I3. nurani

154 41 1
                                    

karin mendesah kesal, tak senang tontonannya di laptop terganggu karena seseorang menggedor-gedor pintu rumahnya.

masih dengan selimut yang membungkus, ia berjalan pergi untuk membuka pintu.

"karina athaleta?"

karin membelalakkan mata, menahan sumpah serapah melihat gadis asing yang kemarin datang dengan berita bahwa ia hamil anak danilo.

seperti layaknya manusia biasa, karin bukan orang yang suci. dirinya memilih untuk menutup kembali pintu rumahnya. namun si gadis asing itu menahan pintu dengan sekuat tenaga. ia seperti hendak menangis.

"saya mohon, danilo hilang. saya ngga mungkin cari di rumah orang tuanya."

karin lantas memberikan tatapan simpati pada gadis itu. pada akhirnya dia tak jadi menutup pintu, membiarkan si gadis menyelesaikan perkataannya.

"tolong, kamu pasti bisa bantu saya cari danilo."

karin menunduk, berpikir sebentar. yah, si gadis ini tidak buruk sih. yang jelas dia punya ciri khas sopan santun dari cara bicaranya.

namun apa normal bagi dirinya untuk membantu seseorang yang baru saja selingkuh dengan pacarnya, bahkan sampai melewati batas.

"sialan." karin bergumam pelan.

"saya janji ngga akan kembali lagi setelah ini. tolong saya sekali ini aja."

karin mendongak kemudian melirik perut si gadis yang sudah sedikit membuncit. ia menghela nafas pasrah, dengan sedikit nada kesal.

ia memang tidak suci atau rajin pergi ke gereja, namun setidaknya setelah semua ini ia harusnya layak masuk surga.

-adiksi-

karin menatap layar ponselnya sebal. bersiap membanting jika kali ini danilo masih tak mengangkat telfonnya.

"halo?"

"danilo! lo gila? selingkuhan lo nyariin gue, katanya lo ngilang!"

"karin, please gue minta maaf."

"buat apa bego? gue ngga maafin lo."

"please, rin. satu kesalahan doang. gue nggak minta lo balikan, at least please maafin gue."

"dan, lo orang tergoblok yang pernah gue temui. lo tahu ngga sih akibat dari kesalahan lo? umur lo berapa, bangsat? lo ngerti tanggung jawab ga sih?"

"please, rin, gue ngga bisa jadi ayah di usia segini."

"begitu juga dengan dia! lo pikir gampang ngandung anak lo di usia segini? lo bukan satu-satunya yang punya masalah. lo dateng ke rumah gue sekarang dan selesaiin ini."

"rin, gue minta maaf. gue ngga bisa."

sambungan dimatikan sepihak. karin terduduk lemas, menatap pigura berisi fotonya dengan danilo sembari tersenyum kecut.

"bajingan."

-adiksi-

adiksi | ryusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang