutama di bagian kondisi psikologis karin. aku harus banyak research tentang anxiety dan segala tetek bengeknya. karena aku masih amatir, aku minta maaf banget buat semua kesalahan yang ada dalam alur dan penulisan cerita ini.
however, selesainya adiksi akan mengakhiri a' series juga mengawali masa hiatusku. jadi sebagai salam perpisahan, mau bilang terima kasih banyak buat yang udah baca adiksi, angkasa, dan atau anindita. see you soon di karya-karya selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
adiksi | ryusuk
Fanfiction❝semesta menjadi saksi, akan realisasi, bahwa kamu adalah adiksi❞ ft. ryujin itzy and hyunsuk treasure a' universe, eight book.