O1. si tetangga

502 65 3
                                    

"huhu, kamu sekarang jarang muncul ih, jadi kangen."

lelaki yang menjadi kekasih karin selama beberapa bulan ini, danilo, mengendurkan pelukannya. ia mengusap puncak kepala karin pelan.

"kan sibuk, sayang. kalo ada waktu luang pasti aku bakal ajak kamu jalan."

"huh, jalannya sebentar doang," keluh karin sembari mencebikkan bibir.

karin tidak pernah semanja ini pada orang lain, hanya pada danilo saja. ia merasa nyaman untuk bermanja-manja pada pemuda itu.

"udah ya, aku pulang?

"ih, cepet banget sih? kamu tuh ga ngerti, aku gampang banget kangen sama kamu."

danilo tertawa pelan, mengusak rambut sang gadis gemas.

"nanti aku telpon deh, kamu masuk sana. aku mau pulang, mau mandi, udah bau nih."

"ya udah, hati-hati ya, nanti kabarin kalo udah sampe rumah," ujar karin dengan berat hati.

danilo mengangguk paham, ia tersenyum manis dan melambai sebelum pergi menjauh menuju lift. "dadah! aku sayang kamu."

karin tersipu malu, ia menutup wajah merahnya dengan telapak tangan. ia masih tak berkutik setelah beberapa menit, bayangan wajah jahil danilo ketika berkata bahwa ia menyayangi dirinya masih menghantui pikiran karin.

sampai akhirnya, arkha keluar dengan hoodie hitam dan celana training dengan warna serupa. ia menoleh, mendapati karin yang masih menutup wajah dengan telapak tangan. arkha memutar bola mata malas, ia sudah tahu dengan pasti bahwa gadis ini habis jalan dengan pacarnya itu.

"ini bukan jelek nenek moyang lo, jadi minggir," perintah arkha dengan tangan bersedekap di depan dada.

karin mendengus sebal, ia sudah siap untuk kembali beradu mulut dengan kakak tingkatnya yang menjengkelkan ini.

"heh, lo tuh, kemarin malem ngapain sih nyetel musik keras banget. udah tau di sebelah ada apart gue juga. berisik banget."

"bawel banget sih, minggir, gue mau cari makan."

"lo tuh, kalo dibilangin dimasukin otak napa. ngeselin banget sih, kerjaannya tiap malem bikin kuping orang budeg, huh."

karin membalikkan tubuh kasar, masuk ke apartemen, dan membanting pintu. arkha mengendikkan bahu tak peduli kemudian kembali menggerakkan kaki melewati apartemen karin.

berawal dari berisik jadi musuh.

—adiksi—

karin menghela nafas lelah, ia baru saja selesai mengerjakan tugas dari dosen. waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. tiba-tiba saja perutnya berbunyi, ah ia lupa bahwa ia belum makan malam ini.

karin menidurkan kepala di atas tangan kanan pada meja, ia sedang tak bernafsu makan. katakanlah ia bucin, tapi nyatanya ia memang senang dibodohi untuk menunggu notifikasi chat dari danil.

tak disadari, cairan merah mulai keluar dari hidung sang gadis. kepalanya tiba-tiba seolah dihantam besi, berputar seperti komedi putar di taman. dalam sekejap, pandangannya menggelap.

arkha kembali ke apartemen dengan hati senang. perutnya kenyang dan angin malam terasa sejuk. dua hal itu sudah cukup untuk menambah semangatnya malam ini.

ketika ia akan melewati apartemen karin, ia tak sengaja mendapati adanya benda dengan warna emas mengkilap di depan pintu apartemen gadis itu.

setelah diamati, rupanya itu gelang emas. karin beruntung sekali tak ada yang mengambil gelangnya, terutama karena itu emas.

arkha menggaruk bagian belakang kepalanya walaupun tak terasa gatal. ia dilanda dilema, ia benar-benar tak ingin berurusan dengan gadis itu, namun jika ia tinggalkan gelangnya di tempat semula, besok pagi gelang itu pasti sudah lenyap.

arkha menghela nafas, karin benar-benar harus berterima kasih banyak atas niat baiknya kali ini. pemuda nikolas itu mengetuk pintu beberapa kali. aneh, tak ada jawaban.

arkha tak menyerah, ia masih mencoba mengetuk pintu. sudah tiga kali, namun masih tak ada jawaban.

"heh, bawel! bukain!" teriaknya nyaring tak sabar.

nihil, masih tak ada jawaban dari gadis itu. pilihan terakhir, arkha mencoba mendorong knop pintu. berhasil, ternyata pintu tidak dikunci.

arkha masuk ke apartemen. niat awalnya ia hanya ingin mencari di ruang tamu dan dapur saja. namun memang sejatinya ia tak bisa dengan mudah lepas dari rasa penasaran, ia membuka pintu kamar karin.

tadinya arkha sudah bersiap mengamuk, namun sekejap pikiran itu hilang ketika mendapati sang gadis sedang terbaring dengan cairan merah yang menetes di hidung. membasahi meja dan pipi gadis itu sendiri.

danilo evarado paramartha

si anak populer kampus yang jatuh hati pada sulung anindita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

si anak populer kampus yang jatuh hati pada sulung anindita

● teknik kimia unpad, semester tiga

evangelica natasha emanuelle

pemudi jelita yang sudah menemani karin sejak keduanya masih duduk di bangku tk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pemudi jelita yang sudah menemani karin sejak keduanya masih duduk di bangku tk

● hukum unpad, semester tiga

—adiksi—

adiksi | ryusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang