"met pagi, bocil!"
karin memutar bola mata malas. tangannya bersiap membanting pintu namun arkha dengan cepat menahan pintu yang hampir tertutup dengan pergelangan kakinya.
"gue mau tidur, jingan."
"dih, bocil kasar."
"bodat, gue mau tidur."
"gue kasih tau ke bonyok lo, soal anxiety?"
karin sontak melebarkan mata, ia berhenti memaksa menarik-narik pintu. ia menatap arkha kaget, bagaimana pria itu bisa tahu.
"oh, gue ga sengaja liat buku diary lo, gue ga buka sih, lo yang lupa. lo gak mau ngasih tau bonyok lo, gue penasaran kenapa." arkha mengendikkan bahu tak acuh.
karin menatap pemuda di depannya penuh amarah. "lo mau apa sih? kalo lo sebarin ini ke orang lain gue bunuh lo beneran ya."
"jadi bahan skripsi gue ya, cil."
"ogah, bangsat!" teriak sang gadis dengan rambut cepol berantakan sembari mengacungkan jari tengah sebelum membanting pintu kasar.
"gue kasih waktu sampe nanti sore!"
—adiksi—
"nyerah juga ya lo." arkha tertawa remeh, menatap karin yang berdiri di hadapannya dengan raut kesal.
seperti yang diekspetasikan arkha, karin akhirnya menyetujui permintaannya. tentu dengan syarat, karin tidak datang jauh-jauh dari FEB ke fakultas psikologi hanya untuk menyampaikan persetujuannya.
"gue mau ngomong."
"ya udah ngomong aja."
karin memijat pelipis kesal, pria di hadapannya ini benar-benar membuatnya darah tinggi.
"ya, gak di sini lah, bego!" ujar karin sedikit berbisik agar tidak didengar anak-anak lain yang berlalu lalang di fakultas.
karin menarik lengan jaket arkha, menyeret pria itu ke belakang fakultas. di sana ada satu pohon beringin yang cukup besar dan rindang, membuat udara jadi sejuk terutama ketika masih pagi.
"gue punya syarat. satu, gue ga mau semua yang berkaitan dengan masalah gue bocor. dua, bonyok gue ga boleh tahu. tiga, lo ga boleh ngusik hidup gue lebih dalam selain buat skripsi lo. deal?"
"deal."
karin mengulurkan tangan, bermaksud memperjelas kesepakatan perjanjian mereka. arkha tersenyum manis ketika menjabat tangan sang gadis.
"oh ya, satu lagi, matiin speaker lo kalo malem. tiap malem gue ga bisa tidur gegara apart lo udah kaya kelab, anjing."
"volumenya udah setengah. itu mah udah pelan."
"pake headset apa earphone kan bisa, ngapain sih pake speaker segala. berisik banget tau ga?"
"dih, ga mau gue matiin." arkha berdecak sebal.
karin tersenyum senang. "oke, berarti dealnya batal?"
"kan kita udah sepakat tadi?" kata arkha tak terima.
"dih, ya bodo amat, lo bisa cari orang lain."
karin berbalik meninggalkan arkha yang memandang punggungnya emosi.
"oke, gue gak pake speaker lagi. deal?"
si pemudi anindita itu hanya mengacungkan ibu jari tanpa berbalik. membuat arkha lagi-lagi mendengus sebal.
—adiksi—
KAMU SEDANG MEMBACA
adiksi | ryusuk
Fanfiction❝semesta menjadi saksi, akan realisasi, bahwa kamu adalah adiksi❞ ft. ryujin itzy and hyunsuk treasure a' universe, eight book.